webnovel

Perjalanan Cinta KIRA

Shakira Chairunisa yang ingin menyelamatkan ayahnya dari kesalahan masa lalu, akhirnya setuju untuk menikah dengan seorang pemuda kaya usia 30 tahun bernama Ryan Adiantara, pemilik kerajaan bisnis Rich Tech Company. Pernikahan tanpa cinta yang dilandasi oleh dendam Ryan kepada ayah istrinya membuat kehidupan wanita berusia sembilan belas tahun itu hidup bagaikan dalam neraka. Ditambah dengan penyakit mental yang di derita Ryan, membuat semua menjadi semakin berat dari hari ke hari untuk Kira. Akankah keberuntungan berpihak pada Kira? Bisakah Kira bertahan dengan semua kesulitan yang dialaminya? Akankah Kira mampu memperjuangkan masa depan dan kebebasannya dari belenggu kekejaman Ryan? Mimpi untuk menjadi seorang scientist.. Akankah itu terwujud? Ikuti kelanjutan kisahnya dalam novel bergenre romantic - Perjalanan Cinta KIRA

Ri_Chi_Rich · สมัยใหม่
เรตติ้งไม่พอ
102 Chs

Negosiasi

Kira sesegera mungkin berdiri

DUG!

"Aaaakh.." Kali ini Kira mengeluarkan suara memekik. Menahan sakit kepalanya. Kira lupa kalau sedang berada dikolong meja, dan saat ingin berdiri, karena terburu-buru, membuatnya membentur meja dengan keras.

"Apa Kau bodooooh?" Ryan yang melihat Kira benar-benar hampir kehabisan kata. Bagaimana otak wanita ini berpikir? Bagaimana Dia bisa sangat pintar dikelas, bahkan memiliki jurus bela diri yang hebat, tapi selalu terlihat lemah dan bodoh dihadapannya? Apa wanita ini bersandiwara? Tapi tak pernah terlihat kepura-puraan di di dirinya saat bersama Ryan. Sungguh Ryan ga paham isi otak wanita yang sedang meringis kesakitan dibawah sana.

"Hey, kenapa masih disana? Apa Kau masih ingin membuatku menunggu?"

Kira panik, keluar dari kolong, dan berdiri menghadap Ryan.

"Maafkan Aku suamiku."

Ryan menatap wanita dihadapannya. Beberapa saat Diam. Menimbang Apa yang harus Dia lakukan.

"Dia memang terlihat bodoh dan berantakan! Bukan pura-pura." Pikir Ryan.

"Huff.. Kenapa situasiku selalu sulit seperti ini denganmu.. Astaghfirulloh haladzim.. Ya Rob. Tolong Aku... Aku masih ingin kuliah." Kira berdoa dalam hatinya.

"Kau tahu.. Kau sudah melanggar poin nomor empat perjanjian kuliahmu! Syaratku, tak mengizinkanmu dekat dengan laki-laki. Tapi hari ini, Kau berpelukan dengan laki-laki, berpegangan tangan diruang praktikum dengan laki-laki. Apa Aku salah jika melarangmu kuliah?"

Kira menggeleng dan menangis.

"Lalu kenapa Kau memintaku untuk mengizinkanmu tetap kuliah jika Aku tak salah mengambil keputusan?"

"Hmmm.." Ryan mengangguk

"Aaaa.. Terima kasih, Suamiku.. Terima kasiiiih." kira yang kegirangan, meloncat langsung ke dada Ryan. Memeluk Ryan dengan sangat erat..

Untuk beberapa detik.

Yah, hanya beberapa detik. Lalu kesadaran Kira kembali. Membuatnya loncat menjauhi Ryan dan berdiri dihadapan Ryan mematung.

"Maafkan Aku!" Kata-Kata itu keluar otomatis dari bibir Kira mengingat perbuatannya tadi adalah perbuatan yang dilarang oleh Ryan. Sejak hari pertama Kira menjadi istrinya.

 

Flashback hari pertama Kira menjadi istri Ryan

"Ada beberapa hal yang harus Kau ingat, selama menikah denganku!

