webnovel

PRIA KERAS KEPALA

Aku mungkin terlalu lama menyadari perasaanku yang semu. Namaku Jeon Jung Ki. Pria mengenaskan yang ditinggal kedua orang tuaku saat sedang bermain di taman dekat rumah saat usiaku duabelas tahun. Aku tinggal di rumah pamanku setelah kematian ibuku. Rumah asalku di Bu San. Lalu aku dikirim oleh pihak kepolisian untuk tinggal di rumah pamanku. Kakak dari ibuku. Hidup cukup dewasa di rumah pamanku, tidak tamat sarjana dan aku harus bekerja paruh waktu dikafe milik seseorang dengan menjadi barista pada akhirnya aku menjalin hubungan dengan seseorang. Pria dewasa dua tahun dariku. Sayangnya setelah aku mendapatkan kebahagiaanku sejenak dengan pria itu, namanya Kim Tae Woo. Pada akhirnya aku juga mendapatkan rasa sakit. Ditinggalkan dan ditinggalkan lagi. Aku harus percaya pada siapa, saat rumahku setelah pamanku adalah Kim Tae Woo? Pria itu memilih menikah dengan wanita pilihan ibunya, dan menjadikanku sebagai pacar keduanya. Sejak awal hubungan ini sudah salah, tapi aku sudah terlanjut mendapatkan rasa sakit.

sakasaf_story · LGBT+
Not enough ratings
58 Chs

26. Pesan Dari Hoo Sik.

Tae Woo memarkirkan mobilnya dengan rapi saat pria itu berhasil sampai di area apartemennya. Ada banyak mobil yang terparkir rapi di parkiran dekat lobi apatemennya.

Infomasi kemarin, semua apartemen di sini penuh, ada sekitar sembilanpuluh tiga kamar berkualitas VIP dan VVIP tujuh kamar dengan pelayanan mahal.

Tae Woo terbiasa menggunakan kamar dengan kulitas VIP dia biasa tunggal di lantai lima paling pojok, sama sekali tidak berniat untuk memperbaiki dan kemewahannya, Tae Woo juga nyaman-nyaman saja dengan apartemen yang sangat mendetail dan santai. Semuanya kebutuhannya juga ada di satu ruangan, kamar yang memiliki kamar mandi mewah, dengan beberapa fasilitas nyaman dengan kolam renang kecil dan cukup untuk dua orang.

Apartemen yang sengaja Tae Woo beli karena dia berhasil kabur dari rumahnya setelah pertengkaran hebat dengan ibu dan sepupu laki-lakinya pria itu sepakah membeli semua lantai dan hal kepemilikan apartemen untuk tempat tinggalnya beberapa tahun terakhir ini.

Pria itu tersenyum tipis saat dia berhasil hidup mandiri tanpa bantuan ibunya, dia berhasil tidak merepotkan wanita yang melahirkannya dan memilih mengambil hari dan hidupnya sendiri. Walaupun semua uang dan gaji yang dia dapat sudsh sepakat sama dengan yang Jung Hoo Sik terima pria itu selalu menyimpan hampir sebagian besar uangnya untuk uang miliknya.

Pria itu turun dari mobilnya, ada satu pria yang menunggu kedatangannya dengan tersenyum tipis, Tae Woo menganggukkan kepalanya pelan. "Tolong periksa bahan bakarnya," ucap Tae Woo langsung pergi meninggalkan pria tadi dengan meninggalkan kunci mobilnya agar merawatnya, Tae Woo menghela nafasnya berat.

Hari ini terasa begitu berat, pria itu tersenyum lega saat menyadari jika hidupnya semakin terarah. Masalahnya dengan Jung Hoo Sik pria itu sudah selesai, walaupun sebentar dan kali ini dia merasa lega bisa mendapatkannya.

Tae Woo berjalan mendekat ke arah resepsionis untuk meminta sesuatu. "Ada yang bisa kami bantu tuan?" tanya wanita itu saat menyadari Tae Woo mendatangi meja resepsionisnya. "Tolong pesankan aku susu hangat dan roti isi, bawakan ke kamarku." Tae Woo mengatakannya pada wanita tadi yang sedag menulis pesanan tuannya dan akan memesannya. "Kami akan menyiapkannya tuan." Tae Woo berjalan meninggalkan wanita tadi dan berjalan menuju lift, pria itu juga mulai menuju lantai lima dan masuk ke kamar apartemennya dengan pelan.

Dengan menghela nafasnya berat Tae Woo menaruh semua barang bawaannya, jas dan dasinya Tae Woo lepaskan, merapikan sebagian besar kamarnya yang kacau karena mabuk saat itu.

