webnovel

Perjalanan Cinta KIRA

Shakira Chairunisa yang ingin menyelamatkan ayahnya dari kesalahan masa lalu, akhirnya setuju untuk menikah dengan seorang pemuda kaya usia 30 tahun bernama Ryan Adiantara, pemilik kerajaan bisnis Rich Tech Company. Pernikahan tanpa cinta yang dilandasi oleh dendam Ryan kepada ayah istrinya membuat kehidupan wanita berusia sembilan belas tahun itu hidup bagaikan dalam neraka. Ditambah dengan penyakit mental yang di derita Ryan, membuat semua menjadi semakin berat dari hari ke hari untuk Kira. Akankah keberuntungan berpihak pada Kira? Bisakah Kira bertahan dengan semua kesulitan yang dialaminya? Akankah Kira mampu memperjuangkan masa depan dan kebebasannya dari belenggu kekejaman Ryan? Mimpi untuk menjadi seorang scientist.. Akankah itu terwujud? Ikuti kelanjutan kisahnya dalam novel bergenre romantic - Perjalanan Cinta KIRA

Ri_Chi_Rich · สมัยใหม่
เรตติ้งไม่พอ
102 Chs

Diasingkan

"Hmm.. Kenapa Kita ga pulang ke rumah, Sari? Kenapa.. Kesini lagi?" Tanya Kira

"Nyonya Muda, Tuan Muda memerintahkan, Nyonya untuk tinggal disini mulai hari ini." Sari menjawab dengan lugas, seperti biasa. Tak lupa Dia tersenyum setiap menjelaskan kepada Kira.

"Ah.. Jadi Dia sudah benar-benar tak menginginkanku? Apa memang kesalahanku sudah sangat besar, sehingga tak ada maaf lagi selain mengasingkanku? Membuatku meninggalkan rumahnya? Apa Dia sudah sangat membenciku?" Rasa perih menjalar dari hati Kira ke seluruh anggota tubuhnya. Kira merasa sudah dibuang oleh Ryan... Akibat kesalahannya, Dia sudah dikeluarkan dari rumah.

"Nyonya Muda?" Sari memegang tangan Kira. "Apa Anda mau masuk sekarang?"

"Ah, maaf Sari.. Huff.. Kenapa Aku jadi bengong, maafkan Aku ya.. Hehe.. Aku pasti sedikit shock.. Apartemen disini sangat bagus. Aku sangat senang, sampai tak percaya bisa tinggal disini lagi!" Kira turun dan tumben, Kira yang tak suka banyak menjelaskan, kini sangat banyak bicara.

"Anda menangis, Nyonya Muda.. Walaupun Saya tak melihat wajah Anda, tapi dari suara dan mata Anda yang memerah, tentu saya bisa mengetahuinya. Bagaimana Anda bisa menipu Saya? Apa Anda merasa dibuang oleh Tuan Muda? Hmmm.. Ingin sekali Aku memberitahu semuanya padamu.. Tapi, Aku bisa dipenggal kalau cerita. Semoga Kau bisa sabar, Nyonya Muda." Hati Sari sangat tulus mendoakan Kira untuk bisa bersabar menjalani harinya.

Sari menutup pintu, dan menggandeng Kira masuk ke dalam apartemen. Tak ada kata yang dikeluarkan oleh mereka berdua selama berjalan masuk dan menunggu lift.

"Aku punya pengalaman buruk di apartemen ini.. Semoga wanita itu tak kembali ke apartemen ini. Dia tau jugakan pin apartemennya?" Kira sedikit trauma karena di apartemen itu, adalah hari pertama Dia tak lagi tidur bersama Ryan. Kira juga takut dengan Stella yang diizinkan Ryan datang kapan saja ke sana, akan ditemuinya lagi.

"Nyonya Muda, tolong peganglah Kartu ini. Anda membutuhkannya untuk keluar gedung apartemen." Sari memberikan kartu kepada Kira di dalam Lift menuju lantai lima puluh dua.

"Terima Kasih, Sari!"

TING

Lift terbuka

"Wow, banyak sekali penjaga didepan apartemennya! Apa Kini Aku seorang tawanan?" Kira sangat kaget melihat banyaknya bodyguard berbaju hitam dipintu apartemen. Penjagaan sangat ketat. Bodyguard yang semuanya adalah wanita sudah berjaga di pintu masuk apartemen.

"Selamat datang, Nyonya Muda!"

"Terima Kasih." Jawab Kira yang masih shock dengan penjagaan yang tak diduganya.

Tiiiiiit

Salah satu penjaga membuka pintu, lalu Kira dan Sari memasuki ruang apartemen.

Klek

Pintu ditutup.

Sari segera naik untuk menaruh barang-barang Kira. Sedangkan Kira, masih berkeliling dibawah. Membuka pintu yang menghubungkan ruang apartemen dengan kolam renang.

"Subhanallah.. Pemandangannya sangat indah juga disiang hari!" kira tersenyum, melihat indahnya perkotaan bagai sebuah lukisan. Lalu kembali ke dalam dan merebahkan dirinya di sofa. Tanpa menutup pintu antara kolam renang dan ruangan di dalam.

"Nyonya Muda, Mari saya bantu untuk naik tangga ke kamar Nyonya." Sari mendekat ke Kira yang sedang duduk di sofa.

