webnovel

Pernikahan Kontrak Tuan Muda

"Menikahlah denganku maka ku bebaskan semua hutang-hutang orang tuamu! kau tidak perlu takut, pernikahan ini hanya sementara, sebut saja pernikahan kontrak." Diva, gadis yang baru saja pulang dari study di luar negeri di kejutkan akan permintaan orang asing itu, terlebih saat dirinya menatap wajah orang tuanya yang nampak tak berdaya. "Me-menikah?" Gadis itu terdiam beberapa saat, dia sangat-sangat tidak ingin namun melihat ketidakberdayaan orang tuanya membuatnya mau tak mau harus menerima itu semua. "Kontrak pernikahan selama dua tahun, setelahnya kau ku bebaskan. Ekonomi keluargamu kembali normal dan kau akan ku ceraikan!" "Ce-cerai?" "Ya. Gampang bukan?" Lelaki itu melempar surat perjanjian di atas meja. "Cepat tanda tangani dan besok kita akan menikah!" Dengan wajah angkuhnya dia melenggang dari hadapan semua orang. "Urus mereka!"

Nabila_Putrii · สมัยใหม่
Not enough ratings
401 Chs

Demam

Setelah pulang Kantor, Kenzo segera menjemput istri tercintanya. Dia menunggu di mobil, seperti biasa. Sebelumnya Kenzo sudah menghubungi Diva.

"Hai sayang, udah lama nunggunya?" Diva masuk mengecup singkat pipi suaminya.

Kenzo menggeleng, dia memeluk tubuh istrinya erat. Kenzo merasa lelah, entah kenapa tubuhnya terasa sangat lelah.

Mobil sudah berjalan, Sore ini Kenzo memang menggunakan sopir tidak seperti biasanya dia lebih senang mengendarai sendiri bersama istrinya.

"Kenapa mas? kamu sakit?" tanya Diva, Kenzo menggeleng semakin mengeratkan pelukan mereka menjatuhkan kepalanya pada bahu Diva.

Menikmati usapan lembut tangan istrinya pada kepalanya. "Sayang, pusing!" rengek Kenzo.

Diva menyentuh kening suaminya yang terasa hangat. "Badan kamu anget, kamu sakit? kita ke rumah sakit ya?"

Kenzo menggeleng, matanya yang sayu menatap istrinya lekat. "Aku cuma butuh kamu, bukan dokter lain!" ucapnya.

Diva mengangguk, Kenzo kembali menyandarkan kepalanya pada bahu Diva membiarkan istrinya mengusap-usap kepalanya.

"Kamu pasti kecapekan, kalau kerja jangan terlalu diforsir. Aku nggak mau lihat kamu sakit, mas!" ucap Diva perhatian.

Kenzo tersenyum tipis, terkadang dia di buat bingung dengan panggilan Diva kadang panggil nama kadang panggil dengan embel-embel kata mas.

Sampai di rumah, Diva membantu Kenzo masuk ke dalam rumah. Dia membaringkan tubuh suaminya pada ranjang.

Diva mulai melepas sepatu yang Kenzo kenakan, melepas kaos kakinya lalu beralih melepas dasi juga jas yang Kenzo kenakan.

Diva membantu melepas baju yang tengah Kenzo kenakan lalu menggantinya dengan kaos santai.

Sedangkan Kenzo sendiri hanya diam matanya terasa berat untuk terbuka, tubuhnya terasa sangat lemas.

Diva mengusap kepala suaminya sayang, setelah dia menganti pakaian suaminya. Diva akan turun untuk membuatkan bubur untuk Kenzo.

"Sayang, aku turun dulu ya buatin bubur buat kamu!" bisik Diva sembari memberi kecupan singkat pada dahi Kenzo.

Saat dia akan pergi, tangannya di tahan kuat oleh Kenzo. "Jangan pergi!" gumamnya lirih.

Merasa tak tega akhirnya Diva tak jadi meninggalkan suaminya memilih menelpon bibi yang ada di bawah untuk membuatkannya bubur.

"Tolong ya, bi. Nanti antar ke kamar saya! sama bawain baskom sama air hangat ya bi!" ucap Diva pada telpon.

Setelah sambungan terputus Diva ikut rebahan di samping Kenzo. Hal itu membuat Kenzo memiringkan tubuhnya tidur memeluk tubuh istrinya.

Kenzo mendusel pada dada Dova mencari tempat yang nyaman untuknya, Diva terus mengusap kepala suaminya memberikan kenyamanan kepadanya.

"Cepet sembuh, aku nggak mau lihat kamu sakit!" ucap Diva lirih diakhiri kecupan singkat di kepalanya.

Tok Tok Tok

"Non, ini bini bawa bubur sama kompresnya!" ucap bibi dari luar.

Dengan perlahan Diva melepas pelukannya, saat Kenzo menahannya dia membisikkan jika ada bibi. "Bawa masuk aja bi!"

Diba sudah berhasil lepas dari suaminya, setelah mengambil nampan berisi bubur juga kompres untuk suaminya.

Diva membantu Kenzo untuk duduk. "Ayo makan dulu, setelah itu minum obat baru tidur!" Kenzo mengangguk.

