webnovel

PSYCHOPATH LOVE

WARNING 21+ Update Sabtu-Minggu Apa kah menurutmu seorang Pscyo mempunyai hati tulus untuk mencintai....? Johan dengan segala kesempurnaanya, menyimpan sakit akan jiwa dan pikirannya. Mencintai diam-diam Adik tirinya, setitik cahaya dalam hati nya yang gelap. Tapi bagaiman jika si Adik mencintai orang lain..??

Hd_birulangit · สมัยใหม่
เรตติ้งไม่พอ
24 Chs

24. SONIA

Sonia mengigit bibir bawah nya dengan kedua tangan terkepal, amarah nya memuncak. "Putuskan dia." ucap nya dengan nada yang di tekan, membuat Johan menatap ke arah nya. "Atau aku bongkar semua rahasia mu...?" ia mengancam.

Johan masih tersenyum, bahkan ia mengambil rokok dari saku celana dan menyalakan nya.

"Aku serius !" bentak Sonia. Ia maju lebih dekat ke tempat di mana Johan sedang duduk santai di sofa sambil menghisap rokok. "Aku punya semua bukti-buktinya dan aku juga bersedia menjadi saksi jika memang terpaksa." ucap Sonia serius.

Seolah tak mendengar atau melihat wanita yang sedang marah dan kini telah berdiri tepat di depannya, Johan malah asik dengan rokoknya.

"JO !!" suara Sonia keras memanggil nama nya.

Secepat kilat Johan bangkit dari duduknya. Mendorong tubuh gadis itu sampai pinggang belakngnya membentur pinggir meja dan ia jatuh setengah telentang ke atas nya bersamaan dengan barang-barang di atas meja yang jatuh berhamburan ke lantai karena tersapu tubuh Sonia.

"Bagus sekali." Johan tersenyum menyeringai dalam posisi ia menekan tubuh Sonia agar tetap dalam posisi setengah telentang di atas meja, sedang tangan satu nya yang masih memegang puntung rokok yang menyala dan berada dalam jarak yang sangat dekat dengan wajah gadis itu.

Raut gadis cantik berusia 23 tahun itu langsung memucat, mata besarnya melotot menatap puntung rokok yang menyala dan bahkan serpihan abu nya sudah berjatuhan di pipi mulus nya.

"Ma, maaf kan aku." terbata ia berkata. Ia mencoba bangkit dari posisinya, tapi tangan Johan kuat menekan bahu dengan tubuh besarnya yang mengunci dirinya.

Ujung bibir Johan tertarik membentuk segaris senyum, yang entah kenapa kali ini terlihat menyeramkan dengan jarak wajah mereka yang sangat dekat.

"Jangan." Sonia kembali berontak, matanya melotot ketakutan saat Johan sudah mengarahkan puntung rokok dengan ujung nya yang merah dan berasap itu ke arah nya.

"Tunjukkan kalau kau masih setia, Sayang." ucap Johan lembut. Namun percayalah, wajah nya benar-benar seperti Iblis yang menjelma ke raga seseorang.

"Aku masih setia pada mu !" Sonia menjawab cepat. "Aku tadi emosi, aku cemburu !" ia membela diri.

Senyum Johan kian terkembang, memperlihatkan gigi-giginya yang putih dan sedikit runcing pada bagian taring nya. "Kalau begitu ayo kita buktikan." ia berkata ringan, seringan tangan kanannya yang memegang puntung rokok yang menyala itu dan ia arahkan ke wajah Sonia.

Reflek gadis memejamkan mata rapat-rapat dan menoleh me samping, membuat puntung rokok itu mengenai leher nya yang langsung membuat ia menjerit tertahan dengan air mata meleleh.

"Aku mencintai mu Joo..." tangisnya menahan rasa perih terbakar pada leher nya yang putih mulus tak bercela, yang kini berubah fungsi menjadi asbak untuk rokok Lelaki yang ekspresi wajahnya terlihat gembira seperti seorang anak yang melihat film kegemarannya.

Wajah Sonia masih sembab dengan air mata yang belum berhenti mengalir kendati kini ia telah duduk di sofa dan Johan dengan telaten membersihkan luka bakar akibat perbuatannya sendiri.

Sesekali mata Johan melihat ke arah gadis berambut panjang yang masih terisak saat ia mengoleskan krim anti luka bakar dengan sangat hati-hati.

