webnovel

Project (-1): From The Underrated - Memory 0 [Indonesia Version]

Menceritakan seorang Kreator yang terjebak di sebuah dunia, yang sebenarnya ia mengenal dunia tersebut. Dunia itu adalah dunia fiksi buatannya, namun dunia itu berantakan karena mengalami korupsi yang membuat memori-memori di dunia tersebut terganggu. Kreator yang baru saja terdampar di dunia tersebut tidak tahu apa yang terjadi, mengapa hal itu bisa terjadi, dan segalanya tentang keberadaan Kreator, begitu pula dengan keberandaan dunia tersebut masih dipertanyakan. Salah satu masalah yang Kreator temui adalah hubungan antara dia sendiri dan karakter-karakter di dunia tersebut. Hingga selang beberapa waktu setelah Kreator tiba di dunia itu, tercipta beberapa kubu yang terutama ada 2 kubu utama yang saling bertentangan karena gangguan memori yang lebih menjadi-jadi, bahkan di antara mereka kehilangan memori mengenai siapa Kreator yang sesungguhnya, menjadikan rumor besar bahwa adanya Kreator yang asli dan yang palsu. Dipercaya kunci masalah di dunia tersebut memang hanyalah dari Kreator, namun solusi-solusi yang ada masih dipertanyakan untuk menuntaskan masalah tersebut. Ada pun kubu ke-3 yang netral, tidak mendukung keduanya namun mereka mengikuti apa yang seharusnya dari bayang-bayang kedua kubu tersebut. Selanjutnya, bagaimana sang kreator akan menyelesaikan masalah pada dunia ciptaannya sendiri? Dalam satu kesadaran terdapat berbagai kesadaran lainnya yang tercipta, membuat berbagai pikiran saling bertentangan satu sama lain. Ini lah cerita tentang satu orang yang harus menghadapi dirinya sendiri. "Dunia fiksi tercipta karena kita tidak bisa menerima realita. Ini bukan soal lemah atau kuatnya kita menerima realita, namun ini soal bagaimana jiwa seseorang bisa hidup nyaman walau di dunia yang sangat menyakitkan ini. Namun… apa jadinya jika dunia fiksi yang kita ciptakan malah menjadi musuh terbesar dan menentang keberadaan kita sendiri?”

Zyon7x · แฟนตาซี
เรตติ้งไม่พอ
12 Chs

Memory 0-8 “Pengakuan Dosa”

"Lilith—hentikan!"

Azazel mencoba menghentikan Lilith yang mencekik Kreator dan menghampirinya. Lilith tentunya tidak mempedulikannya dan terus mencekik Kreator.

Kreator menyadari Azazel dan Zero menghampirinya menghentikannya.

"Berhenti di situ, Azazel! Zero! Ini urusan kita berdua."

"Eh?" Azazel bingung.

"Huh?" Zero pun sama.

"…" Sementara Lilith hanya menatap Kreator dengan wajah sinis.

Semuanya membeku. Tak ada yang bergerak selama beberapa saat, kecuali kecikan Lilith yang semakin kuat. Kreator merasa sakit akan hal itu, tapi itu sepertinya menjadi rasa sakit yang biasa, yang sebelumnya terasa lebih sakit pastinya.

Lilith pun bertanya, sekali lagi.

"Kenapa?"

Kreator menatap Lilith dengan wajah lemasnya.

"Karena… aku mengakuimu."

Jawaban yang sama seperti sebelumnya, Lilith sekali lagi merasa kesal dan malah membuat cekikannya semakin kuat.

"Itu lagi—apa tidak ada hal lain!?"

"…"

Kreator hanya terdiam, tidak merespon apa-apa. Lilith pun menunjukkan senyum gilanya lagi, namun sekarang sedikit dengan keraguan.

"Aku bisa menyiksamu lagi dalam keadaan ini, aku akan menyerangmu seperti sebelumnya."

Kreator menarik nafas, dan memberi jawabannya.

"Silahkan…"

"Huh… apa?" -Lilith.

"Hah…?" -Zero.

"…" -Azazel.

"Silahkan… siksa aku sampai puas… aku memberimu pilihan untuk takdir dunia ini. Kamu bisa menyiksaku—sampai kita berdua lenyap entah sampai kapan."

Lilith tidak tahu apa yang dipikirkan Kreator, begitu pula dengan Kreator yang entah apa yang dai pikirkan, semuanya benar-benar sangat blak-blakan.

"Hei, aku akan benar-benar menghabisimu, dan melenyapkan kepalamu dalam sekejab mata."

Walau Lilith mengancam seperti itu, kecikannya mulai melemah.

"Maafkan aku…"

"…"

"Maafkan aku… aku hanya ingin melindungi senyumanmu itu…"

"Ha…"

"Senyuman tulus sebelumnya… sangat indah dipandang. Aku ingin melindunginya… tapi aku tidak bisa."