Lelaki ini saat sakit terlihat begitu lebih manja kepadanya membuat Diva gemas. Dengan hati-hati Diva menyuapinya.

Dengan sangat telaten membuat Kenzo menatapnya senang. Kenzo beruntung memiliki istri seperti Diva.

"Sayang, aku nyusahin ya?" Diva menggeleng.

Tangannya mengusap wajah suaminya pelan, lalu membungkam bibir itu mengunakan bibirnya.

"Aku sayang sama kamu, dan aku nggak sama sekali merasa disusahin sama kamu!" ucapnya membuat bibir pucat Kenzo membentuk senyuman.

"Makasih," ucapnya lemah.

Selesai dengan makannya, Diva segera memberikan minum untuknya. "Sekarang waktunya kamu minum obat ya!"

Kenzo menggeleng. "Nggak perlu sayang, aku cukup istirahat aja udah sembuh kok!"

"Nggak, kamu harus minum obat!" ucap Diva tanpa bisa di bantah.

Saat Diva akan memberikan obat itu pada Kenzo, lelaki yang biasa garang itu menatapnya memohon.

"Aku nggak mau!" ucapnya lirih, matanya mengerjab pelan wajahnya terlihat sangat polos membuatnya terlihat sangat menggemaskan di mata Diva.

"Kenapa?"

"Aku udah sembuh." Kenzo membalasnya cepat, Diva terkekeh pelan mendengarnya.

"Sayang dengerin aku, kamu harus minum obat. Katanya kamu mau ngajakin aku honeymoon, kalau kamu sakit nggak jadi dong acara kita?"

"Jadi, aku cuma butuh istirahat aja pasti nanti sembuh!" Diva mengangguk mengerti, dia seorang dokter pastinya dia tahu jika melihat gelagat Kenzo yang seperti ini. Pasti....

Kenzo takut minum obat!

Diva ingin tertawa jika memang itu benar, Diva lantas mengambil obat itu membuat Kenzo was-was.

"Sayang aku kan---"

Ucapan Kenzo terhenti saat melihat istrinya meminum obat itu lalu mendekat ke arahnya mencium bibir Kenzo membukanya lalu meloloskan obat itu ke dalam mulutnya.

"Beres!" ucap Diva tersenyum senang, Kenzo masih terdiam apa barusan dia menelan obat?

"Aku barusan minum obat, yang?" tanya Kenzo lirih.

"Iya, pahit nggak?" Diva terkekeh pelan.

"Manis, kalau minum obatnya kayak gitu aku pasti mau!" Diva memutar bola matanya malas. Dasar Kenzo!

Diva membantu membaringkan tubuh Kenzo dia akan mengompresnya setelah itu menidurkannya.

Diva seperti tengah merawat anak kecil yang tengah sakit, haha.

Diva mengompres dahi Kenzo dengan kain yang sudah ia basahi, dia ikut tidur di samping suaminya membiarkan tangan Kenzo melingkar pada tubuhnya.

Kenzo memeluknya erat, lalu tertidur pulas membuat Diva tersenyum senang. Diva melepas pelukan Kenzo pelan, dia akan turun untuk makan.

"Stt, aku tinggal makan dulu ya sayang!" bisiknya pelan, Kenzo melepasnya.

Mata yang tadinya terpejam kini menatap sayu ke arah Diva. "Jangan lama, aku nggak mau sendirian!" ucapnya lirih.

Cup

"Iya, kamu harus cepet sembuh!" Diva memberi kecupan singkat di kening Kenzo sebelum dia turun untuk makan.

Perutnya terasa lapar, Diva mengambil ponselnya mendapat panggilan dari ibu mertuanya.

"Hallo sayang!" sapa Emeli heboh dari sana.

"Hallo ma, gimana kabar mama?" balas Diva dengan senyum manis meskipun Emeli tak dapat melihatnya.

"Mama baik, bagaimana dengan keadaan Kenzo?"

"Dia sakit ma, demam!"

"Kenzo demam? tumben." Diva tertawa kecil mendengarnya bahkan ibu kandungnya sendiri terkejut saat mengetahui Kenzo sakit.

"Iya, ma dia sakit. Emang sebelumnya dia nggak pernah sakit ma?"

"Ya, pernah, haha. Kenzo kalau sakit makin manja! nggak mau ditinggal, dia juga gitu nggak sama kamu?"

"Iya, ma. Tapi ini lagi Diva tinggal karena lagi makan. Mama kan tahu sendiri nggak mungkin Diva makan di kamar karena Mas Ken sendiri nggak suka kalau ada orang yang makan di dalam kamar."

"Haha iya, yaudah mama tutup dulu kamu lanjutin makannya terus temenin anak mama itu."

"Sayang, Kenzo kalau sakit malamnya suka ngingau! besok mama main ke sana buat jenguk dia." Diva mengangguk, meskipun Emeli tak dapat melihatnya.

"Iya, ma."

Sambungan terputus, Diva mempercepat acara makanya, tak terasa nikmat sebab tak ada Kenzo di sampingnya.