webnovel

Pemimpin Kegelapan

Author: RoeRoe
Fantasy
Ongoing · 8.3K Views
  • 3 Chs
    Content
  • ratings
  • N/A
    SUPPORT
Synopsis

Seorang pria misterius buruk rupa menawanku karena sebuah perjanjian utang piutang. Aku dipaksa menikah kontrak dengannya. Hidupku bagai dalam neraka meski segala kemewahan tersedia. Aku dipenjara di dalam istana dengan dikawal puluhan pria bersenjata. Katanya, sudah lama dia menunggu kedatanganku. Aku benci padanya, meski dia pria yang kaya dan punya segalanya. Aku ingin pulang karena harus memenuhi janji pada ayahku sebelum dia meninggal. Setiap malam, bos akan memintaku datang ke kamarnya untuk melakukan sesuatu. Jika aku menolak, maka hidup ayahku akan terancam. Aku akan melakukan apa saja untuk keluar dari masalah ini dan membalas semua perbuatan buruk mereka.

Chapter 11| Diusir dari Apartemen dan Kehilangan Pekerjaan

Dua buah tas perjalanan besar warna hitam dilemparkan ke jalanan beraspal yang baru selesai diguyur hujan. Salah satu tas itu menggelinding dua kali sebelum berhenti tepat di depan sepasang kaki seorang gadis.

Gadis bermantel hitam selutut yang berdiri di tengah jalan itu menunduk dan memeriksa tas di depan kakinya.

"Ini tasku, brengsek!" geramnya. "Siapa yang berani melakukan ini pada barang-barangku?" ujarnya kesal sambil berdiri lagi menatap ke arah pintu apartemennya yang sudah terbuka.

Sejumlah buku, pakaian, dan benda lain terlihat masih dilemparkan ke jalanan begitu saja. Omelan dan umpatan terdengar dari apartemen tua milik sang gadis.

Karena kesal barang-barang pribadinya dibuang ke jalanan, gadis itu segera berlari untuk memeriksa pelakunya. Dari dalam apartemennya muncul seorang perempuan gemuk yang sedang marah dan mengumpat sambil membawa benda terakhir milik si gadis.

"Nyonya Puff? Apa yang Anda lakukan di rumah saya?" protes gadis itu kesal.

"Apa yang aku lakukan, katamu? Apa matamu buta? Jelas kau melihat aku tengah membersihkan apartemen ini untuk kusewakan pada orang lain!" teriak Puff dengan tangan menuding.

Gadis itu sampai kesulitan berbicara saking terkejutnya. "Anda sudah melanggar privasi saya. Anda masuk ke rumah saya tanpa izin dan menghancurkan barang-barang pribadi saya!" protesnya.

"Dasar gadis tolol! Kau sudah menunggak biaya sewa selama enam bulan berturut-turut dan sekarang kau mengeluh padaku?"

"Tapi, Nyonya Puff, tidak seperti ini seharusnya! Aku pasti akan membayar uang sewa!" ujar gadis itu sambil memunguti kembali barang-barang agar tak basah.

"Setiap hari selama sebulan terakhir, kau selalu mengatakan hal yang sama padaku! Semua janjimu palsu! Aku sudah muak padamu, Babi Kecil! Sebaiknya singkirkan barang-barang menjijikkanmu itu dan angkat kakimu dari sini!"

Braak!

Pintu apartemen tua itu dibanting oleh Nyonya Puff di depan mata sang gadis dan menguncinya dari luar. Perempuan gemuk itu berjalan dengan susah payah meninggalkan si gadis seorang diri dengan air mata yang berderai.

"Rain?" tegur salah satu tetangga gadis itu. "Kau baik-baik saja?" Pemuda yang datang dengan sepeda itu membantu memunguti barang-barang Rain yang berserakan di jalanan.