"Diam…"

"Aku ingin melindungi senyuman itu… tapi sekarang hancur… karena ulahku sendiri… maafkan aku telah menciptakanmu seperti itu…"

"DIAM‼! AKU AKAN MENYERNAGMU"

Lilith kembali mencekiknya sangat keras, hal itu disadari oleh Zero dan Azazel.

"Kreator‼!" -Zero dan Azazel-

Namun Kreator dengan tangannya mengisyaratkan kalau mereka tidak perlu ikut campur.

"Jika kamu ingin, lakukan sesukamu…"

Kreator mempersilahkannya lagi. Namun itu membuat Lilith semakin bingung dan sekarang ketakutan, dan secara histeris dia melepaskan cekikannya secara langsung. Lilith segera merangkak ke belakang menjauh dari Kreator.

"K-KENAPA!?"

Kreator menatap Lilith dengan ekspresi tak berwajah lagi. Lalu mendekatinya.

"A-apa yang kamu lakukan!? MENJAUH DARIKU‼!"

Namun Kreator tak mendengarkan dan terus mendekatiknya, begitu pula dengan Lilith yang mencoba menjauh.

"A-AKU AKAN MENYERANGMU JIKA KAMU MENDEKAT‼!"

Walau dia bilang begitu, dia tidak melakukannya. Tanpa sadar Lilith berlinang air mata. Entah perasaan dan emosi apa yang dia rasakan sekarang.

"AKU MEMBENCIMU‼! DARI HATIKU YANG TERDALAM, AKU SELALU MEMBENCIMU‼! AKU—"

Kretor sedikit menunjukkan wajahnya, Lilith melihat seikit wajahnya. Lalu dia mengatakannya—

"AKU TIDAK AKAN MEMAAFKANMU‼!‼!"

Kreator pun akhirnya menunjukkan wajahnya, dan Lilith melihat jelas wajahnya yang tersenyum.

"Dasar—munafik."

Kreator kehilangan keseimbangan dan terjatuh—tapi secara reflek Lilith menangkapnya dan memeluk dalam dadanya. Dia menyadari kalau Kreator juga menangis. Kesadaran Kreator masih ada, namun semakin minim.

"Maafkan aku Lilith… semuanya salahku. Aku banyak melakukan dosa… bahkan melibatkanmu. Aku sungguh minta maaf telah membuatmu seperti ini."

"…"

Lilith hanya terdiam dan menangis, tak ingin menunjukkan wajahnya.

"Kamu tahu… kita berdua tak berbeda—maksudku memang kita berdua adalah satu. Kita berdua hanya lah makhluk berdosa yang ingin menjadi orang baik."

"Hiks…"

"Maaf… aku sangat minta maaf. Jika saja, aku mencoba berhenti melakukan dosa... jika saja aku tidak… melakukan itu hampir setiap hari... jika saja aku bisa memperbaiki diri, mungkin kamu akan mendapatkan hidup yang lebih baik sekarang. Aku berjanji… aku akan membuat takdirmu lebih baik di masa yang akan datang. Aku janji."

Mendengar itu, Lilith merasa kesal dan Kreator serasa akan berdosa lagi dengan membohonginya. Dia mencoba mendorong Kreator sekarang.

"Dasar pemboho—"

Namun Kreator memeluknya sangat erat. Lilith dengan susah payah memisahkannya, namun juga dia tak segan menendangnya. Dia bisa saja melemparnya sangat jauh dengan kekuatan yang tersisa miliknya, namun hatinya menolak untuk kasar sesaat.

"Maafkan aku, aku... adalah Kreator yang busuk… seharusnya aku tidak menciptakanmu sebagai pelampiasan. Tapi... di sisi lain juga… aku terus berharap aku bisa menjadi lebih baik... karena begitu seharusnya harapan bekerja. Kamu sudah tercipta, aku tidak bisa… menghapus keberadaanmu begitu saja—aku tahu memori-memori yang menyakitkan lebih banyak padamu... tapi ketika aku melihat kamu menikmati waktu bersama yang lain, ketika kamu melakukan hal yang seharusnya benar… dan ketika kamu tersenyum tulus, bukankah itu menjadikan dunia ini terasa hangat…?

"Kreator… hentikan…!"

"Aku… berjan…ji—"

"Kreat—"

"Maka dari itu... aku berjanji… kepadamu dan juga diriku, Lilith... aku akan membuat dirimu lebih baik, juga aku… juga harus memperbaiki diri. Setidaknya itu yang bisa membuat kita bisa diterima… oleh orang-orang, berusaha memperbaiki diri kita menjadi lebih baik. Aku tahu pasti ada saja… orang yang membenci dirimu karena masa lalu, tapi... jika memang kamu berusaha menjadi lebih baik, aku di sini—sebagai Kreator selalu menerima dirimu… walau kamu akan melakukan dosa lagi, tapi niat masih ada di dalam hati… aku akan terus mengakuimu... karena kamu adalah dosaku."