"Apa kah sakit ?" tanya nya sambil meniup luka sundutan rokok tersebut saat wajah Sonia meringis menahan perih.

Sonia tak menjawab, ia merasa leher nya begitu panas. Sakit sekali rasanya tadi saat puntung rokok yang masih membara di sudutkan ke lehernya sampai batang rokok tersebut patah dan bara api nya padam saat menekan kulitnya.

"Sonia Sayang..." Johan kembali berkata, kali ini lebih lembut. Ia memegangi pipi gadis itu agar menoleh ke arah nya. "Dia nggak berarti apa pun, kau lah wanita ku..." Johan menatap sungguh-sungguh kedua mata Sonia yang di penuhi air mata.

"Sakit sekali Jo.." tangis nya sambil memegangi pundak nya sebagai usahanya menahan rasa sakit pada lehernya, walaupun sebenarnya itu tidak berpengaruh apa pun.

Wajah Johan memelas, di pegangi nya kedua tangan Sonia dan di kecup nya sesaat." Maaf kan aku." ia menatap Sonia dengan kedua matanya yang berwarna hitam dan di payungi bulu-bulu matanya yang lentik tebal. Sungguh mata yang indah, mata yang membuat Sonia hanya bisa terpaku pada nya.

Kembali ia menunduk, ia masih menangis menahan sakit hati dan sakit pada leher nya yang panas. "Aku melakuka apa pun permintaanmu.." ia berkata terbata karena tangis nya yang tak mau berhenti. "Tapi...kau malah berpacaran..."

Sonia tak melanjutkan kalimatnya karena Johan yang langsung mendekap dan mencium lembut pelipisnya. "Kau tahu dia tak berarti apa pun untukku." Johan berkata. "Kau lah yang tahu sebenarnya aku, yang tetap berada di sisi ku saat orang hanya melihat luar ku." Johan semakin erat memeluk nya. Pipi nya ia tempelkan ke kening gadis itu. "Hanya kau yang paling mengerti aku Sonia Sayang..." ia kembali berucap lembut.

Kebengisan dan kekejamnya entah hilang ke mana, dan di ganti dengan wajah tulus seorang Johan.

Sonia menangis pedih dalam pelukan Lelaki yang sangat di cintai nya itu.

Benar, Sonia lah yang paling tahu dan mengerti tentang nya. Pertemuan pertamanya dengan Lelaki itu langsung membuatnya menyerah kan keperawanan yang selama ini ia jaga.

Saat tahu hobi aneh Johan yang sering menyiksa dan membunuh binatang kecil pun, tak menyurutkan rasa cinta nya pada Lelaki tersebut.

Sampai Sonia yang Mahasiswa Kedokteran itu paham, jika Johan sebenarnya sakit. Namun bukannya menyembuhkan, ia yang ikut gila karena terlalu cinta.

Sungguh ironi untuk dia yang harusnya bisa berpikir waras, namun hanya itu lah pengikatnya. Hanya ketidakwarasan Johan itulah yang bisa membuat nya dekat dengan lelaki itu. Membuat Lelaki itu hanya bisa bergantung padanya, karena hanya dia lah yang bisa menerima sisi asli dari diri nya dan rela membantu melakukan apa pun.

Sesaat mereka masih saling peluk dengan Johan yang mengelus rambut panjang Sonia lembut. Terlihat seperti pasangan mesra, jika saja kita tidak melihat luka bakar kecil pada leher gadis itu.

"Ini adalah obat pelemah otot, biasanya di berikan kepada hewan." Sonia menyerahkan beberapa kapsul warna putih dalam palstik klip bening. "Yang ini obat tidur biasa, tapi jika di berikan dalam dosis tinggi bisa menyebabkan gagal ginjal." kembali ia menyerahkan plastik klip bening berisi beberapa kapsul warna kuning.

Johan menerimanya dengan senyum terkembang.

Sonia mengigit bibir bawah nya saat melihat raut wajah Johan yang lagi-lagi berubah. Ia tersenyum lebar, namun matanya seperti melotot kosong menatap obat-obatan yang kini berada di tangannya.

"Kau memang yang terbaik Sonia Sayang." Johan tertawa senang.

Di Apartemen itu Sonia tinggal sendiri. Hubungan kedua orang tua nya tidak begitu baik, dan hanya di isi dengan pertengkaran. Untuk itulah ia lebih nyaman tinggal seorang diri di sini. Tentu saja kadang-kadang ada Johan yang menginap untuk menemani tidur nya yang sepi.