webnovel

Pernikahan Kontrak Tuan Muda

"Menikahlah denganku maka ku bebaskan semua hutang-hutang orang tuamu! kau tidak perlu takut, pernikahan ini hanya sementara, sebut saja pernikahan kontrak." Diva, gadis yang baru saja pulang dari study di luar negeri di kejutkan akan permintaan orang asing itu, terlebih saat dirinya menatap wajah orang tuanya yang nampak tak berdaya. "Me-menikah?" Gadis itu terdiam beberapa saat, dia sangat-sangat tidak ingin namun melihat ketidakberdayaan orang tuanya membuatnya mau tak mau harus menerima itu semua. "Kontrak pernikahan selama dua tahun, setelahnya kau ku bebaskan. Ekonomi keluargamu kembali normal dan kau akan ku ceraikan!" "Ce-cerai?" "Ya. Gampang bukan?" Lelaki itu melempar surat perjanjian di atas meja. "Cepat tanda tangani dan besok kita akan menikah!" Dengan wajah angkuhnya dia melenggang dari hadapan semua orang. "Urus mereka!"

Nabila_Putrii · สมัยใหม่
Not enough ratings
401 Chs

Cemburu

Setelah Diva mengatakan jika lelaki yang ada di foto bersamanya adalah pacarnya, Kenzo langsung pergi begitu saja.

Hal itu membuat Diva cemas, pasalnya ini sudah malam. Dia juga merutuki kesalahannya sendiri karena tidak membersihkan foto-foto masa lalunya.

"Bego banget sih, seharunya tadi aku bersihin dulu. Mana Kenzo orangnya ngambekan lagi!" Diva mengambil foto itu menatapnya lekat.

Entah kenapa dia jadi kembali mengingat penggalan masa lalunya, waktu terakhir dia berpisah dengan pacarnya.

Sebenarnya belum ada kata putus di antara mereka berdua, dan hubungan keduanya juga baik-baik saja, hanya saja mereka lost contact semenjak Diva mengenyam pendidikan di luar negeri.

Namanya Gibran, bisa dikatakan dia cinta pertama Diva. Lelaki humoris yang dulu sering membuat Diva tersenyum.

Selalu membuat lelucon yang membuat Diva tertawa, menghiburnya di kala dia sedih dan selalu ada untuknya.

Mereka tidak pernah bertengkar, karena Gibran sendiri bucin akut padanya, dia selalu mengalah jika mereka tengah ada masalah meskipun itu bukan salah Gibran selalu tetap dia yang meminta maaf.

Mereka berpisah saat Diva memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya di luar negeri, saat itu Gibran berkata kepadanya.

"Diva, aku akan menunggumu kembali. Aku akan selalu setia di sini menunggumu, maaf selama kau di luar negeri mungkin kita tidak akan berbagi kabar!" ucap Gibran, membuat Diva menatapnya dengan tidak suka.

"Kenapa?"

"Karena aku tak ingin menganggu pendidikanmu, di sana pastinya kau akan sibuk. Aku juga kuliah dan mengurus perusahaan papaku pastinya akan sangat sibuk! jadi kau tidak perlu menunggu kabar dariku, oke!"

Melihat keterdiaman Diva membuat Gibran tersenyum manis dia menarik tubuh mungil kekasihnya ke dalam dekapannya.

"Kau tak perlu berpikir macam-macam tentangku, aku akan selalu setia kepadamu. Aku tidak akan pernah mengkhianatimu, aku akan selalu menunggumu sampai kapan pun itu!" ucapnya memenangkan.

Diva mengangguk dalam pelukannya, dia melepas pelukan mereka karena sebentar lagi pesawat akan segera landing.

Diva berjalan menjauh, melambaikan tangan perpisahan ke arahnya.

"DIVA SETELAH KAU KEMBALI AKU JANJI AKAN MENIKAHIMU!" teriak Gibran dengan lantang membuat Diva tersenyum malu.

Diva tersadar dari lamunannya, ingatan kejadian lima tahun yang lalu. Tepatnya dibandara Soekarno Hatta.

"Maaf, Gib. Apa sampai sekarang kau masih menungguku?" gumamnya pelan.

Gibran lelaki yang baik, sangat baik malahan. Bahkan sampai detik ini, Diva tak tau bagaimana kabar Gibran.

Tanpa sadar bibirnya terangkat membentuk senyuman kala mengingat kepingan kekonyolan Gibran yang dulu mampu membuatnya tertawa.

Diva mengambil foto itu lalu menyimpannya di gudang, dia tidak ingin suaminya marah jika masih melihat itu semua. Banyak foto Diva dengan Gibran, yang dia cetak di album.

Semua Diva bereskan lalu dia letakkan di gudang. Sampai kapan pun, Diva tidak akan pernah bisa melupakannya ataupun membencinya.

Karena tak ada satu kenangan buruk bersamanya yang bisa membuat Diva membencinya, sampai kapan pun Gibran tetaplah masa lalunya.

Pria masa lalu yang dulu pernah membuat dia bahagia dan tentunya pernah mendapat tempat spesial di hati Diva.