Seketika… entah dari mana… sebuah memori muncul. Lilith merasakan memori yang tak pernah dia rasakan sebelumnya. Ini adalah memori baru yang entah dari mana. Memori ini terasa sangat hangat, walau masih ada rasa sakit dalam memori itu—tapi selebihnya sampai akhirnya dia merasa memori itu sangat indah.

Lilith semakin tak tahan dengan tangisannya. Sementara itu, Kreator sudah kehilangan kesadaran dalam pelukan Lilith. Kini yang Lilith enggan dipeluk oleh Kreator, sekarang Lilith memeluknya dengan erat.

"Kreator…"

Lilith tidak menahan isi hatinya lagi, dia pun meneriakannya—saat di mana Kreator sudah tidak bisa mendengarnya.

"Aku—sangat membencimu! TAPI—aku juga mencintaimu‼! AKU SENANG BISA HIDUP DI DUNIA INI‼! AAAAAAAAAHHHHHHHHHHHHHHHH…—‼‼‼"

TAKDIR MASA DEPAN KREATOR DAN DUNIA INI TELAH BERGESER.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Apa begitu? Sebegitu mudahkah—maksudku… kalian pasti melihat dia menderita sekali saat ini dan berjuang mati-matian hanya demi menyadarkan satu—yah hanya satu ciptaannya saja, DAN KAMU YAKIN TAKDIRNYA AKAN BERUBAH BEGITU SAJA!?

Mungkin yang kalian saksikan sekarang adalah sebuah perjuangan yang hebat dan cukup sulit untuk memenangkan pertarungan itu—tapi bagiku, itu hanya sebagian kecil yang dikeluarkan oleh Kreator itu sendiri. Satu ciptaannya tersadar, bukan berarti dia akan selamat begitu saja.

Masih ada banyak—maksudku banyak sekali ciptaannya yang seperti Lilith, membenci penciptaannya sendiri dan memilih untuk memburunya. Oh ya, masih ingat rumor Kreator yang palsu? Ahh benar, itu semua adalah bagian cerita yang seharusnya kamu tidak lupakan. Dan juga, ini adalah hal yang cukup penting sebenarnya.

Mungkin di perjalanan kamu akan tidak sadar akan keberadaan Kreator palsu ini—tapi biar ku beri tahu, DIA SELALU MENGAWASIMU—DAN SELALU ADA DI DEKATMU.

Oh tolong, jangan lihat ke belakang—tidak ada apa-apa di belakangmu. Mungkin saja, hanya ada Jin atau setan yang ikut membaca cerita ini lewat monitor atau layar ponselmu. Hahaha—

Aku bercanda. Mungkin candaan itu sangat buruk, lupakan saja hal itu. Itu tidak penting. Yang penting adalah—apa yang kamu lihat sekarang hanyalah permulaan, masih ada penderitaan dan masalah pada diri Kreator.

Tentang Kreator palsu ini sebenarnya bukan secara langsung kepadanya, tapi Kreator yang disebut-sebut asli, begitu katanya. Apa kamu sadar… jika pun Lilith mengetahui kalau Kreator itu adalah yang asli, kenapa dia menyerang?

Benar—selama ini dia mencari orang yang benar. Malah membunuh Kreator yang asli bukanlah hal yang benar baginya. Kamu tahu maksudku sekarang? Yah… mereka yang membenci Kreator, tidak peduli akan keberadaan Kreator palsu. Mereka lebih ingin memburu dan membunuh Kreator yang asli, demi mengakhiri semua penderitaan ini, sama seperti yang dilakukan Lilith sebelumnya.

Bersyukur, Lilith sekarang sepertinya sudah ada di pihak Kreator sepenuhnya. Entah apa yang dirasukinya—mungkin memori indah? Jika memang bukan hanya pengakuan dosanya itu… mungkin Kreator sudah tamat riwayatnya.

Dosa? Oh, ohohoh, iya. Itu hanya tema permulaan dari cerita ini. Kita seharusnya sadar akan dosa kita. Maka dari, biarkan aku menceritakan cerita kecil untukmu—lebih tepatnya pada tema kali ini. Aku tidak akan menceritakan seluruh ceritanya, pastinya, tapi—

Hahaha. Mari kita mulai saja ceritanya. Kembali ke pembahasan yang pernah dibahas—apa itu dosa…? Sepertinya kita sudah tahu dari jawaban Lilith sebelumnya, berterima kasihlah kepada gadis seksi itu. Kita juga sedikit melihat isi hatinya. Siapa sangka dia meniduri banyak sekali pria di luar sana, pada ceritanya.

