webnovel

Pulau Ajaib

----TAMAT---- Aquila Octavi, Putri Mahkota dari Kerajaan Gisma dijodohkan dengan seorang pendatang di Kerajaannya. Akibat penolakan darinya, istana menjadi dalam keadaan genting. Inti batu itu dicuri oleh seorang penyihir. Namun, ada juga sisi baiknya dari kejadian itu. Karenanya, ia dapat menemukan sahabat yang sudah lama menghilang tanpa kabar. Ia juga bisa mengenal seorang pria yang kelak menjadi suaminya. Jangan lupa rate, vote, dan comment ya! . Baca juga novel author lainnya dengan judul "Kisah SMA"

AisyDelia · แฟนตาซี
เรตติ้งไม่พอ
38 Chs

Menuju Kehancuran(2)

"Felix, Peter, cepat tangkap mereka bertiga dan bawa ke ruangan rahasia!" suruh Cornelia. Felix dan Peter pun segera menangkap mereka yang tak berdaya itu dan membawa mereka ke ruangan rahasia. Sedangkan, Cornelia akan menghentikan proses penyerahan kekuatan tersebut.

"Kalian... hentikan!" teriaknya sambil mengeluarkan seluruh kekuatannya yang tersisa untuk melanjutkan ritual yang terhenti tadi.

Sementara itu, proses penyerahan kekuatan sudah hampir selesai. Namun, dengan sihir Cornelia yang masuk pada tubuh Raja yang masih melakukan proses tersebut, Aquila menjadi mendapatkan beberapa kekuatan Cornelia sebelum ia berhasil mengendalikan Ayah dari 5 orang putri itu sepenuhnya. Beberapa saat kemudian, Cornelia pun sudah bisa mengendalikan Raja sepenuhnya dan Raja berhasil menjadi bonekanya. Segera ia menyuruh Raja menghentikan proses penyerahan itu dan Raja pun menghentikannya. Karena Raja telah menghentikannya, Aquila pun tersadar kembali. Ia menatap mata Ayahnya dan melihat tatapan mata Ayahnya kosong. Ia pun menyadari bahwa Ayahnya sudah menjadi boneka Cornelia karena tatapan mata yang kosong sama seperti Felix dan Peter.

Tanpa berlama lama memikirkan Ayahnya, ia langsung mencari adik adiknya seperti pesan Ayahnya yang disampaikan saat penyerahan kekuatan. Ia menyusuri setiap ruangan yang ada. Namun, tidak ditemukan siapa siapa di sana. Ia sudah berkali kali memasuki setiap ruangan dan hasilnya tetap sama. Saat ia sudah hampir putus asa, terdengar suara yang akrab di telinganya.

"Aquila, kau mencari adik adikmu, bukan?" suara Cornelia memenuhi ruangan tempat Aquila berada saat ini.

"Kembalikan adik adikku, Cornelia!" bentak Aquila yang membalas perkataan wanita itu yang ia tidak tahu di mana dia berada.

"Cari aku! Maka, akan kukembalikan mereka," suara Cornelia kembali memenuhi ruangan itu, "Jangan sampai terlambat, ya! Waktumu hanya 5 menit." sambungnya dengan nada peringatan.

Mendengar peringatan Cornelia, keputus asaan Aquila lenyap seketika. Ia kembali berlarian menyusuri semua ruangan yang ada. Namun, tak ada hasil. Ia tidak mau menyerah, tetapi keadaannya membuat ia ingin menyerah. Matanya mulai mengeluarkan air asin. Ia menjadi takut Cornelia melakukan sesuatu kepada adik adiknya. Waktu 2 menit pun berlalu dengan sia sia. Air matanya semakin deras setiap menitnya. Ia dilema apakah harus pergi meninggalkan adik adiknya di sini atau tetap di istana ini sampai ia menemukan adik adiknya.

Akhirnya, ada suatu petunjuk yang diberikan oleh seseorang yang dekat dengan Aquila. Ia berteriak sekencang kencangnya agar Aquila mendengar teriakannya tersebut dan dapat menjadi petunjuk bagi kakaknya. Aquila yang mendengar itu langsung menyadari bahwa itu suara adiknya. Namun, suara itu berasal dari atas kepalanya. Ia pun akhirnya mengerti bahwa ada tangga tersembunyi di sekitarnya. Untuk mengetahuinya, ia menggunakan kekuatannya untuk mendeteksi ruangan kosong yang terdapat tangga. Lalu, dengan cepat ia menuju ke arah itu. Ia menemukan sebuah dinding di hadapannya dan mencari cara untuk membuka pintu di hadapannya yang menyamar sebagai dinding biasa.

Sementara itu, di lantai atas, tempat Cornelia dan lainnya berada, wanita itu marah besar karena telah memberi petunjuk untuk Aquila. Karena itu, Cornelia mengubah Aelia menjadi boneka. Namun, belum selesai ritual itu dilakukan, Aquila sudah datang dan menyerang Cornelia yang sedang mengerahkah sihirnya pada Aelia. Alhasil, ritual itu pun terhenti karena Cornelia terjatuh akibat serangan Aquila. Aquila juga menyerang Felix dan Peter dan mengikat mereka dengan rantai menggunakan sihirnya. Setelah itu, Aquila mencoba menyadarkan Aelia yang duduk lemas dengan tatapan kosongnya. Walaupun belum ritual tersebut belum 100% selesai, namun Aelia sudah dapat terkendali.

