webnovel

Kehamilan sang Istri

Zang Yun terkejut saat memasuki rumahnya karena melihat pintu tidak terkunci, merasa khawatir jika telah terjadi sesuatu dengan rumahnya segera dia mencabut belati berburunya dari sarung. Perlahan Zang Yun memeriksa semua sudut rumah termasuk sebuah kamar kosong yang dijadikan tempat menyimpan perlengkapan berburunya sampai kedapur, tapi dia tidak menemukan sesuatu yang mencurigakan hingga akhirnya masuk dengan perlahan kekamarnya sendiri dan kembali dia terkejut karena melihat istrinya sedang tidur padahal hari masih sore.

"Ehh..., sayang...! kamu kenapa...? apa kamu sakit...?" kata Zang Yun sambil memeriksa keadaan sang istri, kemudian dia melihat sang istri membuka matanya sambil tersenyum menatapnya.

"Kau sudah pulang suamiku...? ahh..., ini..., aku..., dari siang aku sudah kembali kerumah...!, karena beberapa saat setelah sampai disawah tadi pagi aku merasa mual dan agak pusing...! tapi aku baik baik saja mungkin dengan istirahat..., mual dan pusingnya akan hilang...!" kata Lung Nie yang kemudian bangkit dari atas tempat tidur.

"Hmm..., baiklah...!, istirahatlah dulu dan ini uang hasil berburu musim ini...!, dan itu sudah dibagi empat bagian secara merata...! dan didalam kantong penyimpanan ada aku belikan beberapa stel pakaian baru untukmu...!" kata Zang Yun menjelaskan.

"Ahh..., banyak sekali hasil kali ini sayang...?, apakah ini sudah termasuk penjualan tanaman bunga Anggrek Dewa itu...?" kata sang istri.

"Belum istriku...?, acara pelelangannya masih menunggu seminggu lagi...? dan pohon bunga anggreknya aku bawa kembali karena yang dilelang hanya kelopak bunganya saja...!, semuanya ada dalam kantong penyimpanan diatas meja...!, aku pergi mandi dulu...!" kata Zang Yun sambil berlalu pergi kekamar mandi.

Setelah selesai mandi Zhang Yun kembali kekamarnya dengan hanya mengenakan kain handuk ditubuhnya, dan melihat sang istri masih berbaring diatas tepat tidur.

"Apakah kamu masih merasa pusing sayang...?, wajahmu terlihat tidak bersemangat...!" kata Zang Yun kepada sang istri yang terlihat masih lemas.

"Ahh... tidak...!, aku hanya merasa lelah saja hingga membuat aku malas untuk beranjak dari tempat tidur...!" kata Lung Nie dengan suara terdengar lemas.

"Bagaimana kalau kita periksa kesehatanmu kepada paman Wui...?, siapa tau ada sesuatu yang mengganggu ditubuhmu...! sekalian nanti kita kerumah paman Rou karena aku ada perlu disana...?, untuk memberikan uang hasil perburuan bagian saudara Zang Ran...!" kata sang suami.

"Hmm..., bukan itu yang penting sayang...?, tapi aku membutuhkanmu saat ini...!, eennmm...?" kata sang istri manja kemudian mengajak sang suami melakukan ritual pasangan suami istri disore hari itu.

Ritual singkat yang dilakukan pasangan itu hanya berlangsung selama 30 menit, dengan wajah senang sumringah Lung Nie beranjak dari dalam kamar pribadi mereka menuju dapur untuk menyiapkan makan malam untuk mereka berdua. Didalam kamar Zang Yun mulai berpikiran dengan sikap dan tingkah aneh dari sang istri dalam hal berhubungan, biasanya dia yang mendahului tapi sejak kepulangannya dari berburu hampir setiap malam sang istri yang berinisiatip untuk memulai. Diufuk barat langit terlihat berwarna kemerahan mengiringi sang matahari menuju keperaduannya dan beberapa saat lagi malam akan menjelang, terlihat sepasang suami istri sedang berjalan beriringan sambil tangan sosok perempuan lengket memeluk lengan sang suami.

Dengan bujukan ala seorang ayah memberikan permen gula kepada anaknya, akhirnya Lung Nie mau mengikuti Zang Yun menuju kerumah paman Wui yang adalah seorang Tabib. Dari kejauhan terlihat rumah keluarga paman Zang Wui yang pintunya sudah tertutup rapat, setibanya didepan pintu rumah tersebut dengan perlahan Zang Yun mengetuk pintu...,

Tok... tok... tok...,

"Siapa...?" terdengar suara sosok pria dari dalam rumah.

"Salam paman...! ini saya Yun bersama Lung Nie ingin bertemu...!" kata Zang Yun.

Krieeekkk...

"Mari masuk nak...!, dan duduklah..., bagaimana kabar kalian berdua...?" kata paman Zang Wui ayah Zang Fei yang adalah seorang Tabib terkenal di Desa Kun Zang.

