webnovel

HIV

Editor: Atlas Studios

Pria itu sakit … AIDS?

Wajah Su Qianci menjadi semakin pucat. Dia menjerit dan mundur, berteriak, "Lepaskan aku!"

Monyet menjilat bibirnya dan terkekeh-kekeh. "Wanita jalang itu mengerikan. Dia bahkan tidak memberitahuku kalau dia sedang sakit. Aku seharusnya memakai kondom. Aku menjadi sakit seperti ini begitu saja, dan tidak ada yang berani mempekerjakanku lagi. Hei, tunggu, apakah kau mempekerjakanku karena aku sakit?"

"Kalau tidak, itu bukanlah kau."

"Ha ha, sekarang wanita ini layak untuk tertular." Monyet mengangkat Su Qianci.

Nyonya Tang segera menahan pria itu dan bertanya, "Apa yang kau lakukan?"

"Mencari sebuah kamar!"

"Sebuah kamar? Lakukan di sini!" Seorang pria berkata dan melemparkan sebuah botol kecil ke arahnya. "Minum ini dan itu akan membuatmu tetap hangat."

Monyet bahkan menjadi lebih bersemangat dan menggosok-gosok kedua tangannya. "Bermain liar, kan? Hebat." Dia mengambil botol itu, menelan pil yang ada di dalamnya, dan membuka kemejanya.

Nyonya Tang mengeluarkan ponselnya dan mengarahkan kameranya ke arah mereka. Su Qianci tidak menyadari gerakan Nyonya Tang itu. Dia berteriak ketakutan dan mundur, memohon, "Tolong jangan. Aku bisa memberimu uang. Aku bisa membuatmu diobati. Berapa pun jumlah uang yang kau minta, aku bisa memberikannya padamu …. Tolong jangan sentuh aku …."

Monyet meminum pil-pil itu yang mana dengan cepat bereaksi. Mata pria itu menjadi sayu. Dia melepaskan ikatan kaki Su Qianci.

"Tolong! Seseorang tolong aku!" Su Qianci berteriak dengan suara yang melengking.

Dirinya dipenuhi dengan keputusasaan. Su Qianci tidak pernah merasa setakut itu sebelumnya, bahkan ketika dirinya didorong ke dalam air oleh Tang Mengying. Dia merasa tersiksa, putus asa, terhina, marah, tetapi yang terutama, merasa tidak berdaya. Segera setelah ikatan di kakinya terlepas, reaksi pertama Su Qianci adalah menendang, dan kakinya mendarat di wajah Monyet.

"Penuh semangat. Aku suka!" Monyet terkekeh-kekeh dan melemparkan dirinya ke arah Su Qianci. Nyonya Tang berhenti merekam dan mengirim klip-nya ke Li Sicheng.

Mobil mewah hitam itu melaju di jalan raya seolah-olah pengemudinya sudah kehilangan akal sehatnya. Pengemudi lain takut untuk mendekati mobil itu. Diikuti oleh beberapa mobil polisi lalu lintas, Li Sicheng tidak bermaksud berhenti.

Lima belas menit!

Tiga puluh menit telah berlalu, dia masih berada agak jauh dari istrinya.

Matanya merah, Li Sicheng mengebut untuk pertama kalinya dalam hidupnya. Itu juga pertama kalinya dia terburu-buru seperti itu dan bahkan dibuntuti oleh polisi.

Dirinya akan segera sampai di sana.

"Tunggu aku. Tunggu!"

Menginjak pedal gas dalam-dalam, Li Sicheng melaju hingga 290 km/jam. Namun, itu masih belum cukup cepat …. Untuk sekali ini, Li Sicheng membenci kenyataan bahwa dia tidak mengendarai sebuah mobil sport. Bisakah dirinya melaju lebih cepat? Di sebuah persimpangan, dia melihat sebuah lampu mobil mendekatinya dan menjadi panik. Menginjak rem dengan keras dan membunyikan klakson seperti orang gila, dia membelokkan mobilnya. Ban mobil membuat suara berdecit yang sangat keras. Pengemudi mobil dari arah berlawanan segera menginjak rem dan menyaksikan Maybach hitam itu menghindari mobilnya dan melayang menabrak pagar pembatas jalan.