"mama tidak perlu repot-repot mencari kan aku jodoh.." ujar Aura sedikit sinis sembari Merapi kan rambutnya yang tergerai.
"Aura mama cuma mau kamu bisa melupakan Aldi... mama pingin lihat kamu bahagia.."
"mama ngga mau aku seperti mama?" cibir Aura kemudian "Aldi cuma cinta sama aku ma,, mama tau kan sejak dulu.."
Nyonya Lidya mengelus rambut putrinya, ia ingin Aura memahami bahwa salah besar jika dia masih tetap berharap pada Aldi "ya.. tapi itu dulu nak... sekarang sudah beda.. kamu juga harus menata hidup kamu.." nasehat nyonya Lidya disambut raut kurang senang dari Aura
"biar aku pilih sendiri jalan hidup ku ma.."
yah! nyonya Lidya sudah menduga,, Aura yang keras kepala..
"semoga kamu menemukan jalan yang sebenarnya.." pungkas nyonya Lidya beranjak meninggalkan Aura sendiri.
.
"cuma Aldi jalan yang aku pilih ma.. aku pasti kan Aldi kembali sama aku.." lirih Aura sepeninggalan nyonya Lidya,,, pandangan nya kosong,, sambil memegang cincin pemberian Aldi...
***
Malam kian larut,, Zara memilih pura-pura sibuk dengan laptop nya, satu kamar dengan Aldi membuat nya sedikit ngeri,, bagaimana jika Aldi sungguh ingin membuatnya harus punya baby saat ini!!
Zara agak lega,, suaminya tampak sudah tidur lebih awal, sekarang dia bingung harus tidur di ranjang yang sama atau kembali ke kamar nya. Setelah hati dan logika berdebat, ia memutuskan tidur disebelah Aldi yang tampak terlelap.
Memandang wajah teduh saat pria tampan itu tidur membuat Zara mengulum senyum, perlahan ia mengelus rambut suaminya, sejak menikah ia merasa seumur hidup akan dia lewati bersama pria yang telah memilih nya sebagai istri, tapi siapa sangka pernikahan ini tidak ada dasar... tidak ada cinta... hanya ada sebuah kesepakatan tentang perpisahan...
"Al.. seandainya kita bisa seperti ini seumur hidup kita.. kamu tahu... aku...." kata itu mengambang, Zara tak mampu melanjutkan, bahwa ada cinta yang penuh untuk seorang Aldi Rahdika. Entah kebersamaan mereka bagaikan bom waktu yang bisa meledak kapan saja! kapan pun mereka bisa saja berpisah,, kini ia seolah dipersimpangan antara bertahan atau saling melupakan satu sama lain...
.
Beberapa kali Zara mengerjapkan mata,, ia tidak bisa tidur, berbalik ke kanan akan ada wajah polos Aldi,, sulit ia kendalikan debaran jantungnya yang tak karuan,, berbalik kekiri dia agak ragu bagaimana kalau tiba-tiba Aldi mencengkeram nya,, posisi terlentang adalah posisi yang sangat tidak nyaman saat ini..
Oh Tuhan... tidur saja akan jadi hal yang mahal bagi Zara ..!! lalu ia memutuskan untuk tidur di sofa saja, saat hendak beranjak, sebuah lengan kekar menahan tubuhnya hingga kembali terhempas diatas spring bed king size yang empuk. Mata Zara terbelalak... ternyata Aldi tidak tidur pulas.
Astaga!!
"kau mau kemana??" desis Aldi menatap dengan perasaan kantuk masih menyergap,, istrinya tampak gugup, si gadis melihat kearah langit kamar, Aldi bisa merasakan dag Dig dug detak jantung yang berdetak cepat.
"i.. itu.. aku mau ketoilet..." Zara berkilah,, entah lah dia sangat gugup, belum lagi Aldi mengeratkan pelukannya.
"tidur lah disini.. bersama ku..." pinta si pria yang kembali merapat kan matanya. "aku tidak akan memaksa mu melakukan sesuatu yang kau tidak mau.. jadi tenang lah.. tidur disampingku..." titah Aldi tanpa sedikitpun melonggarkan pelukannya.
huftt!! Zara agak lega, minimal Aldi menghargai kesepakatan mereka, cukup satu kali kesalahan terjadi.. tidak boleh ada kesalahan kedua, ketiga dan seterusnya.. jika terus terjadi bagaimana dia bisa pergi kalau terlalu dalam cinta itu ditancapkan dalam hatinya. Semua pasti ia relakan jika memang cinta menjadi pondasi yang kuat dalam hubungan mereka!!
-kau hanya boleh pergi jika memang kau tidak pernah mencintai ku Zara...- batin Aldi,, mengelus rambut sebahu milik istrinya, ia bisa menghirup aroma wangi dari rambut dan tubuh Zara,, dia ingin selalu menjadi penjaga hati gadis yang kini ia cintai... butuh waktu yang tepat untuk mengungkapkan perasaan nya terhadap gadis itu...
"aku mohon.. jangan begini.. aku takut tidak bisa melepaskan mu...." lirih Zara tak digubris oleh Aldi,, dia sedang tidak punya energi yang cukup untuk menjelaskan pada si gadis,,
Zara masih berusaha melepaskan diri tapi Aldi tidak mengizinkan, tangan kekar itu tetap melingkar pada tubuh mungilnya. Akhirnya dia pasrah,, rasa kantuk akhirnya datang menjemput untuk pergi ke alam mimpi.
.
Sepasang mata elang Aldi terbuka perlahan,, ia tersenyum tipis mendapati sang gadis masih dalam dekapannya,,,
"seandainya.. hati ini punya suara.. mungkin kau tidak perlu menebak-nebak,, tetaplah bertahan seperti ini Zara ...." desis nya kemudian melanjutkan tidur kembali sembari memberi puk puk pada tubuh yang sesekali menggeliat.
***