Saat semuanya sudah nampak seperti sedia kala, terlihat di sana bahwa pertarungan dalam kamar sudah berakhir. Pedang Pencabut Nyawa menusuk tenggorokan orang bersenjatakan tombak dengan sangat telak.
Pedang pusaka itu masuk bahkan sampai lebih dari separuhnya. Darah merah yang segar masih mengalir di antara batang pedang tersebut.
Lawan Pendekar Pedang Pencabut Nyawa membelalakan matanya. Dia menatap wajah pemuda itu dengan kaget. Kemudian matanya berpaling, memandang ke arah batang pedang.
Dia sangat berharap bahwa apa yang terjadi saat ini adalah mimpi. Dia tidak ingin mati. Dendam atas kematian dua orang rekannya harus dibalas. Bagaimanapun juga, dirinya harus berhasil membunuh pemuda serba putih itu.
Tetapi, sungguh sangat disayangkan. Pada kenyataannya ternyata dia tidak dapat melakukan apa-apa. Seluruh tubuhnya terasa kaku. Sesaat kemudian terasa lemas tak bertenaga.
Tenggorokannya juga sangat perih. Mendadak mulutnya mengeluarkan gumpalan darah segar.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com