webnovel

Penyihir Terhebat Bumi

# Indonesian Internasional Best Selling Author Sejarah ditulis oleh para pemenang, kata mereka. Jika demikian, bagaimana dengan sejarah Bumi, tempat kita tinggal sekarang? Dua ribu tahun yang lalu, seorang anak laki-laki bernama Emery mengalami nasib tragis. Pada nafas terakhirnya, dia dibawa dan diterima di sekolah sihir paling bergengsi di Alam Semesta. "Kamu adalah beberapa orang terpilih dari ribuan dunia manusia. Apakah kamu memegang atau tidak dari kesempatan ini, itu terserah kamu. Kamu berada di Magus Academy, puncak kecerdasan humaniora. Sihir, sains, dan semua kekuatan tersedia bagi mereka yang mencarinya. " [Scan selesai - Afinitas empat element: Air, Bumi, Tumbuhan, dan Kegelapan.] "Acolyte empat element! Hanya satu dari puluhan ribu acolyte yang memiliki ini!" Maka dimulailah perjalanan Emery bersama dengan 4 temannya dari sudut pelosok Bumi. Setiap tahun mereka kembali ke Bumi untuk tumbuh, membalas dendam, menyelamatkan sang putri, menaklukkan dunia, dan menjadi Magus Terhebat di Bumi. Nama mereka masih tertulis dalam buku sejarah kita hingga saat ini. ----- Bisa cek juga versi inggrisnya yg Trending di Global #Earth Greatest Magus atau kunjungi websitenya unutk video youtube dan link discord www.avans.xyz Terimakasih

Avan · แฟนตาซี
Not enough ratings
418 Chs

Institut Air

Hari ke-45

Institut Air - Varuna

Setelah melewati portal bercahaya itu, Emery tiba di sebuah pantai yang sangat indah, dengan lautan biru kristal yang membentang luas serta pasir seputih mutiara. Pepohonan dengan daun biru bertumbuh di sepanjang pantai, dan kerang-kerang menghiasi pantai tersebut. Tempat ini adalah tempat terindah yang pernah ia lihat, bahkan, mungkin tempat ini cocok untuk disebut sebagai surga.

Emery dan Klea berjalan bersama, merasakan bulir-bulir pasir putih bergerak di setiap langkah mereka. Di sini, tidak ada terlalu banyak acolyte, hanya ada sekitar 400 atau 500. Sebagian acolyte mendekat dan menyapa Klea sembari membungkuk, dan Klea menjawab dengan anggukan dan senyuman manis pada setiap acolyte yang menyapa. Sebagai sosok yang berjalan di samping seorang gadis yang diperlakukan seperti dewi, tentu saja Emery bisa merasakan tatapan penuh rasa ingin tahu dari para acolyte lain, baik pria maupun wanita.

Mereka berjalan ke tengah pulau bersama dengan sekelompok remaja lainnya. Akhirnya, mereka tiba di depan sebuah danau yang dikelilingi oleh pepohonan tinggi serta sebuah jalan yang mengarah ke sebuah patung raksasa di tengah danau tersebut.

Beberapa acolyte yang tadinya berjalan di sekitar mereka berjalan melalui jalan tersebut dan menyelam masuk ke dalam danau. Hanya sebagian kecil acolyte masih ada di daratan. Klea menyapa seorang wanita berpakaian magus yang berdiri di samping jalan itu.

"Sister Carla." Klea memanggil, sembari menarik tangan Emery.

"Klea, selamat datang kembali. Apakah kau akan mengikuti latihan elemen air hari ini? Kalau iya, menyelamlah bersama acolyte lainnya." Carla menjawab.

"Sebentar lagi aku akan ikut, tetapi aku ingin memperkenalkan Anda kepada temanku. Ini hari pertama-nya di sini." Klea berkata dan menunjuk ke arah Emery.

Carla memandang Emery dari atas ke bawah, seakan menganalisa seluruh tubuh dan jiwanya, sebelum tersenyum. Wanita bernama Carla ini memiliki posisi yang sama seperti Darius - dia adalah magus pembimbing Institut Air. Wajah Carla terlihat ramah dan sabar, dan kesan-nya sangatlah menyegarkan, namun entah mengapa, tatapan Carla membawa sedikit tekanan yang membuat Emery merasa sedikit tidak nyaman.