Oh ya, jika kamu mempunyai pengertian dosa menurutmu dan mungkin sedikit beda dari yang Lilith sebutkan, aku tidak akan menyalahimu. Kamu bebas berpikir apa yang kamu pikir benar, tidak ada yang memaksa di sini. Tapi ya… karena Lilith adalah bagian dari Kreator, pasti lah pengertian yang akan disebutkan Kreator pun akan sama dengannya.

Jika pada sesi sebelumnya kita mengetahui dosa-dosa yang dilakukan oleh Lilith, maka sekarang kita akan melihat dosa Kreator langsung. Ah, aku tahu mengumbar dosa diri sendiri itu sebenarnya tidak baik—tapi hey… cerita ini ditulis bukan semata-mata menjelekan Kreator atau mengumbar-umbar dosanya, tapi cerita ini dibuat untuk kalian. Benar, untuk kalian pelajari.

Jika kamu menemukan atau setidaknya belum tahu apa-apa, kamu bisa mempelajarinya dari sini, mencegah hal itu terjadi atau mungkin saja memperbaiki masalah dengan cara yang ditempuh oleh Kreator. Tapi aku tidak bisa menjamin cara Kreator akan bekerja padamu toh.

Ok, mari kita lanjut ke intinya. Kita tahu, semua yang ada pada di cerita ini hanya satu kesatuan, artinya hanya ada satu orang saja sebenarnya, tidak ada siapa pun lagi. Tapi, entah kenapa dunia ini memiliki banyak macam ekspresi dan kepribadian, yang tentunya ini semua berasal dari Kreator itu sendiri. Cerita yang ditulis olehnya terinspirasi dari dunia nyata, dan itu semua diubah menjadi cerita fantasi.

Begitu pula dengan dosanya itu. Lilith disebutkan kalau dia adalah bentuk dosa dari Kreator, dan tentu saja Kreator tak luput dari dosa. Dia hanyalah Manusia biasa pada kenyataannya.

Sekarang, mari kita bandingkan dosa Lilith dengan Kreator. Pertama—hah… dosa ini cukup memalukan untuk dibicarakan. Apa kamu sudah tahu maksudku, kan? Sudah jelas Lilith menyebutkannya beberapa kali sebelumnya. Benar, tentang menyerang para laki-laki.

Harus mulai dari mana aku…? Jadi, jangan salah sangka dulu. Bukan berarti setiap Lilith melakukan itu, Kreator juga melakukan hal semacam itu secara langsung—atau bahkan kalian berpikir Kreator melakukannya dengan sesama jenis. Oh tolong, berpikirlah Kreator itu masih lurus, dia menciptakan Lilith dengan tubuh yang menggoda karena—dia menyukai perempuan.

Lalu kenapa Kreator bisa membuat Lilith melakukan itu? Dosa yang dia lakukan adalah… melihat dan menonton. Kamu tahu maksudku. Saat tidak ada orang di sekitar, dia dengan tak terkendali melakukan itu. Visualisasinya langsung masuk ke dalam otak… mungkin dia melakukannya dengan tangan, tapi imajinasinya berkata kalau dia melakukan itu. Itu lah kenapa Lilith bisa berbuat seperti itu.

Oh… ini sungguh memalukan, sungguh. Aku tidak akan berbicara banyak lagi tentang itu, jika kamu ingin tahu lebih lanjut—tanya Lilith. Sekarang, mari kita beralih ke dosa selanjut.

Dosa ini juga sangat umum… berbohong. Yah, Kreator sangat sering berbohong… dia sangat buruk untuk menjaga rahasia, maka dari itu dia lebih sering berbohong. Ini pasti juga dialami oleh kalian, berbohong kepada orang tua… pura-pura polos, bahkan masih banyak lagi bentuk kebohongan yang dilakukan Kreator. Bahkan tak jarang dia membohongi dirinya sendiri kalau dia tidak apa-apa—tapi kenyataannya tidak. Ini juga terjadi sebelumnya, saat Kreator berbicara dengan Lilith bahkan Zero.

Sungguh, kita tak mau terlihat buruk. Kita juga lebih ingin selamat, maka dari itu kita berbohong jika ada semacam hal yang mengancam keselamatan kita. Benar-benar sepertinya dosa ini tak terhindarkan, bukan? Bahkan kamu tidak bisa memberitahu kebenaran kepada orang tuamu—orang yang paling dekat dan terpercaya. Kamu takut memberitahu kebenaran, dan terus berbohong.

Masih banyak dosa lagi sebenarnya, seperti dengki, iri, munafik—wah banyak kalau disebutkan. Benar-benar, Manusia itu bisa ditolong begitu saja. Walau kamu berusaha tobat dan memperbaiki diri, selalu saja dosa dilakukan.