Pertama

Panggil Aku Tuan, saat berada dikamar ini. Kau tidak lebih dari seorang budak!" Itulah kenapa Kira menghambakan dirinya didepan Ryan saat dikamar.

"Kedua

Panggil Aku SUAMIKU bila berada diluar kamar ini

Ketiga

Jangan pernah menyentuh tubuhku jika tidak Aku suruh melakukannya

Keempat

Jangan tidur sebelum Aku terlelap

Kelima

Siapkan semua keperluanku yang tertera dalam flashdisk!" Ryan memberi tanda pada Asisten Andi untuk menyerahkan Flashdisk pada Kira.

Keenam

Jangan campuri hubunganku dengan wanita lain

Ketujuh

Jangan buat Aku menunggu

Kedelapan dan seterusnya, akan aku tambahkan nanti jika perlu! Tapi satu hal yang perlu Kau ingat, Akulah hukum yang harus Kau patuhi selama Kau menikah denganku!"

 

"Kenapa meloncat kebelakang seperti itu setelah berbuat salah?"

"Mmma..afkan Aku. Suamiku.. Maafkan Aku.."

"Oh, jadi Kau sudah sadar kesalahanmu?" Rian mengeluarkan tawa kemenangan.

Kira mengangguk mulai panik.

"Katakan!" Ryan menatap Kira dan berdiri mendekatinya.

"Aku menyentuh tubuhmu.."

"Kau melakukannya bukan cuma tadi, Nyonya Muda ShaKira Chairunisa! Kau sudah menyentuh Kaki ku sampai Aku tak bisa berjalan tadi, memeluk Kakiku dengan tanganmu, memegang lututku. Dan memelukku! Kau melakukan pemerkosaan?"

Kira menunduk semakin dalam, buku kuduknya sudah berdiri bergidik ngeri jika suaminya melakukan sesuatu yang buruk.. Tapi jauh di dalam lubuk hatinya,

"Aku memperkosa? Bukan Kau yang selalu melakukannya padaku? Astaghfirulloh.. Ya Rob.. Maafkan Aku.. Tapi Aku ga tahan ingin memaki suamiku.. kali ini aja.. Maafkan Aku."

Itulah yang dikatakan Kira dalam hatinya.

Ryan mengangkat dagu Kira, tapi tidak mencengkramnya dengan kencang seperti biasanya. Sangat lembut. Mata mereka bertemu dan perlahan, Ryan mulai menikmati bibir ranum Kira dan menjelajah lidah dan mulut Kira. Berawal dari gerakan lembut, yang perlahan semakin bergariah.

"Aaaah! Astagfirulloh.." Kira menarik dirinya kebelakang.

"Ada apa denganmu? Kenapa berteriak?" Ryan terlihat emosi.

"Maafkan Aku suamiku.. Aku.. Sedang puasa, Aku lupa."

"Apa Kau berbohong? Sekarang bukan bulan puasa!"

"Aku, berpuasa sunnah.. Setiap hari Senin dan kamis." Kira menjelaskan..

"Ada yang seperti itu?" Ryan mulai menginterogasi.

Kira mengangguk.

"Sejak kapan Kau melakukan itu?"

"Sejak Aku berusia dua belas tahun." Kira menjelaskan

"Apa Kau melakukannya juga selama Kita menikah?"

Kira mengangguk.

Ah.. Ryan mengerti sekarang. Kenapa Sari tak pernah memberikan Kira makan siang setiap hari senin dan kamis. Dan membuat Sari menerima hukuman yang berat karena puasa Kira.

"Kenapa Kau makan sendiri?"

"Maaf Tuan Muda, Nyonya muda tidak makan ini salah Saya." Hanya itu penjelasan Sari membuat Ryan tak mengerti dan menghukumnya setiap hari senin dan kamis.

Dalam rekaman suara yang disembunyikan Ryan, Kira terdengar hanya selalu bilang. "Aku kuat dan tak akan tergoda dengan makananmu." Dan Ryan juga tak mengerti maksud kata-kata itu adalah Kira sedang puasa.

Suasana hening sebentar. Ryan mengamati Kira.

"Hmm... Ya sudah lanjutkan puasamu!" Akhirnya Ryan memecah keheningan.

