Kencan tak terduga,, kepalang kepergok Aldi mengajak Zara bermain beberapa permainan yang ada di mall, mereka coba ice skating, bermain di Timezone, lalu makan ice cream. Sejak menikah mungkin ini kali pertama mereka berkencan,, menikmati masa ala-ala pacaran, bergandengan tangan, tertawa bersama,, walaupun kebersamaan mereka hanya untuk sementara, Zara ingin ada kenangan indah yang akan ia ingat kelak. Kenangan yang akan ia susun rapi dalam bilik hati ketika Aldi kembali pada gadis yang ia cintai...
.
Aldi memarkir kan mobilnya dihalaman, mereka baru pulang saat bulan menampilkan kecantikan dilangit gelap. Aldi menyodorkan sebuah kotak jam tangan pada Zara .
"untuk ku??" wajah Zara berbinar.
"bukan.. untuk mba Rahayu..." gurau Aldi membuat wajah Zara jadi manyun.
"hahahaha.. tentu saja ini untukmu.. satu lagi untuk ku.." Aldi mengenakan jam tangan berwarna hitam ke tangan Zara. "aku sengaja membeli jam ini.. biar kau ingat pulang dan tidak terlambat masak..."
"ciih.." Zara berdecih, ia geli dengan alasan suaminya
"lihat.. jam kita couple.." Aldi memamerkan jam di tangan nya lalu menautkan jemarinya pada jemari Zara.
cekreekk!! Aldi mengambil gambar tangan mereka berdua dengan ponselnya.
"terimakasih.. " ucapan itu disusul kecupan dipipi kiri Aldi, matanya membulat mendapatkan hadiah kecupan dari sang istri. Semburat rona merah menghiasi wajah mereka,,
.
Didalam kamar Zara tak hentinya tersenyum memandangi jam pemberian suaminya. Anggap saja ini ganti kado absrud yang diterima nya tempo hari.
-ohh Tuhan.. jika dia selalu bersikap manis seperti ini.. bagaimana caraku akan pergi suatu saat nanti...- lirih Zara dalam hati.
Disisi lain Aldi pun tak henti mengulas senyum, entahlah ia tak mengerti dengan perasaan nya sendiri, sulit mendefinisikan tentang apa yang tengah ia rasakan pada Zara, baginya selama masih ada kesempatan ia ingin gadis itu tersenyum bersamanya.
***
POV Olivia
Cepat atau lambat aku yakin duri dalam pernikahan ku pasti akan hadir ditengah-tengah kami. Hari ini walaupun aku tidak menyaksikan ijab kabul suamiku yang hanya dilaksanakan di kantor KUA tapi aku harus menyambut maduku di dalam rumah besar kediaman mertua ku.
Jangan tanya sehancur apa hati ini!! Sungguh aku tak sanggup menjabarkannya. Dia yang mengenakan kebaya putih mulai melangkah bersama suami dan mertua ku masuk kedalam rumah yang aku juga tinggal disana.
Alasan mommy Tyas sedang hamil, dia mengandung penerus keturunan Wildan Mahardika. Apalah aku yang sudah beberapa tahun jadi menantu mereka belum juga menunjukkan tanda-tanda aku bisa memberikan apa yang mereka mau,, penerus keturunan!!
Mata ini tak lagi menetes kan air mata, jiwa ku begitu lelah, aku harus berlapang dada, aku harus punya kesabaran yang lebih luas dari samudera. Berulang kali Esa meminta aku memaafkannya. Aku sudah memaafkan dia yang sudah menodai pernikahan kami dengan pengkhianatan, namun hati ini terlanjur membeku. Aku lebih memilih untuk selalu diam daripada aku harus bertengkar, karena hal itu hanya akan membuat suamiku tidak nyaman bersamaku.
Mommy pun tampak lebih memperhatikan menantu barunya, yah wajar saja menurut ku, dia mengandung calon pewaris! jika aku atau Zara diposisi Tyas mungkin mommy juga akan memanjakan kami.
Namun sekuat apapun aku bertahan terkadang mata yang tak ingin tahu ini selalu melihat hal-hal yang menyakitkan, semua karena aku belum ikhlas.. bisa jadi...
Tak jarang kupergoki mommy membawakan susu untuk Tyas,, memotongkan buah, bahkan mommy lebih banyak menghabiskan waktu bersama Tyas,, tak apalah lagi pula aku sibuk bekerja jadi tidak selalu melihat kebersamaan antara mertua dan menantu itu.
Jadwal Esa pun dikelang, jika hari ini dia tidur dikamar ku, besok giliran madu ku.. tapi tak jarang Esa bersamaku sampai larut baru ke kamar Tyas. akkhh!! sangat menyakitkan harus berbagi suami begini, tiap mereka bersama aku terus menangis, terbayang olehku suami ku menjamah wanita lain...
.
Sore yang mendung aku duduk diteras belakang, menikmati hembusan angin,, seseorang meletakkan secangkir teh hangat bersama brownies dipiring. Aku menoleh kulihat Tyas yang membawa,, sudah hampir sepekan dia datang, tak sekalipun aku menegurnya.
"mba.. diminum ya teh nya.." ucapnya santun, wajahnya agak pucat kulihat, mungkin karena dia lagi ngidam. Entahlah karena aku belum pernah merasa ngidam.
Aku hanya diam, segera aku hendak berlalu.. tapi Tyas meraih lenganku.
"sebentar mba.. kita tidak bisa begini.."
"apa maksudmu.. kamu mau aku Nerima kehadiran kamu begitu aja.." sinisku.
"maaf mba.. kalau aku sudah menyakiti mba.. tapi sungguh aku dan mas Esa tidak ada hubungan sebelumnya,, mas Esa sangat mencintai mba..." airmata nya menetes,, manik bening pun menetes dari sudut mataku, rasanya pedih.
"sudahlah Tyas.. aku bisa bilang apa lagi.. toh kenyataan nya kamu jadi bagian dari keluarga ini.. dan kamu juga selangkah lebih baik dari aku... butuh waktu untuk bisa Nerima kamu..."
"ya mba aku ngerti.. aku cuma mau mba nanti bisa sayang juga dengan anak ini..." pinta Tyas memelas sambil mengelus perutnya yang sudah memasuki bulan ke empat.
Makin tercabik hati ini,, janin yang diharapkan selama ini ada pada rahim wanita lain bukan dalam rahimku.
Oh Tuhan kuatkan aku...
"mba.. apa yang jadi milik mba.. suatu saat akan kembali lagi pada mba... aku hanya kerikil kecil dari hubungan mba sama mas Esa "
Aku tertegun mendengar ucapan dari maduku.. apa ini salah satu caranya menarik perhatian ku. ah.. tidak lah.. namanya pelakor tetaplah pelakor!!
***