"Terimakasih paman...! kabar kami baik-baik saja hanya ini..., istriku...! tadi siang pulang dari sawah merasa pusing dan sempat muntah-muntah...!" kata Zang Yun menjelaskan maksud kedatangan mereka.

"Ohh...!, coba mendekat kesini nak Nie...?, ulurkan tangan kirimu dan lemaskan...!, tarik napas perlahan..., tahan...!, keluarkan...!, sekali lagi...!" kata sang Tabib mulai memeriksa keadaan Lung Nie.

Sambil duduk Zang Wui memeriksa denyut nadi kemudian memijit beberapa titik dibagian tangan, pinggang, leher dan punggung, kemudian dia berdiri dan menuju bagian belakang kediaman mereka sambil menyiapkan sesuatu disana. Beberapa saat kemudian sang Tabib kembali dan melanjutkan pengobatannya terhadap Lung Nie.

"Bagaimana perasaanmu...?, apakah perasaan mual dan pusing itu masih terasa...?" tanya Zang Wui melanjutkan pemeriksaannya.

"Emm...., masih seperti tadi paman hanya saja..., ini..., aku mohon permisi mau..., mau pinjam kamar kecilnya paman...! ma... maaf...!" kata Lung Nie terbata-bata karena menahan sesuatu.

"Nak Nie...! nanti didepan kamar mandi sudah paman siapkan baskom kecil dan ada cairan herbal didalamnya...!, masukkan sebagian air kencingmu kedalam baskom itu...!" kata sang tabib.

Tanpa menjawab LungNie bergegas ke kamar mandi dan mengikuti apa yang diperintahkan paman Zang Wui kepadanya, sementara itu diruangan tamu sambil menunggu sang istri kembali Zang Yun dengan gelisah bertanya...,

"Bagaimana paman...?, apakah ada sesuatu yang mengganggu kesehatan dan tubuh istriku...?" tanya Zang Yun.

"Ennm..., tunggulah sampai istrimu kembali...!, aku harus memastikannya terlebih dahulu nak Yun...?, tapi setidaknya keadaan istrimu baik-baik saja...!, nak Yun tenang saja!" kata paman Zang Wui.

Tak sampai 5 menit Lung Nie kembali dan duduk dekat suaminya dengan wajah agak kemerahan seperti tomat masak, perasaannya tidak enak dengan tindakan yang dirasanya tidak sopan saat kekamar mandi ketika sedang bertamu.

"Apakah kau melihat warna air dalam baskom itu nak Nie...?" tanya Zang Wui kepada Lung Nie.

"Iya paman...!, warnanya kuning kecoklat-coklatan...!" kata Lung Nie.

"Wah...!, apa kamu yakin nak...?" kata sang tabib memastikan.

"Benar paman...! saya mengamatinya sampai beberapa kali...!" jawab Lung Nie dengan perasaan waswas.

"Apakah penyakit istriku berbahaya paman...?" kata Zang Yun dengan perasaan agak gelisah.

"Yahh..., agak berat memang...!, tapi kalian berdua tidak usah khawatir...!, karena pamanmu ini bisa mengobatinya...!" kata paman Zang Wui sambil menggaruk-garuk bagian belakang kepalanya yang mulai rontok rambut putihnya.

"Maksud paman...?" kata Zang Yun dan Lung Nie bersamaan dan setengah berteriak karena diliputi perasaan cemas.

"Begini nak Yun...!, ini akan sedikit membebani nak Yun dalam beraktifitas setiap hari..., karena istrimu harus banyak beristirahat dan juga harus makan makanan yang bergizi...!, hal ini untuk menjaga kondisi tubuh istrimu tetap sehat dan kuat...!" kata paman Zang Wui sang Tabib.

"Tidak masalah paman...!, kalau hanya untuk hal itu aku bisa melakukannya dan seberat apapun dan seberapa besar biayanya akan kutanggung...!, walau sampai menjual sawah dan rumah kami...?, ini demi kesembuhan istriku akan aku lakukan paman...!" kata Zang Yun yang terlihat sudah gelisah.

Sang istri yang duduk disampingnya ikut gelisah, hal ini terlihat dengan keringat yang keluar dan membasahi kedua pipinya.

"Tenang nak Yun..., nak Nie...! kalian berdua tak perlu cemas dan gelisah seperti ini...?, karena beban yang saya maksudkan ini akan kalian berdua alami kurang lebih sampai 8 bulan kedepan...!, sebab perkiraan saya Janin dalam perut istrimu saat ini sudah berumur 3 minggu...!" kata sang Tabib menjelaskan hasil diagnosanya tentang yang sedang di alami Lung Nie.

Tersentak pasangan suami istri itu dari tempat duduk mereka, seakan tidak percaya dengan apa yang barusan mereka didengar dari paman Wui sang Tabib.