webnovel

Pernikahan yang Ku Sesali

Lydia Minora Tan adalah seorang wanita muda cantik dan sukses, di usia 25 tahun dia sudah mendapat berbagai gelar mentereng seperti B.A, MBA, PhD. Diusia 16 tahun dia sudah lulus SMA karena 2 kali ikut program kelas akselerasi di SMP dan SMA. Sebagai anak orang terkaya di daerah Jogja, dia juga mewarisi banyak perusahaan dari ayahnya. Prestasi cemerlang di pendidikan berbanding terbalik dengan kehidupan percintaannya. Lydia sama sekali belum pernah pacaran. Sebagai penganut kristiani yang sangat ketat dan taat, keluarganya tidak memperbolehkan ia berpacaran karena takut terjerumus ke dalam dosa. Lydia yang baru berusia 25 tahun sudah menjabat sebagai direktur utama di salah satu anak perusahaan milik keluarganya. Sebagai keluarga kaya dan terhormat, Hariyanto Tan, ayah Lidya, sangat menjaga citra keluarganya. Sehingga diusia 25 tahun, merupakan usia wajib sudah menikah bagi wanita di keluarga Tan. Begitupun dengan Lydia, dia pun diharuskan menikah dengan laki-laki pilihan keluarganya apabila ingin mendapat jatah warisan keluarga. Sebagai anak satu-satunya di keluarga Hariyanto Tan, mau tidak mau mengikuti perintah ayahnya untuk menikah dengan Ardi, anak angkat dari William Wongso. Walaupun Ardi hanya anak angkat, tetapi William sangat sayang kepada Ardi, itu dikarenakan Ardi adalah anak dari adik perempuan Wiliam yang meninggal bersama suami dan anak bungsunya karena pesawat yang ditumpangi mengalami kecelakaan. Selain itu William yang juga ditinggal meninggal oleh istri dan anak perempuan semata wayangnya akibat tersapu tsunami saat liburan di Puket tahun 2004 membuat Ardi menjadi satu-satunya ahli waris William apabila dia meninggal. Namun Ardi yang dari luar terlihat sempurna sebagai seorang dokter yang baik dan penuh perhatian rupanya aslinya adalah seorang playboy kelas kakap dan egois. Setelah 2 tahun menikah dan dikaruniai seorang anak perempuan yang cantik jelita, sifat Ardi yang sebenarnya mulai muncul Apakah yang akan dilakukan Lydia? Apakah akan mempertahankan pernikahannya demi nama baik keluarga atau bercerai dengan Ardi?

Aprock410 · สมัยใหม่
เรตติ้งไม่พอ
14 Chs

Makan di Restoran fusion Sushi

"Silahkan dinikmati mas dan mbak" ujar pelayan yang menyajikan makanan yang kami pesan.

Hidangan pertama adalah beberapa roll nasi dengan lembaran rumput laut dilapisan paling luar berisi daging dan asparagus digoreng ditengah nasi disusun bertumpuk dengan rapih dan indah membentuk seperti gunung lalu diolesi sejenis cairan kental putih seperti mayonnaise racikan restoran, sangat menggugah selera. Hidangan kedua adalah semangkuk edamame atau kacang kedelai muda yang masih dalam polong yang sudah dikukus.

"Ayo Lyd dicoba" Ardi mengambilkan satu roll dari sajian dipiring menggunakan sumpitnya lalu meletakan dipiringku.

"Iya Ko.." Aku mengambil roll yang diberikan Ardi menggunakan sumpit yang tersedia lalu memasukan ke mulutku.

Hmmm.. Rasa pulen nasi bercampur garingnya asparagus goreng dan lembutnya daging ikan yang rupanya ikan gindara dan juga rasa mayonise yang manis dan asam namun segar berpadu padan sangat serasi dilidahku. Pantas saja Ardi suka Krakatau Roll, karena berbeda dengan nigiru sushi klasik, rasa fusion sushi ini sesuai dengan selera masa kini.

"Gimana? Enak?" tanya Ardi menyadarkanku dari buaian perasaan nikmat dan lezat saat menyantap krakatau roll dimulutku.

Aku mengangguk dan meneruskan makanku, mengambil beberapa buah roll untuk menikmatinya kembali.

