webnovel

Episode 4 : Bertemu Kembali.

Tak berapa lama mereka menunggu jemputan, sebuah mobil mewah edisi terbatas tiba-tiba berhenti di depan mereka, hal tersebut tentu membuat orang-orang lain yang ada di depan bandara itu terkesima takjub karenanya. Dari dalam mobil itu turunlah seorang berjas putih dengan rambut yang juga berwarna putih, lengkap dengan sarung tangannya yang khas, dan tentu wajah tampan yang bisa membuat para wanita jatuh hati padanya.

"Ayo Hana, jemputan kita sudah datang."

"Eh, apakah mungkin Paman keren itu?" tanya Hana menunjuk ke arah pria berjas putih itu.

Pria berjas putih itu lalu menghampiri mereka, "Nona Victoria, lama tak bertemu," ucap pria berjas putih itu sedikit menunduk.

"Cloud, kau masih saja kaku seperti biasa."

"Haha, Nona bisa saja."

Cloud lalu membantu Nian menaruh barang bawaannya ke bagasi mobil dan mereka pun langsung berangkat menuju rumah utama Klan Zadia.

Hana yang masih penasaran hanya bisa terdiam dan terus bertanya-tanya dalam kepalanya, 'Kenapa Mami bisa punya teman sekeren ini?'

Tak berapa lama, mereka pun sampai di sebuah rumah dengan gaya Jepang Klasik.

Setelah turun dari mobil, rasa penasaran Hana yang telah dia tahan dari bandara pun akhirnya meledak. Dia tak menyangka kalau Maminya ternyata memiliki teman kaya, padahal dulu dia pernah berkata kalau Maminya tak memiliki teman lagi di Negara ini.

"Mami ! Mami ! apa Mami berbohong padaku?" ucap Hana tiba-tiba, "Mami bilang, mami tak punya teman di sini, tapi ini…."

Cloud dan Nian hanya tertawa kecil mendengar pertanyaan polos Hana itu. "Dari pada di sebut sebagai teman … mereka ini, lebih pantas disebut sebagai keluarga," jawab Maminya tersenyum.

"Keluarga?"

Bukannya keluarga Mami adalah orang-orang bermarga Fu yang telah membuang Mami? Hana semakin bingung.

Tak berapa lama, pintu terbuka, seorang pria berambut merah seumuran Maminya, mata tertutup dan tingginya tak lebih tinggi dari Nian, keluar menyambut kedatangan Hana dan Nian.

"Selamat datang, Victoria," ucap laki-laki itu.

"Song Yi !" ucap Nian meloncat ke arah Song Yi dan langsung memeluknya erat. Tentu saja, adegan itu membuat Hana terkejut setengah mati.

Mami yang punya fobia pada laki-laki, bersikap santai pada Paman ini ... tunggu dulu ... Keluarga? Pelukan? Jangan bilang … ini keluarga ayahku, dan orang ini adalah … ayahku!? Khayalan Hana melayang sampai keluar angkasa, dia menjadi sedikit pusing memikirkan hal-hal yang tak bisa dia mengerti.

"Aissshh, kau ini tak berubah, selalu manja padaku," ucap Song Yi, "Lihat, putrimu sampai bingung karenanya."

Song Yi melepaskan pelukan Nian, lalu menunduk sembari mengelus kepala Hana perlahan dan berkata, "Aku bukan ayahmu, aku adalah teman masa kecil Ibumu, kami satu perguruan."

"Ah, jadi begitu." Hana terlihat lega, "Tapi kenapa Mami mengatakan kalau kalian adalah keluarganya?"

Song Yi tersenyum mendengar pertanyaan polos Hana. Dia lalu menjawab, "Keluarga … tak harus memiliki ikatan darah, bukan?"

Entah kenapa, Paman ini sangat keren ! meskipun umurnya mungkin sama dengan Mamiku, tapi dia terlihat lebih dewasa dari Mamiku.