"Tapi.. Sudah batal sekarang.." Kira menunduk lesu.

"Maksudnya?"

"Aku.. Tadi kan membalas ciumanmu.. Hmmm. Sudah bernafsu.." Kira menjelaskan sangat malu. Sambil memainkan ujung kerudungnya dan mukanya sudah kemerahan.

"Kau ini!" Ryan sudah geram.

"Kalau sudsh batal! Kenapa harus membuatku merasa bersalah dan menghentikannya tadi? Padahal Aku masih menikmatinya! Kenapa Kau bodoh sekali!" Ryan memaki di dalam hatinya.

Tapi makian itu tak membuat Kira takut. Karena Kira tak mendengarnya dan Kira semakin terlihat menggemaskan didepan Ryan. Membuat lelaki itu bergidik ngeri.

Kenapa Kau harus menjadi wanita yang tak boleh Aku cintai dan hanya boleh mendapatkan siksa dariku?

Sedikit perih dalam dada Ryan memikirkan perkataannya tadi. Segera ditepis pikirannya.

"Cepat pakai itu!" Ryan menunjuk ke niqob Kira. Langsung buru-buru Kira memakainya. "Dan ikut denganku!"

"Haaah?" Kira yang sudah memakai niqob memandang Ryan dengan kaget.

Ryan mendekati Kira,

"Letakkan tanganmu disini!" Ryan menaruh tangan kiri Kira melingkar kebelakang pinggang Ryan. Mendekatkan kepala Kira bersandar disamping dadanya, dan tangan kanan Ryan merangkul pundak Kira.

"Oh, Ya Rob.. Ada apa ini.. Suamiku.. Sangat baik padaku hari ini.." Kira bergumam dalam hatinya.

Ryan berjalan, mendekatkan dirinya ke kursi singgasananya dan duduk bersandar disana. Menatap Kira dengan tatapan malaikat maut yang siap mencabut nyawa.

"Membuatku menunggu lagi tanpa menjawab?" Tanya Ryan semakin mengintimidasi.

"Aku janji ga akan terjadi seperti itu lagi. Aku mohon.." Kira duduk bersimpuh lagi dilutut Ryan. Memegangi lutut Ryan. Menangis disana. "Aku ingin menjadi scientist suatu saat nanti. Tolonglah Aku.. Aku mohon.. Izinkan Aku kuliah..Aku akan lakukan apapun asal diizinkan untuk kuliah." Kira merengek di kaki Ryan. Penuh harap Ryan mau mengabulkan permohonannya.

"Ah, jadi Kau berjanji akan melakukan apapun asal Aku mengizinkanmu kuliah?" Ryan memajukan duduknya, berbicara dengan bibirnya tepat disamping telinga Kira.

"Iya." Kira menjawab masih memposisikan menghadap lutut Ryan.

"Baiklah!" Ryan memundurkan badannya bersandar kembali ke kursi singgasananya.

Kira memberanikan diri mengangkat kepalanya menatap Ryan yang juga masih menatapnya dengan tatapan mengintimidasi.

"Aku pegang janjimu. Akan melakukan apapun untukku asal Aku mengizinkanmu kuliah!"

"Jadi.. Aku masih boleh kuliah?"

Untuk pertama kalinya, dalam tiga bulan pernikahannya dengan Ryan. Ini adalah hari pertama Ryan mengajaknya ikut dengannya dan merangkul Kira seperti tadi.

"Ehmm.. Tunggu, tasku.." Ryan melirik arah yang dimaksud Kira.

"Tas itu sudah jelek, kenapa memakainya?"

"Hmm.. Tapi gapapa.. Itu masih bisa dipakai." Kira mau mengambil tas itu.

Ryan menahan gerakan Kira.

"Apa Aku menyuruhmu mengambil?" Kata-kata yang membuat Kira diam tak bergerak.

"Bukuku.." hanya itu yang keluar dari bibir Kira.

"Andi akan membawakannya! Kita pergi sekarang!"

"Hmm.. Kemana?" Kira penasaran.

"Jangan banyak tanya dan cerewet! diamlah! Kita ke suatu tempat!"