webnovel

Prince Of Lifeline

Kim Taehyung adalah pangeran kecil keluarga Kim. Seluruh anggota keluarga Kim memperlakukannya dengan sangat hati-hati layaknya porselen. Menjaga dan melindungi Taehyung meski mereka tidak lagi utuh. Bagi mereka Taehyung adalah garis hidup, yang menjadi alasan mereka untuk tetap memiliki harapan pada kejamnya dunia yang mereka tinggali. Begitupula gadis ini, Park Jaelyn. Menjalani kehidupan yang bertolak belakang dengan Taehyung, Park Jaelyn harus menjalani kerasnya hidup sendirian meski ia memiliki keluarga. Ditolak dan disalahkan setiap detiknya. Kim Taehyung adalah alasan dia masih bertahan. Kalau bukan karena Kim Taehyung, Jaelyn sudah lama memutuskan garis hidupnya.

Vkaniavie · วัยรุ่น
เรตติ้งไม่พอ
5 Chs

What should I do?

'I still wonder, wonder beautiful story. Still wonder, wonder best part. I still wander, wander next story.

I want to make you mine.'

Sehun dan Chanyeol melangkahkan kakinya dengan berat menuju apartment mewah si pemuda Kim yang berada di lantai sembilan. Jam sudah menunjukkan pukul setengah dua belas malam dan mereka belum juga menemukan Kim Taehyung. Mereka sudah mencari ke tempat yang kemungkinan didatangi oleh si bungsu, namun nihil. Dia tidak ditemukan di manapun.

Mata Sehun melirik ke arah Chanyeol yang berjalan sambil sedikit menunduk di sebelahnya. Ia yakin kalau temannya itu sudah sangat lelah, namun rasa khawatir yang menghantuinya karena sang adik masih di luar sana jauh lebih besar. Ia bisa melihat Chanyeol sedikit memaksakan dirinya tadi.

Mereka bahkan hampir saja adu pukul hanya karena memutuskan siapa yang menyetir. Kala itu, Sehun bisa melihat Chanyeol sudah sangat lelah dan tidak memungkinkannya untuk mengemudi, Sehun ingin menggantikannya demi keselamatan mereka berdua juga. Bahkan setelah perdebatan sengit itu Sehun masih sesekali menoleh pada Chanyeol untuk memastikan anak itu baik-baik saja.

Setelah mereka hanya tinggal setengah jalan menuju ke pintu apartment Chanyeol, Sehun melihat sebuah siluet pemuda yang berdiri tak jauh dari unit apartment Chanyeol. Sehun menyipitkan matanya, ia merasa tidak yakin dengan seseorang bersurai biru itu. Apa dia salah satu teman Chanyeol yang dia tidak kenal?

Sementara Sehun sibuk dengan asumsinya terhadap orang asing tersebut, Chanyeol masih sibuk dengan ponselnya. Ia menunduk dalam saat membalas pesan dari kedua orang tuanya yang juga menanyakan tentang Taehyung.

Apa yang bisa Chanyeol katakan? Sampai detik itu pun anak itu tidak bisa ia jumpai di manapun.

Sehun mengambil langkah sedikit di depan Chanyeol. Kini ia berhadapan dengan si pemuda misterius. Ini aneh.

Bahkan sampai Sehun tepat berada di depannya, pemuda itu tidak bergerak sama sekali. Ia masih menyandarkan badannya di dinding, sebelah kakinya ia tekuk sambil menunduk dalam. Sehun hanya sesekali melihat helaian surai biru yang menutupi sebagian wajah pemuda itu bergerak samar.

Tangan Sehun perlahan terulur padanya. Ia tidak yakin, tapi melihat tinggi dan postur tubuh orang di depannya ini ia bisa menyimpulkan satu nama. Dan saat rambut bagian depan pemuda itu berhasil ia sibakkan, Sehun tidak kuasa untuk tidak melebarkan matanya.

"Kim Taehyung?!"