Tapi biarkan aku memberi tahumu salah satu dosa yang entah kenapa bisa terjadi, tapi itu terjadi. Sebagai Kreator… yang ampas tentunya, dia yakin terhadap skill gambarnya. Dia dengan skillnya itu bisa dibilang cukup bagus—maksudku aku yang berbicara adalah diriku sendiri, jadi ya… gambarnya bagus menurutku juga, haha. Tapi bisa dibilang juga tidak sedewa ilustrator atau artist di luar sana, juga tidak sejelek orang-orang di bawah sana—maafkan aku telah mengatakan itu, tapi itu fakta yang bisa dipelajari.

Sekarang, dia tidak terlalu percaya juga kalau seberapa bagus atau jelek karya, selama itu ada keunikan pasti karyanya akan dikenal. Kreator percaya dia sudah mendapatkan keunikannya sendiri—tapi… kadang ada orang yang membantah keunikan tersebut. Di sisi lain juga, seberapa pun Kreator menggambar, dia tidak bisa memenuhi ekspetasinya.

Maksudku, begini… aku tahu berekspetasi berlebihan itu tidak baik—tapi ini sudah dibilang dia ada di ujung tanduk. Dan juga, dia patah hati ketika melihat karya orang lain, yang dia anggap tidak lebih bagus darinya mendapatkan perhatian lebih dari orang-orang. Sementara dia yakin karyanya itu ada lebihnya, tidak dilirik banyak orang. Orang yang meliriknya hanya orang itu lagi, dan orang itu lagi.

Dia adalah orang dewasa sekarang, dan orang tuanya mulai mengkhawatirkan masa depannya—tidak, orang tuanya sudah mengkhawatirnya jauh lebih lama dari itu. Dengan umur itu, seharusnya dia sudah menghasilkan uang dan memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Faktanya, dia adalah beban keluarga. Ah ya, salah satu alasan dia ingin mati. Lebih baik tidak pernah ada daripada menjadi beban hidup.

Sekarang, kita lihat sifat Kreator. Dia tidak pandai berbicara di depan banyak orang. Dia juga tidak punya ketertarikan kepada banyak orang. Sungguh orang yang sangat menyedihkan. Tapi dia seperti itu bukan karena kemauannya sendiri. Dia pun sering mempertanyakan dirinya sendiri bisa seperti itu.

Dan dia menemukan jawabannya. Masa lalu… memori-memori yang tidak diinginkan. Menjadi bahan pembully-an, banyak orang yang menganggapnya aneh. Bahkan dia tahu kalau dia adalah anak nakal sebelumnya, tapi ketika dia mencoba menjadi lebih baik—orang-orang menolak untuk percaya karena dia dulunya nakal. Oh ya ampun, aku jadi tahu kenapa alasan Iblis tidak ingin sujud kepada Manusia. Manusia itu sendiri tidak memberikan kesempatan kedua kepada sesama rasnya.

Akhirnya, dia—Kreator menjadi seperti ini. Introvert, pendiam, tidak banyak bicara. Yang dia bawa dari masa lalu hanyalah sikapnya yang aneh. Orang-orang tidak mempedulikan dan mempermainkannya, maka dari itu dia tidak tertarik dengan orang-orang.

Pertanyaannya pun terjawab, dosa tercipta, dia membenci semua orang. Dia dengki, iri, kepada siapa pun yang menginjaknya. Orang-orang polos itu tidak tahu apa yang dia pakai untuk menaiki tangga, yang sesungguhnya adalah harapan seseorang yang kesepian.

Bahkan untuk membenci orang-orang yang menindasnya adalah sebuah dosa. Dalam pikirannya, dia mengata-ngatai orang-orang itu dengan buruknya. Dengki dan iri, mungkin masih banyak lagi perasaan dosa di dalam dirinya. Sungguh… kita tidak bisa menghindar dari dosa sama sekali. Bahkan menjadi tidak berguna di keluarga, dianggap dosa.

Oh—sepertinya dia sudah bangun. Waktuku berbicara dan mengambil waktu ini sepertinya sampai di sini dulu. Kita akan berbicara lagi seperti ini—aku yakin jika kamu terus membaca ceritanya, kita akan bertemu lagi seperti ini. Perspektif cerita ini akan berubah lagi.

Selamat tinggal, dan sampai jumpa lagi.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Entah apa yang ku rasakan… rasanya entah hangat atau dingin. Tidak ada angin yang bertiup. Mataku terpejam, mencoba merasakan sekitar. Semuanya datar, meraba dengan tangan dan kakiku tidak mendapati apa-apa kecuali ruangan yang luas.

Dimana ini? Aku pun mencoba mengangkat badanku sambil membuka mataku. Aku terkejut. Aku sedang berada dalam sebuah ruangan—tidak, ini bukan ruangan… tapi semacam tempat yang tidak ada ujungnya.

Semuanya berwarna abu, dengan langit putih. Aku… seharusnya tahu tempat ini. Ini ada dalam cerita, ini adalah semacam ruang kehampaan—walau pun aku sebut tadi ini bukan semacam ruangan, tapi terserah lah.

