webnovel

Pulau Ajaib

----TAMAT---- Aquila Octavi, Putri Mahkota dari Kerajaan Gisma dijodohkan dengan seorang pendatang di Kerajaannya. Akibat penolakan darinya, istana menjadi dalam keadaan genting. Inti batu itu dicuri oleh seorang penyihir. Namun, ada juga sisi baiknya dari kejadian itu. Karenanya, ia dapat menemukan sahabat yang sudah lama menghilang tanpa kabar. Ia juga bisa mengenal seorang pria yang kelak menjadi suaminya. Jangan lupa rate, vote, dan comment ya! . Baca juga novel author lainnya dengan judul "Kisah SMA"

AisyDelia · แฟนตาซี
เรตติ้งไม่พอ
38 Chs

Inti Pulau

Pada malam harinya setelah makan malam, Lucia dan Aquila pun berencana akan berangkat menuju istana Cornelia diam diam agar tidak diketahui oleh Ayah dan Bunda mereka. Sementara, 3 saudari mereka yang lain membantu mereka untuk keluar istana tanpa ketahuan oleh pengawal istana. Seperti rencana awal, Lucia dan Aquila akan menemui Cornelia diam diam. Sebelum Cornelia sadar, Aquila harus menarik kekuatan yang telah diserap dari inti itu. Lucia bertugas untuk melindungi Aquila jikalau Cornelia menyerang. Dan, Aelia, Aurelia, serta Camilla akan mencari cara agar Ayah dan Ibu mereka tidak curiga selama Aquila dan Lucia tidak berada di istana. Mereka harus bisa meyakinkan orang tuanya agar hal penting itu tidak diketahui olehnya. Setidaknya sampai waktu yang tepat jika mereka masih belum bisa mendapatkannya kembali.

Seperti rencana mereka, Lucia dan Aquila pun mengendap-endap untuk keluar istana menuju istana milik Cornelia. Mereka berjalan dalam kegelapan langit malam. Mereka berusaha secepat mungkin untuk tiba di dalam istana Cornelia. Mereka berhasil masuk tanpa ketahuan oleh tuan rumah itu. Untung saja di istana milik Cornelia tidak terdapat penjaga atau pun yang lainnya yang dapat menghambat mereka. Tanpa berlama lama, mereka menyusuri setiap ruangan yang ada, termasuk di ruangan rahasia miliknya. Mencari cari keberadaan pemilik istana itu. Namun sayangnya, keberuntungan tidak berpihak pada mereka. Cornelia tidak berada di istananya. Istana itu kosong, tak berpenghuni. Karena tidak mendapatkan apa yang mereka cari, mereka keluar dari sana dan mencari cari istana lain yang berada di dekat sana. Aquila yakin bahwa ada istana lain yang kemungkinan besar milik Dewi Kegelapan. 2 bersaudara itu berkelana mencari keberadaan istana di langit malam dengan taburan bintang bintang dan juga bulan bungkuk yang cukup menerangi malam ini. Angin sepoi sepoi mulai memberatkan mata mereka yang tak kunjung menemukan istana berpenghuni. Rasa lelah pun juga ikut menyerang mereka beberapa saat kemudian. Mereka sudah nyaris putus asa dengan apa yang mereka perbuat sekarang.

Sementara itu, 3 saudara mereka yang lainnya tidak bisa tidur karena terlalu takut jika ada yang mengetahui bahwa Aquila dan Lucia sedang pergi. Mereka bermondar-mandir di kamar Camilla yang dekat dengan kamar orang tua mereka. Mereka membayangkan hal hal yang mereka harap tidak akan terjadi, juga mendiskusikan cara agar tidak dicurigai oleh orang lain. Takut, cemas, khawatir, panik, dan waspada menyelimuti penuh ruangan itu. Berusaha menenangkan diri mereka masing masing. Berusaha untuk tidak memikirkan hal hal buruk. Sesekali mereka juga mengecek keadaan sekitar mereka untuk memastikan keadaan benar benar aman terkendali.

Kembali lagi pada Aquila dan Lucia, setelah 45 menit mencari, mereka pun berhasil melihat sebuah istana megah bernuansa putih terang. Itu membuat rasa lelah dan kantuk mereka hilang dalam sekejap. Sangat mudah melihatnya dalam kegelapan malam. Tanpa berpikir panjang, mereka langsung masuk dengan pikiran bahwa 'Ada kemungkinan Cornelia berada di sana'.

