webnovel

Episode 6 : Di balik Perban Suamiku.

Kakek Nian akhirnya menghembuskan nafas lega setelah rencana kerjasamanya dengan perusahaan Mo akhhirnya berhasil. Dia lalu kembali duduk di kursinya.

"Ayah, kenapa ayah menjanjikan anak itu untuk menceritakan tentang kejadian yang menimpa ayahnya!? Bukankah itu—"

Belum sempat anak pertamanya itu menyelesaikan kata-katanya, kakek Nian sudah memandangnya dan memotongnya, "Diam ! beraninya kau membahas kejadian itu, tidak ada seorangpun yang boleh membahasnya. Itu adalah rahasia kita. Untuk urusan Nian, biar aku yang tangani, bagaimanapun, anak itu sudah sedikit berbeda sekarang, dia jadi sedikit sulit untuk di manipulasi. Terlebih, kita masih belum tahu sisa rahasia yang ayahnya tinggalkan padanya."

Kakek Nian menggaruk-garuk dagunya. Dia lalu tersenyum menyeringai sembari membayangkan. Setidaknya sekarang kerjasama keluarga Fu dan Keluarga Mo bisa berjalan. Proyek pembangunan hotel akan segera terlaksana.

Oliv lalu maju ke samping kakeknya, "Kakek, biar aku saja yang berurusan dengan Nian, akanku buat dia menderita kek."

"Oliv, kau jangan memaksakan dirimu, ingat statusmu sebagai artis muda dan juga anak emas dari Avenging Grup. Kau jangan sampai kehilangan statusmu apapun yang terjadi, karena status adalah hal terpenting dalam hidup ini," ucap kakeknya.

"Aku mengerti kek."

Nian, lihat saja, penderitaanmu ini belum berakhir, kau menikah dengan orang cacat. Selanjutnya, bagaimana lagi agar aku bisa membuatmu lebih menderitta? Oliv tersenyum menyeringai membayangkan bagaimana dia akan menyiksa Nian kedepannya.

....

Mereka pun sampai disebuah rumah besar yang cantik, dipenuhi oleh taman bunga di sekitarannya. Tentu hal itu membuat Nian terpesona dengan kecantikan taman bunga itu. Yunfei yang ada di samping Nian hanya bisa merasa puas melihat Nian terpesona. "Apa kau suka?" tanya Yunfei.

"Ya, itu sangat indah," jawab Nian tersenyum.

"Syukurlah, karena mulai sekarang, tempat ini adalah rumahmu."

Yunfei benar, mulai hari ini, tempat ini akan menjadi rumahku. Ini sedikit aneh rasanya tanpa Hana di sekitarku, aku sudah terbiasa dengannya ada di sekitarku. Tapi ... ini semua demi tujuanku, aku harap Hana bisa mengerti posisiku. Nian tampak murung karena memikirkan putrinya.

Yunfei yang melihat Nian murung, hanya bisa tersenyum dari balik perbannya itu. Beberapa saat yang lalu, sebelum Yunfei yang bertemu dengan calon istrinya, dia sempat menyelidiki beberapa hal tentang Nian, termasuk perseteruannya dengan keluarga Fu.

Aku tahu, keberadaanya di sini tak sepenuhnya karena ingin bersamaku, tapi tujuannya masuk ke keluarga Mo adalah untuk balas dendam pada keluarga Fu. Karena sudah seperti ini, maka aku juga memutuskan untuk membantumu, Nian. Gumam Yunfei dalam hati sembari memandang Nian dengan tersenyum.

Sesaat setelah roda mobil berhenti di depan pintu masuk, Yunfei langsung menarik tangan Nian lembut untuk segera masuk langsung menuju kamar. Nian yang kaget dengan aksi tiba-tiba Yunfei itu hanya bisa duduk di atas kasur dengan wajah bingung, sembari menunggu Yunfei yang sedang ada di kamar mandi.

Nian dengan wajah bingungnya hanya bisa memandang tembok dengan tatapan kosong. Apa yang terjadi? Kenapa dia membawaku kamar? Apa mungkin dia ingin langsung melakukan 'itu'!?

Nian menjadi semakin bingung melihat Yunfei yang keluar dari kamar mandi mengenakan piayama tidur, memperlihatkan sedikit dari otot-ototnya yang terbentuk. Hidungnya sampai mimisan melihat tubuh Yunfei yang bagus. Tubuhnya sangat bagus, tapi kenapa dia masih memakai perban? Apa luka di wajahnya separah itu ya?

Yunfei yang terus ditatapi oleh Nian hanya bisa tersenyum-senyum sendiri dalam hati, dia bangga karena tubuhnya bisa membuat Nian terpesona. Sepertinya aku mendapatkan ikan kecil ini.

Yunfei langsung mendekat Nian dan menindihnya dari atas, menatapnya dalam-dalam ke arah wajahnya yang mulai memerah itu. Yunfei tersenyum melihat wajah Nian yang malu-malu, dia lalu mendekatkan wajahnya perlahan ke arah wajah Nian hendak menciumnya, namun, Nian segera mengalihkan wajahnya ke arah lain menghindari wajah Yunfei. Yunfei yang sadar akan niat Nian, langsung menghentikan serangannya itu.

