webnovel

Perjalanan Cinta KIRA

Shakira Chairunisa yang ingin menyelamatkan ayahnya dari kesalahan masa lalu, akhirnya setuju untuk menikah dengan seorang pemuda kaya usia 30 tahun bernama Ryan Adiantara, pemilik kerajaan bisnis Rich Tech Company. Pernikahan tanpa cinta yang dilandasi oleh dendam Ryan kepada ayah istrinya membuat kehidupan wanita berusia sembilan belas tahun itu hidup bagaikan dalam neraka. Ditambah dengan penyakit mental yang di derita Ryan, membuat semua menjadi semakin berat dari hari ke hari untuk Kira. Akankah keberuntungan berpihak pada Kira? Bisakah Kira bertahan dengan semua kesulitan yang dialaminya? Akankah Kira mampu memperjuangkan masa depan dan kebebasannya dari belenggu kekejaman Ryan? Mimpi untuk menjadi seorang scientist.. Akankah itu terwujud? Ikuti kelanjutan kisahnya dalam novel bergenre romantic - Perjalanan Cinta KIRA

Ri_Chi_Rich · สมัยใหม่
เรตติ้งไม่พอ
102 Chs

Melupakan

"Ada apa dengan diriku? Kemana pisau-pisau tadi yang menusuk hatiku? Kenapa kini sesak dadaku sudah hilang? Apa Aku mulai mengalami kelainan jantung yang bikin Aku merasa sakit tiba-tiba seperti tadi? Sepertinya Aku harus melakukan medical check up! Huff.. Kenapa rasanya hatiku lebih tenang dan Aku sangat bahagia? Dan kenapa Aku ini, semakin menjadi bodoh malah menjadi pelayan wanita ini? Memakaikan semua bajunya? Tapi tadi Dia memanggil namaku sangat lembut. Ini pertama kalinya Kami bercinta dan Dia memanggil namaku seperti itu.. Baiklah, anggap saja Aku melayaninya kali ini sebagai bayaran untuknya karena telah memanggil namaku tadi. Tapi.. Ada apa ini? Kenapa Aku jadi seperti ini?" Ryan mencoba mencari jawaban sambil memakaikan baju Kira. Tapi sampai Dia selesai memakaikan baju Kira, jawaban tak kunjung datang. Bedanya kali ini Ryan tidak stress walaupun tak menemukan jawabannya. Ryan senang. Bahkan Ryan bersedia menaruh tangannya disepatu Kira. Memakaikan sepatu pada Kira. Tempat yang dinilainya sangat rendah. Dia tak pernah mau memakaikan wanita atau orang lain sepatu, karena itu simbol penghinaan bagi Ryan.

"Sudah selesai! Pakai ini!" Ryan memegang niqob Kira, yang langsung diambil oleh Kira.

"Terima kasih!"

"Cium Aku! Kau harus berterima kasih padaku karena sudah membantumu!" Ryan menaruh tangan dibibirnya.

"Hey.. Tuan Muda Ryan.. Aku tak menyuruhmu memakaikan pakaianku.. Kenapa membuatku malu begini, sih!!" Hati Kira meronta-ronta dan pipi Kira bersemu merah. Kira awalnya malu memulai.. Tapi, akhirnya Kira mencium Ryan.

"Hanya itu?" Ryan mengernyitkan dahinya.

"Memang bagaimana?" Tanya Kira kebingungan.

"Aku tak akan mengajarimu dua kali. Jadi perhatikan Aku! Kalau Aku menyuruhmu menciumku, lakukan seperti ini!"

Ryan mencium Kira, awalnya sangat lembut, lama-lama semakin kuat, bahkan ada bunyi saling menarik dari bibir mereka, dan lidahpun bermain. Ryan lalu melepaskannya.

"Lakukan seperti itu! Apa Kau mengerti?"

Kira mengangguk, dengan wajah yang bersemu merah, dan senyum yang ingin ditahannya tapi masih terlihat jelas oleh Ryan. Membuat mood Ryan meningkat menjadi full charge. Ryan sudah sangat bahagia. Tak ada lagi yang membuatnya gundah.

Ryan kembali duduk di kursinya dengan Kira yang juga duduk dan sudah memakai niqob.

"Kemarilah!"

Kira mendekatkan duduknya ke Ryan. Dan Ryan menaruh kepala Kira di pundaknya. Ryan mengambil handphone dikantong celana kirinya.

"Dimana Kau? Kenapa meninggalkan mobil? Apa Kau idiot? Kita harus berangkat? Mana supirmu yang idiot itu? Cepat kesini!" Ryan menutup teleponnya.

"Kau mengusirku tadi, Tuan Muda! Dan apakah Kau tahu betapa merepotkannya dirimu? Aku sampai harus mengusir semua orang yang menontonmu menyalurkan nafsu binatangmu tadi! Kenapa Kau menjadi begitu bodoh? Kenapa harus dimobil? Memang secantik apa istrimu sampai Kau tak bisa menahan diri seperti ini dan menyusahkanku?" Keluhan hati seseorang yang baru saja ditelepon Ryan. Yang tentu saja, tak diutarakannya didepan Ryan.

Asisten Andi dan Pak Man, supir Ryan telah memasuki mobil dan bersiap berangkat.

"Kita kemana Tuan Muda?"

"Kau bodoh, ya? Aku mau berbelanja! Kenapa harus bertanya mau kemana?"