Sama halnya dengan istana tadi, istana putih megah ini juga tidak terdapat penjagaan. Tanpa perlu pusing memikirkan cara memasukinya, mereka langsung masuk begitu saja tanpa merasa khawatir akan ada perangkap di sekitar sana untuk menyambut para tamu tak dikenal. Benar saja. Mereka sekarang tetap sehat bugar tanpa luka segores pun yang berarti tak ada jebakan di sana. Mereka masuk perlahan, lalu menyusuri setiap ruangan luas dan indah di sana. Dan betullah, Cornelia berada di salah satu kamar dengan kondisi pintu terbuka yang paling luas dan paling indah. Kamar yang bernuansakan putih. Sangat bertolak belakang dengan penampilan Cornelia juga Dewi Kegelapan yang serba hitam. Tapi, terdapat masalah baru lagi. Saat ini, Cornelia sedang tidak tidur. Ia justru terlihat segar di mejanya tanpa ada tanda tanda mengantuk. Sangat berbeda dengan dugaan Lucia. Dengan begini, akan lebih susah untuk melakukan penarikan kekuatan. Mereka menjauh terlebih dahulu dari kamar itu untuk memikirkan cara baru sekaligus bersembunyi.

"Kak, apa yang kita lakukan sekarang?" tanya Lucia dengan bisikan yang terdapat nada jengkel di dalamnya.

"Alihkan perhatiannya?" balas Aquila dengan berbisik.

"Dengan apa, kak?" bisik Lucia sambil memperhatikan keadaan sekitar.

"Buat barang barangnya jatuh?" katanya dengan tenang seakan akan ini bukanlah masalah besar.

"Tidak mungkin, kak. Dia pasti akan curiga dan lebih waspada. Lagi pula, ini sudah larut malam, kak. Tidak mungkin ada yang datang. Hewan juga tidak mungkin, bagaimana mereka bisa terbang ke sini." jelas Lucia dengan suara nyaris tak terdengar, tetap memperhatikan sekitar dengan kedua matanya.

"Lalu apa? Menunggunya tidur?" tanya Aquila sekali lagi.

"Tidak bisa. Jika dia tidak tidur tidur, kita tidak bisa kembali ke istana. Ayah dan Ibu pasti akan tahu hal ini."

Aquila hanya menghela napas panjang. Sudah tidak ada ide dalam pikirannya. Ia hanya diam sambil memikirkan cara lain dalam hening.

"Bagaimana jika aku membuatnya tertidur?" bisik Lucia sedikit bersemangat dan mengalihkan pandangnya ke Aquila.

"Baiklah," jawab Aquila pendek. "kamu yakin bisa, Luci?" tanya Aquila sedetik setelahnya.

"Ya." jawab Lucia mantap dengan tetap mengatur volume suaranya.

Akhirnya, mereka berdua pun keluar dari persembunyian mereka menuju ke dinding dekat kamar itu. Dengan pintu yang terbuka, Lucia mengintip Cornelia yang tampak sedikit frustasi entah karena apa. Lalu, ia mengeluarkan sihirnya untuk membuatnya tertidur lelap.

Namun, belum sampai sihir itu ke mejanya, Cornelia sudah lebih dulu menoleh ke arah pintu. Dengan spontan, Lucia langsung menarik kepalanya ke belakang dinding agar tidak terlihat. Ia juga mengisyaratkan Aquila untuk kembali ke tempat persembunyian tadi secepat mungkin. Aquila yang tidak paham kenapa hanya bisa mengikutinya saja tanpa bertanya.

"Ada apa?" tanya Aquila langsung setelah sampai.

Lucia tidak menjawab dan justru menyuruh kakaknya untuk diam dengan tingkah panik. Aquila kembali bertanya, tapi kini dengan isyarat. Lucia hanya menunjuk ke tempat kamar tadi dan tetap menyuruh untuk diam. Aquila yang tidak begitu paham memutuskan untuk diam saja. Sementara, Lucia mengecek lorong tadi jikalau Cornelia mengejarnya.

Setelah beberapa menit berlalu dengan suasana hening, Lucia pun menghela napas panjang menandakan kelegaan. Melihat itu, Aquila bertanya lagi, "Ada apa?" bisiknya.

"Kurasa tadi Cornelia melihatku mengintipnya. Tapi, ternyata tidak. Lihat, dia tidak mengejar kita." balas Lucia dengan tenang juga lega.

"Apa benar dia tidak mengejar? Berarti sekarang sudah aman?"

"Ya, buktinya dia tidak ada di lorong itu. Jadi, seharusnya sudah aman, kak."

"Kalau begitu, kita harus kembali ke sana untuk mengecek apakah dia sudah tidur atau belum. Kita harus secepatnya kembali ke istana. Aelia dan yang lainnya pasti sangat khawatir."

Lucia mengangguk mantap. Mereka pun pergi kembali ke dekat kamar itu. Saat Lucia mengintip lagi, ia tidak sengaja berteriak karena saking kagetnya, bahkan sampai terjatuh.

"Hai...."

Halo, Readers!

Selalu nantikan chapter selanjutnya, ya! Akan ada yang terungkap dalam beberapa bab ke depan. Jadi, jangan sampai kelewatan ceritanya!

Salam Hangat,

Author Graisy✌😉