"Astaga, berantakan sekali," keluh Tae Woo saat melihat kamarnya hampir kacau dan berganti menjadi gudang walaupun kamarnya cukup luas dan mewah. Pria mandiri itu membersihkan kamarnya sendiri dan mulia mengistirahatkan dirinya untuk duduk, tidak lama dari itu makanannya datang, Tae Woo menerimanya dan memilih mandi untuk membersihkan dirinya sendiri dan memulainya dengan baru.

"Jam berapa sekarang?" gumam Tae Woo saat melihat dia mulai mengantuk, tangannya mengambil minumannya dan langsung melahap satu roti isi tanpa pinggiran rotinya satu kali dan menguyahnya dengan santai, saat akan menyalakan televisi Tae Woo mendapat telefon dari seseorang, saat mendengar nada dering ponselnya terdengar Tae Woo mendekat ke arah jasnya yang tergantung dan mengangkat panggilannya dari Min Yoon Seok.

"Kim Tae Woo." Tae Woo mendapat panggilan dari teman pengacarannya begitu mengangkat panggilannya. "Ya?" tanya Tae Woo saat dia mengambil duduk sofa di samping dan mengambil gigitan kedua dari roti isinya. "Aku sudah mengantar pacarmu ke rumah dengan selamat." Tae Woo menganggukkan kepapaya pelan begitu mendengarnya. "Terimakasih Kak." Yoon Seok terkekeh kecil saat mendengar dengan serius bagaimana Tae Woo mengatakan terimaksih padanya dengan baik dan senang. "Ya?"

"Aku terkejut mendengarnya." Tae Woo memutar bola matanya malas, pria itu kembali meminum minumannya dan kembali bertanya pada Yoon Seok. "Sialan."

"Apa dia sampai dengan selamat? Kau membelikan makanan yang ku minta sebelumnya? Makan siangnya?" tanya Tae Woo saat dia menanyakan makan siang yang dia minta pada Yoon Seok untuk Jung Ki apakah dibelikan.

"Aku membelinya, terimakasih uang yang kau kirim padaku," jawab Yoon Seok ringan, pria itu juga tidak mengatakan apapun saat dia membelikan banyak makanan atas nama Jung Ki oleh Yoon Seok hanya untuk membuat Jung Ki dan keluarga dari pamannya merasa senang.

Pria itu juga selalu melakukannya dengan sering, tidak setiap saat, dan itu yang membuat Yoon Seok terlihat sangat lebih dekat dengan Jung Ki daripada dengan Tae Woo.

Pria pengacara itu benar-benar terlalu sering membelikan makanan atau setidaknya minuman untuk Jung Ki selain dari perimintaan Tae Woo untuk Jung Ki.

Jika memang makan siang yang selalu Jung Ki dapatkan memang dari Tae Woo, namun beberapa minuman dan pembeli baru yang datang, itu adalah dari Yoon Seok.

Pria itu membayar orang untuk meminum dan selalu datang di caffe tempat bekerja Jung Ki dua tahuny terakhir, dan itu hanya ide gila Min Yoon Seok.

"Ngomong-ngomong soal Park Ji Min, tidakkah dia mencurigakan?" tanya Yoon Seok membuat Tae Woo menyatukan alisnya bingung karena baru pertama kali juga Yoon Seok terlihat tidak nyaman dengan irang-orang didekat pacarnya.

Ya, Jeon Jung Kim

"Maksudmu mencurigakan? Pria itu sangat baik padaku, walaupun sedikit tidak suka karena sikapku terlalu dingin dan menuntup sesuatu pada Jung Ki, aku tidak memiliki masalah dengannya." Tae Woo menjawabnya dengan jujur, pria itu memang tidak keberatan sama sekali soal kedekatan Ji Min dengan Jung Ki.

Terlebih, jika dilihat-lihat Ji Min masih menyukai wanita, dan membenci hubungan pris dengan pria. Tae Woo mendengar itu sendiri dari Jung Ki. Pria itu yang mengatakannya langsung padanya. Dan Tae Woo tentu saja percaya. "Aku hanya sedikit mencurigainya."

"Pria kecil itu memang tipeku, aku juga menyukainya karena dia memiliki hati yang bersih dan lembut. Namun tatapannya tadi siang padaku sedikit membuatku berhati-hati." Tae Woo menyatukan alisnya cukup terkejut, hanya saja pria itu menganggap remeh masalah tersebut. "Aku tidak yakin jika berharapan dengannya aku akan kalah, dia terlihat seperti Jung Ki. Ji Min bukan pria dominan yang akan mendominasi Jung Ki, dia tidak akan mampu." Tae Woo menjawabnya dengan ringan, dia memang menyakini satu hal, dan dia akan selalu meyakininya dengan baik. "Apa ini lelucon?" tanya yoon Seok sedikit bergurai.