"Tak apa, aku mengerti kalau kau tak mau melakukannya dengan orang sepertiku," ucap Yunfei.

Mendengar hal itu, Nian langsung menjawab dengan cepat, "Tidak ! bukan seperti itu, aku tidak bermaksud menyinggungmu. Hanya saja, aku ... sedikit malu."

Aku tidak ada masalah tentang bagaimanapun tampang Yunfei dari balik perbannya itu, hanya saj a... sudah lama sekali sejak aku terakhir melakukan hal ini dengan laki-laki misterius yaitu ayahnya Hana, sekarang, aku jadi sedikit malu. Terlebih, dia mungkin akan kecewa jika tahu kalau istrinya ini bukanlah seorang perawan. Nian memasang ekspresi kecewa.

Yunfei hanya tersenyum simpul melihat sikap Nian yang imut itu, dia lalu bangun dan menjauh dari Nian. "Kau benar, kita baru saja bertemu, tak perlu buru-buru."

"Maafkan aku karena tak bisa menjadi istri yang baik," ucap Nian merasa bersalah, namun dibalik itu, dadanya berdetak hebat karena berada dalam kondisi ini.

Entah kenapa, aku merasa sangat dekat dan akrab dengan laki-laki ini, bahkan membuatku merasa bersalah karena tak mampu melayaninya dengan baik. Padahal, aku tak tahu dia orang seperti apa, tapi dari cara dia memperlakukanku, aku merasa seperti sudah lama mengenalnya. Apakah ini yang disebut cinta buta? Apakah seseorang benar-benar bisa jatuh cinta karena alasan sesepele ini? Nian memalingkan wajah malunya.

Yunfei lalu menepuk kepala Nian. "Tak apa, kau tak perlu jadi istri yang baik. Biar aku saja yang jadi suami yang baik."

Nian semakin tersipu karena diperlakukan seperti itu oleh Yunfei.

"Sekarang istirahatlah, kau pasti lelah," ucap Yunfei.

Nian hanya menjawab perkataan Yunfei itu dengan sedikit mengangguk. Tak berapa lama, Nian pun tertidur di atas kasur Yunfei yang empuk, Yunfei hanya melihat Nian yang tidur tak berdaya itu dengan nafas terengah. Huff, gadis ini sungguh sulit, dan bagaimana dia bisa tidur begitu saja di atas kasur orang asing. Sepertinya, aku telah mendapatkan kepercayaan dari gadis ini.

Yunfei lalu meninggalkan Nian yang telah tertidur nyenyak, pergi ke ruangan kerjanya yang tepat berada di samping kamar tidurnya. Dia lalu duduk dengan santai sembari memandangi berkas-berkas yang menumpuk di atas meja kerjanya itu.

Yunfei mengambil telfonya lalu menelpon seseorang, sembari memandangi terangnya bulan malam. "Dokter Zhou, apa kabar?"

"Yunfei, sudah lama kau tak menghubungiku, apa lukamu baik-baik saja?"

"Berkat dokter, sekarang itu sudah lebih baik, setidaknya, aku sekarang sudah bisa beraktifitas seperti biasa."

"Kau harus tetap berhati-hati, lukamu hanya bisa kutahan, setidaknya kau harus lekas menemukan cara untuk mengobati lukamu. Dan jangan biarkan siapapun tahu, termasuk musuh-musuhmu."

"Tenang saja Dokter, tak akan kubiarkan siapapun melihat lukaku ini, bahkan istriku sekalipun."

"Ah, benar juga, kau sudah menikah ya. Kapan acaranya di gelar?" tanya Dokter Zhou penasaran.

"Entahlah, masih banyak yang harus kuurus sebelum itu. Ngomong-ngomong, aku menelponmu karena ingin menanyakan soal penyelidikan 'orang itu', bagaimana hasilnya?"

"Aku sudah menyewa puluhan detektif swasta, tapi masih belum bisa menemukannya, tak ada jejak apapun dari orang itu."

"Begitu ya," jawab Yunfei terlihat murung.

"Tapi, kenapa kau sangat ingin bertemu dengan 'orang itu'?"

Yunfei tersenyum mendengar pertanyaan Dokter Zhou itu karena dia tiba-tiba mengingat masa lalu. "Aku hanya ingin berterima kasih padanya, aku hanya ingin membalas kebaikan orang itu karena telah memberikanku semangkuk mi yang enak."

"Kau ini sama anehnya dengan bossku, sudahlah, ingat selalu berhati-hati, terutama pada Pamanmu, sepertinya dia sedang merencanakan sesuatu yang besar."

"Dari mana kau tahu?"

"Dari Klan Tangan Pencuri."

Telpon pun dimatikan, menyisakan Yunfei sendiri dengan tatapan amarah di matanya. Dia mengingat kembali tentang kenangan masa kecilnya, tentang bagaimana Pamannya bekerja sama dengan Klan besar untuk menghancurkan orangtuanya. Dia lalu mencoba menenangkan dirinya sembari menatap ke arah bulan yang masih setia meneranginya. Pamanku, akan kupastikan, perseteruan di antara kita akan menjadi perseteruan hidup dan mati. Tunggu saja, aku pasti akan membuatmu menderita, kita mulai dari hal-hal kecil dulu.