Chanyeol mendongak otomatis saat mendengar nama adiknya disebut. Sekarang, di depannya ia bisa melihat Taehyung. Orang yang dicari-carinya selama beberapa jam terakhir kini ada di depannya dengan luka di wajah dan surai berwarna biru.

Tunggu dulu... biru?!

Rahang Chanyeol mengeras, garis wajahnya menjadi tegas. Siap untuk meledak, namun Sehun menahan pemuda itu saat ia mengambil dua langkah cepat ke arah Taehyung yang masih menunduk.

"Kim Taehyung." Panggil Chanyeol. Suaranya terdengar sangat dingin menusuk.

Tangan Sehun kembali menarik Chanyeol ke belakang protektif saat melihat gelagat si pemuda jangkung yang seolah akan membunuh adik kesayangannya itu dengan tatapan tajamnya.

"Tenangkan dirimu dulu, hyung."

Sampai detik itupun Taehyung menolak bergerak dari tempatnya, tidak pula repot-repot mendongak. Sebenarnya dia juga ketakutan. Kim Chanyeol itu kalau sudah marah auranya bisa benar-benar menyeramkan.

"Ayo, Tae," Tangan Sehun dengan segera meraih Taehyung. Ia menekan password apartment Chanyeol dan menarik Taehyung masuk kala pintu sudah terbuka. Meninggalkan Chanyeol yang masih berusaha menguasai dirinya.

Ia lega adiknya sudah ditemukan, tapi dia juga marah melihat penampilan Taehyung. Luka di wajah Taehyung, meskipun terlihat sudah diobati, Chanyeol masih merasa marah. Dari dulu dia selalu sensitif kalau adiknya itu sakit. Baik demam biasa, flu atau maag, dan sekarang apa? Adiknya pulang dengan wajah penuh luka, ia merasa gagal menjaga Taehyung.

Belum lagi soal surai adiknya. Biru? Yang benar saja! Apa yang ada di pikiran Taehyung kala ia mengubah warna rambutnya? Apa dia lupa kalau dia masih berstatus sebagai salah satu murid di sebuah sekolah menengah?

Taehyung mendudukkan diri di sebuah sofa abu-abu di apartment Chanyeol dengan tenang. Matanya sesekali melirik ke arah Chanyeol. Sebenarnya Taehyung tidak setenang itu. Dia khawatir. Kakaknya pasti tidak akan melepaskan dirinya kali ini, dan dia akan diomeli habis-habisan sampai menjelang subuh.

"Baiklah, Tae."

Taehyung mendongakkan kepalanya ragu saat melihat Sehun berada di depannya dengan wajah yang ramah. Tidak seperti pemuda tiang yang menatapnya tajam dari bar dapur apartment ini. Taehyung jadi berharap Sehun saja yang jadi hyungnya. Setidaknya, meskipun mereka sama-sama menyebalkan, Sehun tidak terlalu galak.

"Kau mau tidur bersama Chanyeol hyung atau aku?" Tawar Sehun. Ia sudah biasa tidur di apartment Chanyeol. Apartment ini memiliki dua kamar tidur. Kamar tidur utama dan kamar tidur untuk tamu dan kamar itu sudah seperti kamar Sehun sendiri saking seringnya dia menginap di sini. Taehyung juga tau itu. Kadang, ia merasa sedikit iri pada Sehun. Pemuda bersurai hitam kelam itu tidak perlu memohon seperti dirinya untuk dapat tinggal di sini. Walau memohon sekalipun Taehyung tetap tidak diperbolehkan tinggal di sini kan?

"Dia akan tidur di kamarnya." Jawab Chanyeol sembari membuka kulkasnya untuk mencari air mineral. Sehun dan Taehyung menoleh padanya.

"Kamar yang mana, hyung?" Tanya Sehun heran. Dia mulai merasa posisinya terancam.

"Tentu saja kamar tamu. Hanya ada dua kamar di sini." Chanyeol meneguk airnya santai. Ia hampir tersedak saat melihat melihat ekspresi kaget Sehun yang seolah diusir dari rumahnya.