"Masuklah dulu, kalian pasti lelah setelah perjalanan jauh, bukan?" Song Yi mempersilahkan mereka masuk.

"Tidak Yi, aku tidak bisa tinggal, aku harus segera mengurus masalahku. Aku datang ke sini hanya untuk menitipkan Hana."

"Mami, Mami mau pergi ke keluarga Fu, aku ingin ikut dengan Mami," pinta Hana merengek.

Aku tidak bisa membiarkan Hana ikut, aku tidak ingin dia terlibat dengan perseteruan konyol antara aku dan keluarga Fu.

"Tidak bisa. Kau harus tinggal di sini, Mami akan cepat kembali, oke?"

"Tapi … kalau terjadi apa-apa dengan Mami nanti … aku ingin ikut dan melindungi Mami…," ucap Hana mulai terlihat sedih. Air matanya bahkan sudah keluar dan berkumpul di sela-sela matanya bersiap untuk terjatuh. Nian pun segera menghapuskan air mata Hana yang hendak jatuh itu.

"Kau tak perlu khawatir, Ibumu itu kuat, meskipun dia mati, dia akan hidup lagi, sekuat itulah Ibumu," ucap Song Yi mencoba menenangkan Hana.

Hana mulai mengusap air matanya sendiri dan mulai memasang ekspresi tegar. "Mamiku bukan Zombie Paman Yi. Tapi … aku percaya pada Mami, dia tak pernah berbohong padaku, jadi aku percaya, kalau dia akan kembali dengan selamat."

Nian tersenyum kemudian mengelus kepala Hana. "Aissh, Mami hanya pergi sebentar, tapi kata-katamu begitu dramatis. Baik-baik di sini, jangan nakal oke? Ah, kalau kau ingin minta apapun, minta saja pada Paman Yi mu, dia sangat kaya, jadi habiskan uangnya oke?."

Song Yi hanya tersenyum kesal mendengar perkataan Nian itu. Gadis sialan, apa yang kau ajarkan pada putrimu. Keluh Song Yi dalam hati.

"Kau tak perlu khawatir, di sini dia juga punya teman sebaya untuknya bermain, Hio !" panggil Song Yi dengan lantang.

Tak lama, seorang anak laki-laki berkaca mata yang satu tahun lebih tua dari Hana muncul membawa sebuah buku di lengannya. Anak laki-laki itu sangat tampan, bahkan sampai membuat Hana dan Nian sendiri terdiam karena ketampanannya.

"Ada apa Paman memanggilku?" ucap Hio.

Nian yang masih terdiam melihat ketampanan bocah itu, langsung menyadarkan dirinya. "Yi, apa dia, anakmu?"

"Bukan bukan, dia anaknya Vian," bantah Song Yi, "yahh, soal ketampanannya, itu memang sering jadi masalah tersendiri untuknya."

Hana yang masih terdiam, hanya bisa terus memandangi Hio.

"Hana?" panggil Maminya.

Hana dengan cepat sadar dan memegang tangan Maminya erat lalu berkata, "Mami tenang saja, aku pasti akan baik-baik saja di sini, meskipun mami pergi seminggu, dua minggu, satu bulan, satu tahun, aku pasti menunggu Mami pulang di sini."

"Mami hanya pergi beberapa jam," ucap Nian terlihat kesal.

Anak ini, baru saja dia sangat khawatir dengan Maminya. Setelah dia melihat bocah tampan itu, dia langsung berubah 180 derajat. Aisshh, dia memang putriku.

Nian lalu memandang Song Yi dengan lurus, "Yi, aku harap setelah ini semua selesai kau akan menepati janjimu."

"Aku tak pernah berbohong, ingat?"