"Kamarku diatas?"

"Betul, Nyonya Muda." Sari membenarkan perkataan Kira.

"Sari, apa Aku boleh memakai semua fasilitas di apartemen ini?" Kira bertanya masih dalam posisinya yang duduk bersandar di sofa, tanpa menghiraukan ajakan Sari tadi.

"Tentu saja, Nyonya Muda.. Ini adalah rumah Anda.. Anda bebas melakukan apapun." Sari tersenyum.

"Pertanyaannya mudah di jawab. Untunglah!" Hati Sari sedikit bahagia.

"Aku boleh berenang dikolam diluar sana juga?"

"Tentu saja, Nyonya Muda!"

"Menonton televisi?"

"Tentu saja."

"Memasak?"

"Tentu saja."

"Mengundang teman-temanku ke apartemen ini?" Kira berdiri dan menatap Sari dengan matanya.

"Ehmm.. Itu.." Sari tak menjawab pertanyaannya.

"Haduuuh.. Tuan sepertinya tak mengizinkan, Nyonya Muda." Hati Sari bergumam menjawab pertanyaan Kira. Tapi bibirnya diam seribu bahasa.

"Hahahaah.. Tak apa, Sari.. Aku sudah bisa menebak jawabannya. Jadi, sekarang Aku semakin paham posisiku.. Aku adalah tahanan dalam apartemen ini. Hahaha.. Tapi baguslah.. Setidaknya Aku tak ditahan didalam jeruji besi.. Dan Tuanmu masih berbaik hati untuk menahanku ditempat seindah ini!" Kira menjawab pertanyaannya sendiri didepan Saei. Lalu berjalan meninggalkan Sari. Perlahan, Kira menaiki tangga menuju lantai dua, dan Sari mengikuti dari belakang.

"Gayanya sekarang sedikit menakutkan.. Hampir tak ada bedanya dengan Tuan Muda. Tapi Nyonya Muda lebih baik tak pernah memukul. Hanya cara bicara dan kata-katanya saja yang semakin mengerikan." Sari mengomentari tindakan Kira tadi di dalam hatinya. Sari merasa terjebak dengan pertanyaan Kira yang ujungnya, membuat dirinya tak dapat menjawab.

Klek

"Hufff.. Hatiku sakit sekali untuk memasuki kamar ini.. Kamar yang Kau tiduri dengan Stella. Kau ingin Aku tidur dikamar ini? Merasakan setiap malamku semakin tersiksa karena mengingat kebersamaanmu dengan Stella? Kau ingin menyiksa mentalku, kan?" Kira dengan berat hati dan berbagai pikiran dalam otaknya yang masih penuh dengan spekulasi, akhirnya membuka kamar tidur yang pernah dimasukinya waktu menyiapkan air hangat untuk mandi Ryan. Beberapa detik tadi, Dia hanya memandangi pintu tanpa ingin membukanya.

"Ini satu-satunya tempat tidur di apartemen ini, Nyonya.." Sari kemudian menuju meja yang kemarin belum ada dikamar itu. Meja dengan buku-buku Kira yang tertata rapih diatasnya.

"Ya.. Ya.. Ya.. Kau tak perlu menjelaskan, Sari.. Aku sudah tahu. Dia ingin menyiksaku untuk tidur di dalam sini. Di kamar ini!" Kira bergumam dan mencibir. Walaupun itu tak terlihat oleh Sari.

"Ini buku kuliah Nyonya Muda, termasuk laptop dan handphonenya. Tuan Muda ingin Anda menggunakan ini." Sari melanjutkan kalimatnya dan menunjuk ke gadget berlambang apel di atas meja.

"Itu.. Yang waktu itu Ryan berbelanja bersamaku, kan? Jadi, Dia membeli itu untukku? Oh Ya Rob.. Pantas Ryan sangat marah saat Aku mengerjakan tugas dengan laptop Agus!" Rasa kesal di hati Kira menghilang, kini berganti dengan rasa sakit di dada yang semakin bertambah, mengingat semua kesalahannya pada Ryan. "Bodohnya Aku... Sudah berkali-kali Aku menyakitinya, Aku yang tak menghargainya.. Kenapa Aku ini? Pantas saja Dia memberi hukuman padaku seperti ini.. Apa Dia masih mau memaafkanku? Owh.... Tolong maafkanlah Aku" Kira menggigit bibirnya, yang tentu saja tak diketahui dan dilihat oleh Sari.

"Nyonya Muda, Anda tidak apa-apa?" Sari mendekati Kira yang duduk lemas diatas bed.

"Maaf Sari, Aku rasa, Aku butuh istirahat. Kamu.. Bisa pulang sekarang." Kira tak menatap Sari. Matanya masih terpaku pada meja dengan gadget yang ada diatasnya.

"Tidak Nyonya jangan khawatir. Saya akan menemani Nyonya disini, Saya akan bermalam disini." Sari tersenyum ke Kira.

"Pulanglah, Sari. Aku tak apa-apa. Kasihan anak dan suamimu pasti membutuhkanmu, pulanglah. Aku hanya ingin tidur hari ini. Lagipula, kamar disini kan cuma satu. Aku tak mau Kau tidur di sofa!" Kira memaksa.

"Tapi Nyonya..."