"Sepertinya kurang ya kalau cuma 1 porsi.. Pelayanan!!" ujar Ardi memanggil pelayan saat melihat belum sampai lima menit hidangan krakatau roll yang dia pesan tinggal 1buah yang tersisa dipiring saji.

"Iya mas" jawab pelayan yang dipanggil Ardi sembari jalan mendekaro kami.

"Saya pesan satu porsi lagi krakatau roll" pesan Ardi.

"Baik mas, ada lagi?" tanya pelayanan itu.

"Iya, pesan ga pakai lama" ujar Ardi dengan nada bercanda.

"Iya mas"jawab pelayanan yang berdiri mencatat tambahan pesanan kami sembari tersenyum.

"Oh iya Lid.. Besok malam kamu kembali ke Jogja naik pesawat apa?" tanya Ardi

"Garuda Ko.." jawabku.

"Jam?"

"Jam 19.30 malam"

"Wah kok sama.. Aku juga menggunakan pesawat kelas bisnis Garuda jam 19.30" ujar Ardi seakan tidak percaya dengan apa yang dia dengar bahwa kami satu pesawat.

"Oh ya? Wah kebetulan sekali ya" ujarku yang juga kaget kami satu pesawat.

"Bagaimana kalau kamu dan orangtuamu saya jemput?" tawarnya padaku.

"Apa ga merepotkan Ko?" ujarku tidak enak hati.

"Tidak.. tidak sama sekali.. Kan sekalian jalan" terangnya.

"Ok, nanti saya tanyakan papa dan mama ya mengenai tawaranmu" ujarku.

"Baik, saya tunggu ya kabar darimu"

"Ngomong-ngomong Ko, pendidikan kamu berarti sudah mau selesai ya?" tanyaku pada Ardi ingin mengetahui lebih lanjut mengenai pendidikan dokter yang sedang dijalani Ardi apalagi di keluarga besarku tidak ada satupun yang menjadi dokter, bukan karena tidak ada yang minat, tapi karena beberapa sepupu dan oom atau tanteku yang mencoba mendaftar tidak diterima.

Aku sendiri memang tidak berminat, karena banyak mendengar kabar kalau sekolah kedokteran itu lama sekali, saat jurusan lain sudah lulus dan bahkan sudah mendapat kerjaan dengan jabatan yang lumayan biasanya orang yang menempuh pendidikan kedokteran baru selesai. Apalagi aku sangat fobia melihat darah dan takut melihat mayat serta hantu, karena itulah aku tidak ingin masuk kedokteran, karena aku denger selama pendidikan aku akan belajar pakai mayat dan ditaruh diruang mayat.. Hiiii.. Membayangkannya saja aku sudah ketakutan sendiri.

"Iya.. Kalau lancar akhir bulan ini aku ujian akhir lokal, dan awal Agustus ujian board Akhir Agustus aku wisuda." jawab Ardi menjelaskan.

"Ujian Board itu apa?" tanyaku bingung.

"Ujian board Itu adalah ujian kompetensi bedah yang dilakukan nasional, semacam Ujian Nasional tapi untuk yang sudah lulus ujian akhir bedah di universitasnya" jelas Ardi.

"Wah ribet ya. Jadi Koko dari lulus SMA langsung ambil dokter Bedah?" tanyaku kembali.

"Oh engga, saya menempuh pendidikan dokter umum dahulu, dan lulus pendidikan dokter umum Udayana tahun 2008, lalu jadi dokter ptt didaerah terpencil 6 bulan, setelah selesai ptt bulan Juni 2009 saya ikut tes masuk bedah, dan keterima di semester genap 2009 Bedah UGM." jelas Ardi.

"Koko pinter banget ya.. Semua pendidikan Koko diambil di universitas negeri" pujiku

"Nggalah.. Kamu lebih hebat, lulus MBA dan PhD dari Harvard" bantah Ardi.

"Ya udah deh, sama-sama hebat" ujarku sembari tersenyum.

"Hahaha bisa aja kamu. Oh iya, kamu pergi sama aku begini, ga ada yang marah?" tanyanya iseng.

"Siapa yang marah? Papa Mamaku setuju- setuju aja" tanyaku bingung dengan pertanyaan Ardi.

"Bukan papa mama kamu.. Maksudku, pacar kamu ga marah kamu jalan sama aku?" Ardi memberi penjelasan mengenai pertanyaan sebelumnya yang dia utarakan padaku.