Tapi itu dulu, sekarang Kenzo lah orangnya. Yang membuat dia tertawa lepas, membuatnya bahagia, dan tentunya orang yang menempati tempat spesial di hatinya.

"Kenzo kemana sih, kok sampai sekarang belum pulang!" Diva resah sendiri, dia mengambil ponselnya bermaksud menghubunginya.

Tok Tok Tok

"Diva ayo makan malam!" Itu suara mamanya, Diva dibuat panik sendiri apa yang akan dia katakan jika mereka menanyakan keberadaan suaminya.

"Iya, ma!" Diva segera turun, sebelumya dia sempat mengirim pesan kepada suaminya.

Me:

Sayang, jangan marah. Dia hanya masa laluku, lagian itu sudah lama.

Kamarku sudah lama tak aku tempati maka dari itu, aku tak membersihkannya.

Pulanglah, jangan membuatku khawatir.

Diva turun di bawah semua orang sudah berkumpul, Diva tersenyum senang kala melihat papanya ada di sana.

"Papa!" Diva sedikit berlari lalu berhambur ke pelukan papanya.

"Aku merindukanmu, pahlawan!" ucapnya kembali, Regan tersenyum mengusap kepala putrinya sayang.

"Papa juga sangat merindukanmu putri kecil papa, sudah kita lanjutkan nanti. Sekarang ayo kita makan!"

Diva mengangguk segera duduk di tempatnya. "Sayang, di mana suamimu?" tanya Revalina.

"Kenzo juga ada sini?" Itu pertanyaan dari Regan.

Diva berusaha menjawab setenang mungkin agar orang tuanya tidak curiga. "Dia lagi keluar, ma, pa. Urusan pekerjaan!" balasnya.

Ya, mungkin itu adalah jawaban yang tepat. "Oh, ya tadi suamimu datang membawa martabak untukmu, katanya tadi kau pesan itu dari untuknya!"

Diva tersenyum mendengarnya, dia bahkan sampai lupa dengan pesanannya. Diva mengangguk singkat dia akan makan nanti setelah makan malam.

Kalau perutnya masih muat!

Mereka semua makan dengan khidmat, tak ada suara sekalipun sampai langkah kaki membuat pandangan mereka semua beralih menatapnya.

"Selamat malam," ucapnya.

Diva bernafas lega setelah melihat suaminya pulang. "Kemarilah, nak! kita makan malam bersama!" ajak Revalina.

"Tidak, ma. Kenzo baru saja makan tadi sekalian meeting dengan klien! Kenzo ke kamar dulu."

Diva sedikit cemberut kala suaminya tak sama sekali menatapnya, sepertinya dia masih marah kepadanya.

Diva segera menyelesaikan makannya, minum dengan sedikit terburu-buru. "Ma, pa, Diva ke kamar dulu!" Pamitnya.

Dia sempat mengacak rambut adiknya gemas. "Kak, martabaknya Dira makan ya!" ucapnya.

"Oke, tapi sisahi sedikit untukku!" Bocah itu mengangguk dengan mulut penuh dengan makanan.

Diva membuka pintu pelan dan melihat Kenzo tengah berdiri di balkon kamar dengan sebatang rokok di tangannya.

Diva segera menghampirinya dengan langkah pelan, lalu dia memeluk tubuh Kenzo dari belakang. "Maaf!" ucapnya.

Melihat kedatangan Diva membuat Kenzo segera mematikan rokoknya. Dia tetap diam, membiarkan istrinya berbuat semaunya.

"Sayang maaf, jangan marah lagi ya! lagian aku udah nggak ada apa-apa sama dia." Kenzo tetap diam membuat Diva takut sekaligus kesal.

"Sayang!" Diva membalik tubuh Kenzo, agar menatap ke arahnya. Tangannya menangkup wajah Kenzo mengusap pipinya pelan.

"Aku sayang sama kamu, aku cinta sama kamu, cuma kamu! dia hanya masa lalu, aku mohon kamu jangan marah lagi!"

"Hati aku sepenuhnya cuma milik kamu, dia cuma orang di masa lalu aku. Hubungan aku dengan dia udah berakhir setelah aku melanjutkan pendidikan di luar negeri."

"Dan untuk foto itu aku minta maaf, karena kamar ini sendiri udah lama nggak aku tempati dan baru sekarang sama kamu, setelah aku pulang dari luar negeri aku hanya sebentar di rumah ini."

"Itupun pikiran aku lagi kacau, aku nggak sempet mikirin itu semua. Semua yang ada di kamar ini tetap sama sebelum aku pergi ke luar negeri."

"Kamu percaya sama aku!" ucapnya sungguh-sungguh, sebelum Diva mendaratkan kecupan singkat di bibir Kenzo.

Kenzo diam namun dia menikmati ciuman itu, Kenzo kembali mencium bibir Diva menekan tengkuknya untuk memperdalam ciuman mereka.

"Aku cemburu bahkan dengan orang dimasa lalumu sekalipun!" ujar Kenzo dengan nafas memburu, dia menyembunyikan wajahnya pada ceruk leher Diva.

"Aku takut kehilangan kamu, Diva!"