Nian pun pamit dengan Song Yi dan juga putrinya. Dia lalu diantarkan Cloud pergi ke rumah keluarga Fu, dan tak butuh waktu lama, kini dia sudah berada di depan kediaman keluarga Fu. Rasa menusuk langsung memasuki dadanya ketika ia melihat gerbang yang sudah tak asing lagi di ingatannya itu. Gerbang ini, adalah gerbang perpisahanku dengan keluarga Fu waktu itu. Sejak aku melewati gerbang ini waktu itu, aku sudah memutuskan untuk membuang semua identitasku sebagai bagian anggota keluarga Fu. Dan kini, aku memasukinya lagi, bukan untuk masuk kembali, tapi untuk menarik keluar apa yang seharusnya menjadi milikku dan orangtuaku.

"Wah wah, lihat siapa yang kembali, sepupuku tercinta."

Suara yang sekarang sudah agak asing di telinga Nian terdengar dari belakangnya, meski begitu, instingnya memberitahunya kalau yang barusan bicara adalah, musuh abadinya. Dia hanya terdiam kemudian menatap sepupunya itu dengan tatapan dendam.

Oliv hanya tersenyum melihat Nian yang mulai marah itu. "Sepertinya kau tak berubah, dari dulu sampai sekarang, kau tetaplah sampah," ucap Oliv tersenyum menyeringai.

Namun, Nian tak menanggapi perkataan Oliv tersebut, dia hanya tersenyum sembari menatap balik Oliv dengan tatapan merendahkan. "Wah wah, sepertinya, sepupuku ini juga tak berubah, mulutnya masih saja bau seperti kaos kaki."

Mendengar dirinya diejek, tentu membuat Oliv marah, namun yang membuatnya lebih marah adalah karena Nian tak terpancing dengan provokasinya. Sepertinya gadis bodoh ini telah sedikit berubah sejak dia kembali, sepertinya aku harus menggunakan cara lain.

"Sepertinya, kemalangan sang Ibu berakhir pada sang anak, bukan? Ibumu pasti merasa sangat kecewa padamu, yah bagaimanapun, dia juga bukan ibu yang baik. Meninggalkan anaknya sendiri di tengah-tengah mulut singa."

Mendengar Ibunya dihina, membuat Nian yang tadinya terlihat tenang, kini tak bisa lagi menahan amarahnya. Dia menatap ke arah Oliv dengan tajam.

Ternyata benar … sekarang, cara ini lebih efekti— Baru saja Oliv tersenyum menang karena berhasil memprovokasi Nian, namun tiba-tiba saja, Nian maju dan mencengkram leher Oliv kuat bahkan sampai membuat wajah Oliv menjadi merah karena sakit.

"Apa sepupuku, apa kau ingin memukulku? Sepertinya, kehidupan di alam liar memang mengubahmu menjadi binatang ya," ucap Oliv mencoba memprovokasi Nian lebih jauh, namun, Nian hanya tersenyum.

"Karena kau yang mengatakan aku binatang, maka aku akan jadi binatang." Tiba-tiba saja, Nian menampar pipi Oliv menggunakan tangan kirinya dengan sangat keras.

"Kau ! –" belum sempat Oliv bicara tangan kanan Nian sudah menampar pipinya yang satu lagi, hingga kini kedua pipi Oliv memerah karena tamparan Nian.

"Kau bebas menghinaku, tapi jika kau menghina Ibuku, maka akan kulakukan apapun untuk membuatmu menderita." Nian lalu mendekatkan bibirnya ke telinga Oliv dan berbisik, "Bahkan membunuhmu sekalipun."

Oliv yang diancam begitu langsung bergetar ketakutan. Ke—Kenapa, apa yang sebenarnya terjadi pada gadis ini, seberapa banyak dia telah berubah!?

Nian kemudian mendorong Oliv hingga dia terjatuh, lalu meninggalkannya masih dengan tatapan merendahkan kepada Oliv. Oliv hanya bisa memandang Nian yang pergi masuk ke dalam rumahnya tersebut dengan tatapan penuh dendam. Dan karena kejadian ini pula, kebencian di dalam hati Oliv kini semakin membesar. Lihat saja Nian, aku pasti akan mencari cara untuk membuatmu menderita.