"Anda belum bilang tujuan Anda, Tuan muda." Keluh Asisten Andi dalam hatinya

Memang selama ini, Ryan tak pernah ditanya tujuannya kemana. Karena semua sudah ada di agenda Asisten Andi. Dia hanya masuk mobil. Duduk. Dan tiba ditempat tujuan. Tapi kali ini, Asisten Andi tak tahu kemana tujuan Tuannya. Agenda seharusnya pada jam segini adalah meeeting dengan owner pabrik tekstil terbesar di Indonesia. Tapi, Ryan sudah mengacak-ngacak jadwal dengan ke rumah sakit dan mengoyang-goyang mobil. Sehingga Asisten Andi memilih bertanya tujuan selanjutnya karena semua agenda Ryan hari ini sudah dibatalkannya.

Mobil sudah keluar dari kawasan rumah sakit. Jalan raya sedikit macet, karena sudah waktunya jam pulang kerja. Sinar matahari sudah mulai melembut.

"Ah, Astaghfirulloh!" Kira memekik sedikit kencang.

"Ada apa?" Ryan memperhatikannya, mencari tahu ada apa dengan Kira.

"Jam berapa sekarang?" Tanya Kira pada Ryan.

Ryan melihat pergelangan tangan kanannya. "Jam Lima. Ada apa?"

"Aku belum Solat Ashar." Jawaban Kira lemah dan sedikit sedih.

"Apa harus setiap hari solat?"

Kira mengangguk.

"Kalau begitu Kau bisa solat dulu, Kita ke masjid. And..." Kira menutup mulut Ryan sebelum menyelesaikan kata-katanya.

"Kau.." Ryan sudah kesal karena Kira berani menaruh tanganannya menutup bibirnya.

"Aku ga bisa langsung solat.."

"Terus harus bagaimana dulu?" Ryan sudah tak sabar.

"Tadi minta solat, sekarang mau dimampirkan ke masjid bilang tak bisa langsung solat. Apa maunya sih wanita ini?" Ryan sudah stress bingung sendiri.

"Aku harus mandi dulu.. Tubuhku najis. Berhadas besar, ga boleh solat langsung, setelah berhubungan tadi."

"Apaaaa? Maksudmu tubuhku najis?"

"bu..bukaaaaan.. Bukan begitu. Setiap pasangan suami istri telah menikah dan berhubungan badan, mereka harus mandi sebelum solat. Itu aturannya. Sama seperti mau makan harus cuci tangan. Dibersihkan dulu."

Susah payah Kira berusaha menjelaskan pada suaminya. Karena Ryan tak mengerti sama sekali tentang itu.

"Hmmm. Jadi maksudmu, itu sudah SOP nya?"

Kira mengangguk

"Andi, kota ke hotel dulu!"

"Baik, Tuan Muda! Hotel apa Tuan Muda?"

"Hotel apa saja dekat sini, yang penting bisa mandi!"

"Baik Tuan Muda."

Kira menatap Ryan tanpa kedip. Kira tak percaya dengan apa yang didengarnya. Lelaki se-egois Ryan mau membantunya untuk Solat?

"Ya Rob.. Ada apa dengan suamiku hari ini? Aku seneeeeeng banget!" Hati Kira sudah meloncat-loncat kegirangan.

"Apa Aku setampan itu. Sampai Kau tak mau berhenti memandangku?" Ryan melirik Kira yang menantapnya tanpa berpaling sampai saat ini.

"Ehmm. Terima kasih. Sudah membantuku untuk solat. Iya. Kamu memang tampan. Semua orang kalau ditanya juga pasti jawab Kalau Kamu tampan!"Jawab Kira jujur.

Tenggorokan Ryan serasa kering. Tak ada kata yang dapat keluar dari kerongkongannya. Kini giliran Ryan yang kehabisan Kata.

"Wanita ini.. Apa tadi Dia bilang? Aku tampan? Jadi Dia suka melihat wajahku? Tadi Dia juga berterima kasih padaku, kan? Jadi Dia bahagia hidup denganku?" Hati Ryan sudah semakin berbunga-bunga.

"Ehmm... Apa Kau mencoba merayuku?" Ryan berusaha untuk menghilangkan kepanikannya.

"Aku ga berani, Suamiku."

"Jadi tadi apa kalau bukan rayuan?"

"Itu.. "

"Tuan Muda, Kita sudah sampai!" Asisten Andi memberi tahu.

Ingin rasanya Ryan meninju asistennya. Dia sedang menunggu jawaban Kira, tapi Asisten Andi telah memotong pembicaraan mereka.

"Ayo turun!" Ryan memberikan tangannya pada Kira.

Kira segera mengambil tas. Namun kemudian Kira terdiam. Dia mengeluarkan semua isi tasnya, sehingga berserakan dikarpet mobil Ryan, lalu memegang tangan Ryan keluar dari mobil, dengan tas kosong yang tak lagi dipakainya.

"Ayo!" Kira menarik tangan Ryan, menuju tempat sampah dan membuang tasnya disana.

"Maafkan aku, Willy.. Maafkan Aku tas kesayanganku.. Aku ga bisa membuat sakit hati suamiku. Dialah satu-satunya orang yang harus Aku jaga persaaan dan hatinya." Gumam Kira sebelum membuang tasnya.

"Kau membuangnya?" Ryan memandang setengah tak percaya.