Aku memandang luas sampai sejauh apa pun, tidak ada apa-apa yang terlihat kecuali diriku. Yang menjadi masalah, aku tidak tahu kenapa bisa ada di sini. Lalu aku pun teringat sesuatu yang sangat penting sebelumnya.

"Lilith…!? Zero! Azazel!"

Aku meneriakan ketiga nama itu. Aku ingat saat aku menghadapi Lilith dan monster yang menembus perutku. Apa yang terjadi sebelumnya? Ingatanku sangat buram. Aku tidak bisa mengingat apa yang terjadi setelahnya.

Aku tidak tahu apa yang dikatakan Lilith, dan apa yang dia akan lakukan kepadaku… bahkan aku tidak sempat melihat wajahnya sama sekali. Apa dia berhasil membunuhku? Jika iya, maka ini—adalah akherat???

"Kau sudah bangun, rupanya…"

Aku mendengar suara dari belakangku, aku pun melihat ke belakang, dan mendapati sesosok yang membuat mataku terbuka lebar. Sosok itu sangat familiar—BUKAN‼! Sosok itu… adalah diriku sendiri.

Aku melihat punggungnya, berdiri di depanku. Sementara itu aku yang terduduk mencoba berdiri. Aku tidak tahu apa yang terjadi dan apa yang harus ku lakukan.

"Kamu…!? Apa yang terjadi sebenarnya!?"

Dia pun membalikkan badannya dan menunjukkan wajahnya. Ya, itu adalah 100% diriku. Kenapa aku bisa melihat diriku sendiri di sini? Dia menatapku dengan ekspresi datar, dengan raut wajah yang sangat serius.

"Selamat datang, Kreator—maksudku… diriku sendiri."

"Apa yang—HAH!?"

Aku pun teringat sesuatu. Secara tiba-tiba ketika aku melihat diriku sendiri, aku hanya mengingat apa kata Zero. Ada Kreator yang palsu. Tak salah lagi, seharusnya dia adalah Kreator yang palsu itu.

"Kamu! Kamu adalah yang palsu, kan!?"

Aku menunjuknya. Tapi dia tidak mengubah ekspresi wajahnya.

"Hmmm… jadi kau akan menganggapku seperti itu. Baiklah, kau boleh memanggilku Kreator Palsu."

Jadi benar, dia adalah yang palsu. Apa yang harus aku lakukan adalah tidak tahu. Tapi, seharusnya kalau dalam game, hal seperti ini hanya bisa diselesaikan lewat pertarungan. Aku pun mencoba mengambil Pen Tablet-ku. Tapi—tidak ada. Aku tidak bisa mencarinya di sekitarku, biasanya Pen Tablet itu selalu muncul di dekatku.

"Apa…!? T-tidak ada!"

"Kamu… mencari ini?"

Dia memenculkan Pen Tablet itu dari tangannya. Entah semenjak kapan dia punya itu, tapi aku merasa kesal sekarang.

"Kembalikan itu! Yang palsu tidak berhak memegangnya!"

"Begitu yah. Kalau begitu, ini."

Dia melemparnya ke depanku dan menghantam permukaan tanah. Pen Tablet itu langsung rusak dan terbelah menjadi dua. Aku pun tidak menyangka dia akan melakukan itu, dan juga Pen Tablet itu dengan mudahnya hancur… tidak seperti sebelumnya walau Pen Tablet itu terlempar jauh, benda itu masih akan tetap utuh.

"Woe goblok‼!"

"…"

Dia tidak menjukkan ekspresi apa pun. Tapi sekarang dia mencoba memberi tahu sesuatu dan menunjuk ke arah Pen Tablet yang hancur itu.

"Itu, adalah harapanmu."

Apa maksudnya itu… aku tidak—APA!? Apa dia mencoba memberitahu kalau harapanku itu seperti Pen Tablet yang hancur ini!? Harapanku sehancur itu kah!?

"APA MAKSUD LO TOLOL!?"

Aku merasa sangat kesal dan mengepalkan tanganku sangat kuat. Aku mulai berlari ke arahnya, dengan menyiapkan tinjuku. Tapi dia tidak bergerak sedikit pun.

Aku pun sampai di depannya dan meluncurkan tinjuku. Tapi—tanganku tidak bisa mengenainya. Tinjuku sudah berada tepat di depan wajahnya, tapi entah ada semacam penghalang tak kasat mata yang mengehentikan tinjuku.

"A-APA!?"

Dia tidak mengubah sedikit pun raut wajahnya. Tak lama kemudian, dia menaruh telapak tangannya di perutku. Aku tidak tahu apa yang dia akan lakukan, tapi seketika aku sadar dia akan—

"Melancarkan serangan kepadaku… itu yang kamu pikirkan."

"—‼!???"

