webnovel

Prolog

Sangsurya telah menunjukan jati diri dengan cahaya nya kepada semesta.Disinilah hari Ersya di mulai,dengan mengucapkan selamat pagi kepada nenek nya sebagai awal hari nya.

"Selamat pagi nek!"Ersya memeluk nenek nya yang tengan duduk di ruang tamu.

Tidak hanya nenek,ada beberapa makanan untuk sarapan juga disana.Jangan heran,di rumah Ersya hanya memiliki tiga ruangan khusus.Kamar nya,kamar nenek,dan ruang tamu yang multi fungsi.Tidak ada ruang keluarga,apalagi ruang makan,hanya tersisa beberapa ruangan kecil lain nya seperti dapur yang bersebelahan dengan kamar mandi,dan satu gudang.

"Selamat pagi cucu kesayangan nenek!ayo sarapan dan bergegaslah pergi sekolah!"Begitulah jawaban nenek setiap pagi nya lalu membalas pelukan Ersya dengan hangat.

Ersya mengangguk patuh lalu bergegas menyantap sarapan nya.Makanan yang di masak oleh nenek tidaklah terasa enak,seperti sup pagi ini rasa nya sangat hambar,dan bubur sarapan kemaren sangat asin.Tapi,Ersya selalu memakan nya sampai habis agar tak mengecewakan nenek nya.

"Baiklah,sudah habis.Ersya berangkat dulu nek."

"iya,hati-hati di jalan!maaf hari ini nenek hanya bisa memberi jajan Rp.15.000,00 saja karena gaji pensiunan nenek belum keluar."Ujar nenek yang menyelipkan uang ke dalam saku Ersya.

Ersya tampak menahan air mata nya keluar,dia tampak mengangguk dan pergi begitu saja tanpa menatap nenek nya.

Dulu nenek adalah seorang guru.Namun,dua tahun terakhir ini nenek sudah tidak bisa mengajar lagi karena sudah tua.

Mungkin,sebagian orang berpikir gaji seseorang seperti nenek bisa mencukupi kebutuhan mereka.Tapi sial nya,ibu Ersya meninggalkan banyak hutang sebelum meninggalkan dunia ini.

●●●●●

Disinilah Ersya sekarang.Di sebuah bukit belakang sekolah yang penuh dengan pepohonan dan tanaman hijau lain nya seperti rerumputan.

Gadis itu sering ke sini,untuk meluapkan emosi nya.Benar saja,Ersya tampak sedang menangis sambil bersandar di salah satu pohon tampa peduli seragam nya basah akibat embun pagi yang ada di rerumputan.

"Kenapa wanita gila itu harus melahirkan ku kedunia ini?!dia membuat ku hidup dengan rasa bersalah kepada nenek!lebih baik tidak pernah dilahirkan sama sekali kalau tau akan hidup seperti ini!"begitulah ucap nya sambil menangis.

"Aku juga ingin berfoya-foya!aku ingin mendapat uang jajan yang banyak!aku ingin makan makanan yang enak!aku ingin punya saudara agar bisa menanggung beban ini bersama mereka!"teriak Ersya sekeras yang dia bisa.

"Aku juga tidak mau punya nenek...hiks!"sambung nya dengan tangis yang tersesu-sedu.

Ersya menenagkan diri nya sejenak sebelum pergi dari bukit itu dan beralih ke kelas nya.Seragam nya masih agak basah tapi dia tak terlalu memperdulikan nya.

Untung saja dia bergegas pergi dari bukit itu,kalau tidak guru piket telah menanti untuk mencatat nama nya di buku siswa yang melanggar.

Pagi ini Ersya belajar bahasa indonesia,guru nya memberikan tugas untuk membuat sebuah karangan bertema bebas.Mungkin agak terdengar sepele tugas itu di berikan pada siswa/i kelas 11 SMA,tapi Ersya sangat menikmati nya.Jangan salah,menulis dengan aturan yang benar tidak semudah menarik sebuah tisu dari kotak nya.

"Ersya apa yang akan kamu tulis?"tanya teman sebangku nya bernama putri.

"Aku akan menulis tentang sebuah dunia,dimana mereka hidup dengan kekuatan berdasarkan elemen."

"elemen?"

"iya,elemen!tanah,api,air,cahaya dan udara!"jelas Ersya dengan semangat.

"elemen mana yang jahat?bukankah di setiap cerita akan ada yang jahat?"

"Api!elemen api lah yang jahat!"

"Api?bukankah akan mudah di kalahkan oleh elemen air?"

"Karena itu lah,aku membuat elemen air sebagai elemen paling lemah."

"kamu sangat tidak adil!seharus nya elemen air itu paling kuat agar bisa dengan mudah mengalahkan kejahatan!"tegas Putri yang memberi saran masuk akal.

"Aku hanya ingin menegaskan,bahwa hidup tidak semudah itu."

"Terserah pada mu!lalu siapa yang bisa mengalahkan elemen api?"

"Eleman cahaya."

"Bagai mana cara nya cahaya mengalahkan api?!"

"Terserah pada ku!aku yang menulis nya!kamu urus saja cerita mu sendiri!"

Putri mengangkat bahu nya bersikap seolah tak peduli dan memilih melanjutkan karangan yang di tulis nya.

Begitupun dengan Ersya,dia melanjutkan karangan nya dengan mengikuti naluri nya.Bagi Ersya menulis cerita cukup mudah karena dia sering membayangkan sesuatu sebelum ia memulai tidur nya.