"Ya, karena hanya aku yang bisa mendominasi Jung Ki, tidak ada pria manapun yang bisa mendominasi pria manis dan cantik itu." Yoon Seok total terdiam dan memilih abai, pria itu langsung menutup pembicaraan dengan membahas ponsel Tae Woo yang sudah ada padanya lagi.

"Ponselmu sudah kembali, Jung Ki mengembalikannya tadi, ku tutup dulu." Tae Woo melempar asal ponselnya ke ranjangnya, pria itu memilih memakan habis cemilannya karena dia sudah sangat kelaparan.

Sejarang sudah hampir pukul dua pagi, dan pria itu sama sekali belum bisa tidur sama sekali. Tae Woo memiliki kesibukan lain untuk mencuci bajunya pagi ini, hanya saja mengingat seberapa konyolnya Tae Woo yang membiarkan bajunya terus dicuci sepanjang pria itu tidur mebuat Tae Woo memilih melupakannya.

Pada akhirnya Tae Woo memilih masuk ke kamar mandi untuk mencuci mulutnya, menyikat sebagian mulutnya karena meminum susu manis di pagi hari.

Ralat, malam larut bagi Kim Tae Woo. selesai dengan rutinitas sebelum tidur, Tae Woo pada akhirnya memilih langsung tidur di ranjangnya.

Ranjang besar untuk dua sampai tiga orang. Tae Woo memang selalu meminta pembelian barang-barang di apartemennya dengan baik, akan diganti setiap akan masalah di satu kamar.

Misal saja jika kamar Tae Woo kaki ranjangnya rusak atau patah, maka pria itu akan merubah semua ranjang di VIP dan VVIP untuk menyamakan semua ranajng di satu apartemen penuhnya.

Dan itu baru saja terjadi dua bulan terakhir, Tae Woo sama sekali tidak merasa rugi, karena kenyamanannya bahkan memiliki nilai jual dan beli yang lebih tinggi untuk setiap penyewa apartemennya.

"Hari ini buruk untuk sekarang, Kim Tae Woo. Ayo tidur dengan nyaman untuk besok, aku berharap kau tidak mendapatkan masalah dari sisi manapun. Mimpi indah," ucapnya setelah menarik selimut dan menata beberapa bantal di setiap sisinya.

Ngomong-ngomong bantal, Tae Woo selalu memiliki tiga bantal sekaligus. Pertama untuk bantal di kepala, lalu bantal di kaki untuk menyangga dan satu bantal terakhir untuk dia peluk. Itu sudah menghangatkannya.

Tae Woo mulai mematikan semua lampu dan menyalakan lampu tidur, bahkan pria itu juga langsung memakai penutup mata saat tidur agar membuatnya lebih nyaman dan nyenyak untuk tidur.

Baru saja menutup matanya untuk tidur dan terlelap seseorang mengirim pesan padanya membuat suara dengan notifikasi tinggi mengalihkan fokusnya.

"Astaga," keluhnya bukan main, pria itu menarik lembut selimutnya kembali, lalu memilih menidurkan dirinya sendiri untuk mengalihkan gangguan saat malam hari yang larut.

Tae Woo hanya ingin pergi tidur dengan nyaman, dan Tae Woo rasa dia gagal melakukannya. Notifikasi terus berbunyu membhat Tae Woo mau tidak mau harus bangun dan kembali menyalakan semua lampu di kamarnya lalu mengambil ponselnya.

Dengan membuka penutup matanya Tae Woo mulai mengambil kesadaran. Dirinya sangat mengantuk sekarang, dan dia butuh tidur. Namun seseorang mengirimi pesan padanya beberapa kali.

Itu sangat mengganggunya. Saat kesadarannya mulai penuh Tae Woo mulai membaca pesan dari seseorang di jam seperti ini. "Siapa?" gumamnya kecil.

Alis Tae Woo total menyatu begitu menyadsri pesan yang datang dsri Jung Hoo Sik.

Terlihat jelas jika nama menggunakan tanda titik mati karena hanya nomor ibu dan Hoo Sik yang Tae Woo simpan dengan tanda titik.

Tae Woo membacanya sebentar, dan sekarang dia mulai serius untuk memikirkannya.

/Bibi mengatakan padaku jika dia akan datang ke kantor, aku kurang tahu untuk apa, jadi ku harap kau datanglah ke kantor dan jangan datang ke caffe untuk menimati sarapanmu besok./

/Ini bukan perintah Kim Tae Woo, aku hanya memberimu sedikit saran agar hubunganmu dengan bibi jika tidak baik-baik saja setidaknya kalian tidak saling membenci./

/Jika besok pagi kau bangun dan membacanya, pikirkan baik-baik!/

Tae Woo tersenyum miring, dia sama sekali tidak merespon apapun dan memilih melanjutkan tidurnya.

Hahaha. Maaf jika saya sangat bodoh menulis alur. saya akan memperbaikinya berjalannya waktu.

sakasaf_storycreators' thoughts