Dia membaca pikiranku. Aku sangat terkejut dan membuka mataku lebar-lebar. Dia pun akhirnya melepaskan serangannya. Tekanan angin yang sangat kuat menghempaskan seluruh badanku sangat jauh.

"WUAAAAAAAAAHHHHHH‼‼‼"

Aku terjatuh dengan benturan beberapa kali sebelum akhirnya berhenti. Ku kira jika dia adalah diriku sendiri, kekuatannya juga akan seperti diriku saat ini. Tapi… dia sangat kuat. Apa sebenarnya dia? Apa karakterku yang bisa berubah wujud menjadi diriku?

Dia pun berjalan mendekatiku, sementara aku masih kesakitan dan berusaha berdiri. Tapi rasanya tubuhku sangat berat entah kenapa, aku hanya bisa berlutut menghadapnya.

"Hmmm… Kreator—atau lebih tepatnya, diriku sendiri. Kau tahu, dunia ini sepertinya tidak membutuhkan dirimu lagi."

"A-apa…?"

Apa maksudnya? Yang bisa ku pikirkan hanyalah… apa aku sudah mati? Dunia apa? Dunia apa yang tidak membutuhkan diriku lagi?

"Duniamu, atau pun dunia nyata."

"…!?"

Dia seketika menjawabnya. Dia benar-benar menbaca dan menjawab pikiranku.

"Semuanya akan melupakanmu."

"A-apa maksudmu!?"

Dia semakin dekat, lalu dia menjulurkan tangannya ke arahku.

"Semua memori ini, terasa hangat bukan? sekaligus... menyakitkan."

Apa maksudnya…? Apa dia membicarakan tentang Lilith? Zero? Memori yang hangat… aku hanya memikirkan senyuman mereka berdua. Dan juga rasa sakit ketika aku menerima serangan dari monster dan juga Lilith. Apa maksudnya???

"Selamat tinggal, diriku—Lunatic Creator."

Sebuah pena tercipta dalam telapaknya… seketika—berubah menjadi jarum yang sangat besar yang ujungnya mengarah kepadaku—lebih tepatnya mengarah pada kepalaku. Aku melihat ujung jarum yang besar itu menghadapku. Aku sangat takut, dan tubuhku bergetar.

"Apa yang kamu akan—‼‼????"

Setelah itu, rasa sakit mengisi kepalaku. Jarum itu menusuk kepalaku dan menembusnya. Tapi… aku tidak bisa berteriak. Apa karena otakku hancur? Aku berhenti berpikir—tidak… aku masih berpikir tapi tidak bisa berkata.

Rasanya—SAKIT‼‼‼ Tapi berteriak dalam keheningan. Aku masih mempunyai kesadaran, tubuhku yang lemas tidak bisa jatuh, karena jarumnya menancap sampai ke tanah dan tubuhku tergantung seperti itu.

"Ah ya, tentang harapan…"

Dia berjalan mendekatiku dan mengelilingiku.

"Harapan tentang memori-memori ini akan hidup selamanya, terdengar konyol sekarang."

"…"

Apa yang… apa yang dia bicarakan…? Aku merasa bingung, juga sekaligus sangat paham apa yang akan dia bicarakan.

"Kamu tahu, seberapa pun kamu berjuang, kamu akan dilupakan, tidak ada yang peduli pada dirimu sama sekali. Mereka yang memberi perhatian kepada dirimu juga akan melupakanmu dan juga karya-karyamu, jika kau sudah tiada."

Aku tahu… aku sangat mengetahui itu… seberapa pun aku berjuang, aku akan dilupakan suatu saat nanti. Lalu siapa yang memberi perhatian? Lilith? Zero? Tidak—orang-orang dari dunia nyata? Melupakan karyaku… Aku tahu itu akan terjadi. Aku sangat tahu.

"Maka dari itu, lebih cepat mengakhiri semua ini daripada terus melanjutkan harapan yang menyakitkan ini, diriku yang malang..."

"A-aku… tahu…"

Aku… akhirnya bisa mengatakan itu. Dia pun berhenti, dan berada di sisi ku.

"Hmmm…?"

Aku berjuang untuk mengatakan sesuatu, sambil memegang sebuah jarum yang menancap di kepalaku.

"Aku memang tak yakin lagi… bahwa mimpinya akan terwujud—aku tidak bisa melihat masa depan diriku sendiri. Aku berharap setiap hari—bukan karena aku baik-baik saja… namun karena aku tersakiti akan keadaan. aku terus menaruh harapan—kepada diriku sendiri, juga kepada orang-orang. Namun—tak sadar selama ini aku hanya menyakiti diriku sendiri dengan harapan tersebut."

"…"

Dia sedikit merubah raut wajahnya. Sementara aku tidak peduli dan berjuang melepaskan jarum yang menancap ini.

"Apakah masih ada yang bisa—"

Aku terus berjuang mengangkat badanku.