"A-apa? Tapi aku biasa tidur di san-, maksudmu aku tidur bersama Taehyung kan, hyung? Kau tidak menyuruhku tidur di sofa, kan?"

"Dan kau tidak berfikir aku akan membiarkan adikku tidur di sofa kan?" Chanyeol bersedekap, menaikkan alisnya pada Sehun yang memasang wajah masam. Taehyung terkekeh melihat adegan di depannya, ia masih heran kenapa bisa persahabatan kedua manusia tiang itu berjalan mulus kalau setiap hari yang mereka lakukan hanyalah berdebat.

"Tapi Hyuuuung," rengek Sehun, tapi Chanyeol sudah mengacungkan jari telunjuknya dan menggeleng.

"Keputusanku itu final, dan kau-" Chanyeol menoleh pada Taehyung yang balik menatap sang kakak dengan mata rubahnya yang polos. Aneh, biasanya mata itu selalu berpendar dengan tajam padanya. "Tidur sekarang, besok pagi-pagi sekali aku mau bicara."

Taehyung mengangguk patuh, masih terpaku pada punggung sang kakak yang berjalan menaiki anak tangga menuju ke kamarnya. Anak bersurai biru itu sedikit merintih saat ia berdiri, kepalanya berdenyut tak nyaman dan badannya seperti terbakar.

Sebenarnya Taehyung mau bilang kalau dia sakit. Badannya sudah tidak enak sejak ia tiba di apartment, bahkan saat dia masih diobati oleh Aira. Tapi ia urungkan, karena dia tidak mau sesi konselingnya dengan sang kakak semakin memakan waktu.

Taehyung tersenyum kecil saat melihat Sehun yang masih terlihat kesal karena keputusan Chanyeol. Pemuda yang lebih tua darinya itu pasti serasa ingin meninju wajah 'sok' hyungnya tadi saking kesalnya.

"Kau bisa tidur denganku, hyung. Lagipula, kau lebih sering tidur di kamar itu dibanding aku." Kata Taehyung yang langsung mengubah ekspresi kesal Sehun jadi sumringah. Sehun menghampiri Taehyung dan merangkul anak itu.

"Aku sudah tau kita akan bisa berteman. Kau lebih menyenangkan dari pada hyungmu itu!" Sehun menarik Taehyung tergesa menuju kamar tamu dan saat mereka sudah sampai Taehyung terpaku.

'Bahkan dia membiarkan Sehun hyung membawa barang-barangnya ke sini.'

Taehyung mengedarkan pandangannya sekitar setelah mendapat salam selamat datang dari Sehun. Sehun memilih bersiap-siap untuk tidur sedangkan Taehyung masih asyik dengan pemandangan kota Seoul yang terhampar di depannya sekarang.

"Tae, jangan tidur malam dan jangan berdiri di balkon terlalu lama. Angin malam tidak baik untukmu."

Taehyung menoleh sebentar untuk tersenyum kecil pada Sehun. Seolah tanda ia mengiyakan, dan detik setelahnya Sehun sudah terlelap di bawah kungkungan selimut putih tebalnya yang hangat. Meninggalkan Taehyung yang terdiam di balkon.

Badan Taehyung sedikit condong ke depan. Sikunya ia sandarkan pada pembatas balkon, ia menghela nafas berat dan memejamkan matanya. Kepalanya serasa berputar-putar, bukan hanya karena ia memang sedang tidak sehat, namun juga pikirannya yang berkecamuk. Hidup Taehyung cukup rumit untuk remaja seusianya, dan berkali-kali juga Taehyung serasa ingin menangis. Namun tidak ada air mata yang keluar dari netranya, tidak setetespun dan itu membuatnya merasakan sesak yang lebih lagi.

Karena dia hanya bisa memendam sakitnya sendiri, konsekuensi yang harus ia hadapi adalah saat tidak ada satupun yang tau kalau sebenarnya dia terluka parah.