"Oo.. Aku masih jomblo Ko.." ujarku.

"Kok bisa gadis secantik kmu masi jomblo? gombal Ardi padaku.

"Ih Koko bisa aja.. Koko sendiri bagaimana?" tanyaku penasaran mengenai statusnya.

"Aku? Saat ini aku juga lagi jomblo. Pacaran terakhir putus awal tahun lalu karena dia selingkuh" jelasnya.

"Kok bisa, tolol banget perempuan itu sampai berselingkuh dari Koko. Apa coba kurangnya Koko buat dia? Calon dokter Bedah, gagah, pintar, kaya pula" ujarku kesal ke Tina setelah mendengar cerita Ardi.

"Ah bisa aja kamu, ga sekaya keluarga kamu lah, orang terkaya di Jogja. Iya alasan Tina, mantanku, dia selingkuh karena aku tidak pernah ada waktu untuknya, sekolah melulu sampai ga sempat memperhatikan dia, makanya akhirnya dia selingkuh" Ardi menjelaskan alasan mantannya menyelingkuhi dia.

"Kasian Koko.. Kok tega banget si dia" ujarku merasa simpati atas kisah sedih Ardi.

"Ya yang lalu biarlah berlalu.. Aku toh uda ga ada rasa lagi sama Tina. Trus kamu terakhir pacaran kapan?" tanya Ardi kepadaku.

"Aku belum pernah pacaran dari kecil"jawabku.

"Wah.. Perawan tingting dong kamu" ledeknya kepadaku.

Aku mengangguk.

"O iya, gimana kalau kita jalan-jalan dahulu, waktu masih menunjukan pukul 19.30, Masi ada 1 jam 45 menit sebelum film yang kita mau tonton dimulai." tawar Ardi kepadaku.

"Ayo" jawabku.

"Ok, kamu tunggu disini dahulu ya. Aku bayar makanan ini dulu di kasir" ujar Ardi berjalan ke kasir di bagian dalam belakang restoran sedangkan aku beberes, memasukan handphone ku ke dalam tas.

"Udah? Mau jalan kemana kita?" tanyaku kepada Ardi saat ia datang menghampiriku setelah selesai membayar makanan yang kami makan.

"Bagaimana kalau kita keliling mall ini. Kamu pasti jarang kan ke Pondok Indah Mall 2?" tawar Ardi kepadaku.

"Boleh juga, ayo kita liat-liat siapa tahu ada barang yang menarik buat dibeli"ujarku setuju.

Kami pun berjalan mengelilingi mall, beberapa kali aku dan Ardi mampir ke gerai pakaian yang ada disana untuk melihat-lihat. Kami pun berhenti di gerai Zara, aku melihat beberapa baju wanita yang menarik, lalu aku mencobanya. Setelah beberapa pakaian aku mencoba akhirnya aku memutuskan membeli seluruh 5 pakaian yang aku coba. Ardi membantu memilihkan baju selama aku di galeri, seleranya sama persis dengan seleraku, sehingga kami selalu sependapat untuk pilihan-pilihan busana yang

kami lihat.

Selain itu kami juga mengunjungi gerai sepatu wakai, aku memang suka sepatu kanvas model ini, kebetulan ada wakai warna kuning, aku tertarik untuk membelinya, karena aku suka warna kuning.

"Mas.. Ada ukuran 38 untuk sepatu ini?" tanyaku kepada penjaga toko.

"Ada mbak, sebentar ya, saya ambilkan" jawab penjaga toko Wakai kepadaku.

"Kamu juga suka warna kuning?" tanya Ardi.

"Iya kok.. Koko juga suka ya?" tanyaku balik.

"Iya.. Wah apa sekalian aku beli juga ya biar samaan?" usulnya kepadaku.

"Ide bagus tu Ko" ujarku setuju

"Mas sama sekalian ukuran 44 ya mas!" Ujar Ardi kepada penjaga toko yang sedang mencarikan ukuran sepatu yang aku minta.

Setelah mencobanya, akhirnya kami sepakat untuk membeli sepatu yang sama. Waktu sudah menunjukan pukul 20.50, setelah membayar sepatu wakai yang kami pilih, kami bergegas berjalan menuju ke bioskop xxi.