"Hmmm… Seleramu bagus, Klea." Carla berkata dengan tatapan penuh arti.

"Wah, Sister Carla setuju? Kalau begitu, bantulah Emery." Klea berkata dan memohon.

Carla memandang para acolyte yang masih ada di daratan dan berseru. "Kalian yang baru pertama kali kemari, tolong ikut aku."

Carla mengangkat tangannya, dan sebuah bola cahaya kecil bergerak menuju wajah masing-masing acolyte.

[Efek: Kemampuan untuk bernafas di dalam air selama waktu tertentu]

"Terima kasih, Sister Carla!" Klea lagi-lagi menarik tangan Emery dan mengajaknya mendekati danau dan menuju ke arah patung. Klea menunjuk ke bawah, dan Emery melihat sebuah kubah raksasa dibangun di dasar danau tersebut. "Ayo, Emery!"

Emery mengangguk, dan mereka berdua menyelam masuk seperti para acolyte tadi.

Mereka berenang ke arah kubah dan masuk ke portal bercahaya yang berdiri tepat di depan kubah itu. Mereka seketika tiba di tengah kubah. Emery melihat sekelilingnya dan melihat pepohonan berdaun biru, lantai berwarna putih, dan kaca bening yang memperlihatkan lautan luar di seluruh bagian kubah. Berbagai macam ikan berwarna-warni berenang di luar kubah itu.

"Bagaimana menurutmu? Romantis, kan?" Klea bertanya dengan suaranya yang manis.

Emery yang terlalu sibuk melihat sekelilingnya tidak menjawab, namun saat ia menoleh, ia melihat Klea dan terkejut. Seluruh tubuh gadis itu benar-benar basah kuyup, rambut hitamnya yang cemerlang membuat lekuk tubuh serta kulit berwarna perunggu-nya terlihat semakin cantik. Tanpa sadar, Emery menelan ludah-nya, seakan terhipnotis dengan kecantikan gadis di depannya.

Klea tertawa kecil. "Sebenarnya, aku ingin pergi bersamamu, tetapi aku harus berlatih di ruangan lain. Semoga kau beruntung, Emery! Sister Carla, kuharap kau bisa membantu Emery."

Carla mengangguk dan mengajak Emery serta para acolyte baru lainnya ke sebuah ruangan khusus, ruangan tempat batu origin elemen air yang diincar oleh Emery sejak kemarin.

"Ini adalah hari kelima kalian di akademi ini, kan? Sepertinya kalian tidak membutuhkan penjelasan. Waktu kalian 12 jam."

Tanpa banyak bicara, para acolyte itu duduk bersila di depan batu biru air yang melayang-layang di udara itu.

Saat Emery menutup mata, sebuah kalimat muncul dalam pikirannya.

"Air akan selalu mengalir, selalu berubah untuk mengikuti dan beradaptasi dengan semua rintangan yang ada."

Kegelapan dalam pikiran Emery terisi oleh sebuah sungai jernih yang mengalir, dan ia membiarkan pikirannya mengikuti sungai itu. Sungai itu bergerak cepat, semakin cepat, hingga arus sungai itu menjadi semakin deras, mengingatkan Emery akan saat ia hampir tenggelam. Rasa panik menggerakkan hatinya, dan ia berusaha menggapai keluar demi mencari sebuah batu atau apapun untuk berpegangan. Namun, kalimat itu kembali muncul dalam pikirannya.

"Air akan selalu mengalir, selalu berubah untuk mengikuti dan beradaptasi dengan semua rintangan yang ada."

Emery tersadar, ia tidak sedang tenggelam ataupun dalam bahaya. Ia sedang berada di sebuah tempat yang penuh dengan keajaiban, dan sungai itu hanyalah imajinasi yang tidak akan bisa melukainya. Perlahan-lahan, ia menenangkan diri dan fokus, membiarkan sungai itu membawanya ke atas, ke bawah, ke kiri, ke kanan, dan ke segala arah. Saat Emery merasakan sedikit perubahan dalam dirinya, ia pun terbangun.

"Waktu habis." Carla mengumumkan.

[Spirit power meningkat 2 poin]

[Spirit power: 26]