"Apakah ada yang bisa menyelamatkan diriku sekarang?"

Aku menarik kepalaku, semakin menjauh, jarumnya semakin besar. Dan itu semakin sakit, tapi aku terus berjuang dengan bodohnya.

"TIDAK...—AAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHHHHH‼‼!"

Aku pun akhirnya melepaskan kepalaku dari jarumnya, dan berteriak kesakitan.

"Di—ketahui…" Katanya.

Dia melanjutkan isi dari pikiranku.

Yah, jawabannya adalah… TIDAK DIKETAHUI. Itu lah yang aku katakan dalam batinku.

"Hmph…"

Aku melihat dia, dia memejamkan matanya dan berpaling ke arah lain. Tercipta sebuah jarum yang lebih kecil di sisi kepalanya. Muncul sebuah tanda bergaris merah di sekitar mata kiri dan pipinya. Sesaat, dia berpaling padaku dengan tatapan datar namun tajam, lalu sesaat kemudian…

"Hey, apa yang—tunggu‼!"

Dia menusuk jarum itu sendiri ke kepalanya. Tubuhnya lalu tergeletak, dan sepertinya—dia mati. Begitu yang aku pikirkan. Tapi dalam dunia ini—apakah aku masih di dalam dunia yang sama? Entahlah… semua yang bisa mati hanyalah monster, sementara diriku dirusak seberapa banyak pun, tubuhku akan pulih.

"Ketololan macam apa ini…" Gunam mutiaraku.

Aku masih tidak bisa memikirkan apa-apa. Lalu, aku pun tertunduk. Memikirkan sekali lagi ketidakwarasan yang telah terjadi sebelumnya. Aku menarik nafas dan menghembuskannya.

"Astagfirullah… apa yang terjadi sebenarnya?"

Ku kira… ini adalah wujud akherat. Tapi aku masih belum yakin juga, apakah aku sebenarnya sudah mati atau tidak. Yang ku ingat hanyalah tentang cerita di mana kamu terus disiksa setimbal apa yang ku perbuat—dan itu rasanya terjadi beberapa waktu yang lalu. Di mana aku dijahar habis oleh dosaku sendiri.

Tapi juga aku bingung, dia bisa dihentikan. Bentuk dosa yang menghakimiku tidak melanjutkan hukumannya kepadaku, apakah ini bentuk pengampunan? Ah, aku baru ingat kalau Tuhanku adalah Maha Pemaaf.

Apakah aku terlalu berpikir terlalu jauh? Apakah ini maksud akal? Aku—tidak tahu… bahkan selanjutnya yang aku pikirkan adalah diriku sendiri. Aku seperti melihat cermin… aku tahu kalau dia adalah aku. Tapi, dia dipenuhi hal misterius. Aku tidak bisa membaca ekspresinya, apakah dia ingin aku mati? Dari kata-katanya sebelumnya, dia seperti ingin memberitahuku kepada kebenaran yang kejam.

Aku tahu… kebenaran tentang situasiku sekarang. Aku tahu aku merasa seperti Manusia yang gagal. Dan dia mengatakan kebenaran itu apa untuk menghentikanku? Mustahil… aku memang sering berpikir untuk mengakhiri hidup ini, tapi juga aku terlalu takut. Di sisi lain, aku masih percaya dengan adanya harapan.

Aku tidak—bisa berpikir… lebih tepatnya aku hanya ingin membiarkan hal ini. Aku tidak mau lelah atau terbebani terhadap hal ini terlebih dahulu. Aku sudah dirusak banyak hari ini. Sungguh… satu hari yang penuh dengan emosi dan ekspresi.

Lilith… wajah seperti apa yang dia buat sebelum aku hilang kesadaran. Aku tahu aku hanya… bacot—omong kosong sepertinya, kepada Lilith. Aku berjanji, aku tahu itu… tapi aku tidak tahu apa aku bisa menjaga janji itu. Hah… dia pasti akan membenciku lagi.

Sesaat, aku berbaring di tanah yang penuh dengan kekosongan itu, menatap langit yang putih dan tidak ada apa pun. Aku pun bergunam kepada diriku sendiri.

"Apa yang terjadi padaku… Adythia???"

Aku pun memejamkan mata. Semuanya terasa ringan. Aku merasa… aku tidur di atas bantal yang empuk. Ah… aku rindu tidur enak seperti ini, walau pun aku hanya meninggalkan satu hari kepada kasurku. Tapi… apa artinya ini? Rasanya, nyaman. Apakah aku kembali? Apakah aku kembali ke dunia nyata???

Aku pun mencoba menyadarkan diriku, di saat aku terpejam. Aku merasa, mataku yang tertutup seperti melihat sedikit terik cahaya yang lembut. Rasanya seperti pagi hari. Aku pun mencoba membuka mataku, berharap aku kembali kepada tempat yang aku kenal—