"Aelia, sadar Aelia!" ucapnya sambil menggoyangkan tubuh adiknya ke depan dan ke belakang serta memukul pelan pipi adiknya sesekali. Karena Aelia tidak tersadar juga, Aquila berusaha untuk menarik kutukan pada diri Aelia.

"Aurelia, Lucia, lindungi aku! Jangan biarkan dia bangun!" perintah Aquila pada mereka. Tanpa pikir panjang, mereka langsung melakukan perintah kakaknya. Lalu, Aquila mencoba menarik kutukan tersebut.

Sekian lama kemudian, Aquila pun berhasil menarik kutukan itu. Namun, Aelia menjadi tidak sadarkan diri. Bersamaan dengan itu, Aurelia dan Lucia yang melindunginya ikut roboh karena sudah tidak kuat menahan serangan Cornelia. Melihat adik adiknya tidak berdaya karena ulah Cornelia, amarahnya mulai meluap. Sebelum itu, ia memasang perlindungan untuk ketiga adiknya agar tak bisa dilukai lagi. Bersamaan dengan amarahnya yang meluap, seketika auranya mulai berubah. Di tubuhnya terpancar aura gelap yang sangat mencekam. Siapa pun yang melihatnya saat itu pasti akan ketakutan, termasuk Cornelia sendiri. Ia tidak menyangka bahwa ada aura yang sangat mirip dengan dirinya, namun lebih kuat. Ia bahkan tidak berani melawan dan memutuskan untuk lari keluar dari istananya bersama Sang Raja yang sudah menjadi bonekanya dan mencari tempat persembunyian, istana rahasia milik kakaknya. Ia meninggalkan Felix dan Peter karena merasa mereka tak terlalu penting. Melihat Cornelia yang pergi begitu saja, Aquila hendak mengejarnya. Namun, niat itu diurungkan setelah mendengar suara lemah adiknya. Seketika, amarahnya mereda, begitu pula dengan auranya yang perlahan menghilang.

"Kak, biarkan ia pergi. Kita lebih baik kembali ke istana." ucap Aurelia dengan suara lemahnya.

"Baiklah, kita akan kembali." jawab Aquila dengan tenang tanpa perasaan marah sedikit pun seperti tadi.

Akhirnya, mereka pun kembali. Mereka juga membawa Felix dan Peter dalam keadaan terikat. Untuk sementara, mereka akan dijebloskan ke penjara agar tidak membahayakan orang lain. Sementara itu, Aquila dan saudarinya menemui Ibundanya dan Camilla.

"Ibu? Ini aku, Camilla. Ibu buka pintunya, ya?" bujuk Camilla yang sedang berada di depan pintu kamar Ibunya. Saat itu, Aquila dan lainnya melihat dan mendengar hal itu dari jauh. Karena itu, mereka pun berlari ke arah Camilla.

"Camilla, Ibu kenapa?" tanya Aquila khawatir.

"Kak, sejak kalian pergi dengan Ayah, Ibu mengurung diri di kamar. Ibu tidak mau makan dan minum. Ini sudah hari ke-3 Ibu seperti itu." jelas Camilla yang khawatir akan keadaan Ibunya.

"Kita harus dobrak pintunya. Panggil pengawal ke sini!" perintah Aquila.

Tak lama kemudian, 2 orang pengawal pun datang untuk mendobrak pintu tersebut. Sebelum itu, Aquila memberi peringatan pada Ibunya untuk menjauh dari pintu. Setelahnya, 2 pengawal itu pun mendobrak pintu tersebut. Terlihat Ibunya terduduk di lantai sambil menangis. Serentak mereka mendekati Ibunya sebagai tanda kekhawatiran.

"Ibu tidak apa apa, kan? Aquila dengar Ibu belum makan dan minum selama 3 hari ini. Sekarang, Ibu makan, ya?" ucap Aquila lemah lembut pada Ibundanya.

"Kalian sudah pulang? Apa ada yang terluka?" tanya Sang Ratu yang mencemaskan putri putrinya.

"Kami tidak apa apa, Bu. Sekarang, Ibu harus makan." ucap Aelia menenangkan Ibunya yang terlihat cemas sekaligus berusaha menyuapi beliau.

Ratu pun akhirnya makan setelah 3 hari itu. Setelah itu, ia baru menyadari bahwa suaminya tidak ikut pulang bersama mereka. Akhirnya, ia pun menanyakan hal itu kepada 3 putrinya.

"Oh iya, Ayah kalian di mana? Ia tidak pulang bersama kalian?" tanya Ratu yang baru menyadari hal itu. Namun, setelah ia menanyakan hal itu, ekspresi putrinya berubah drastis. Mereka terlihat takut dan cemas. Karena merasa aneh dengan ekspresi anaknya, ia mencoba bertanya lagi.

"Ayah kalian tidak apa apa kan?" tanya Ratu lagi dengan menunjukkan wajah sedih.

"Ayah di-" ucap Lucia yang belum selesai bicara.

"Ayah baik baik saja kok, Bu. Ibu tenang saja." potong Aquila agar Ibunya tidak khawatir lagi. Selain itu, Aquila juga mengisyaratkan kepada tiga adiknya untuk tidak memberi tahu hal sebenarnya. Namun, Lucia berpikir itu tidak benar dan tetap ingin memberi tahu yang sebenarnya.

"Ibu, Kak Aquila bohong. Ayah tidak baik baik saja." ucap Lucia dengan yakin.