Rain hanya bisa menangis sesenggukan. "Ya, aku baik-baik saja, Ben! Abaikan saja aku," ujar Rain sambil memungut kembali barang-barangnya dan memasukkan ke dalam tas.

Seluruh penghuni apartemen tua itu memperhatikan Rain dengan tatapan datar. Tak ada satupun dari mereka yang merasa iba atau turun tangan untuk membantu gadis itu.

"Kamu bisa menginap di tempatku malam ini," tawar Ben.

"Tidak, Ben, terima kasih. Aku sudah terlalu banyak merepotkanmu. Nyonya Puff pasti tak akan suka jika masih melihatku berkeliaran di sekitar sini."

"Dia tidak berhak melakukan itu!" seru Ben. "Aku sudah menyewanya. Aku bebas membawa siapa saja ke sana termasuk kau!"

"Ya, justru itu tidak akan bagus untukmu, Ben. Apa kata kekasihmu nanti saat tiba-tiba dia berkunjung dan melihat aku dengan seluruh barang-barangku ada di apartemenmu?"

"Astaga, Rain, kau tahu aku tak ada kekasih atau wanita manapun yang akan datang ke tempat bobrok ini! Ayolah, aku bantu membawa barang-barangmu ke tempatku!"

Ben berdiri dan memunguti tas serta benda-benda Rain yang berserakan di jalan. Ben membawanya masuk ke apartemennya sendiri. Pemuda itu tak peduli meski Rain terus menolak dan berusaha mencegahnya untuk mengangkuti barang-barang itu ke apartemennya.

Rain hanya berdiri mematung di tengah jalan sambil menatap punggung Ben yang menjauh. Pemuda itu berjalan susah payah dengan dua tas besar di tangannya. Di langit, awan mendung masih bergayut. Angin yang mengandung uap air tiba-tiba berhembus sangat kencang.

Rain memaki karena rok selututnya hampir tersingkap. Dia tahan ujung rok itu dengan kedua tangan. Rambut ikal panjangnya yang kecokelatan juga awut-awutan.

"Astaga, jika tak ada Ben, mungkin malam ini aku akan menjadi gelandangan dan harus tidur di emperan toko."

Sejumlah sampah bergulung-gulung karena tersapu angin. Saat Rain mencoba berlari menyusul Ben ke apartemen, langkah Rain sekali lagi terhenti. Selembar surat kabar lama yang tersapu angin membelit kakinya.

Rain memungut surat kabar itu dan menyelipkan ke kantung mantelnya begitu saja. Akan aku buang saat menemukan tempat sampah, pikirnya.

Rain melongok ke balik pintu apartemen Ben. Ruangan sempit itu seketika menjadi semakin sempit dengan tumpukan barang-barang milik Rain.

"Aku berjanji akan segera menemukan tempat baru!" Rain mengucapkannya dengan nada malu-malu dan rasa sungkan pada Ben.

"Oh, ayolah, Rain. Kau seolah-olah berhadapan dengan orang asing saja? Kita sudah lama berteman. Aku mengerti kesulitanmu. Kau bebas tinggal di sini sampai kapan pun kau mau."

Rain segera mengangkat tangan. "Tidak, Ben, aku tak akan merepotkanmu sejauh itu. Jika boleh, aku hanya akan titip beberapa barangku saja di sini. Jika aku sudah mendapat tempat baru, aku pasti akan mengambilnya."

"Di mana kau akan tinggal malam ini?"

"Ah, itu mudah. Aku bisa tidur di tempat kerja. Besok jadwalku kerja pagi. Jadi, malam ini aku bisa kembali ke sana dan numpang tidur."

"Kau yakin?" Ben sangat khawatir.

"Ya. Besok aku pasti akan dapat tempat baru."

"Baiklah, aku hargai keputusanmu. Kau pasti belum makan, kan? Aku ke bawah untuk membeli beberapa bahan. Aku akan masak untuk kita. Kau istirahatlah dulu."

"Aku pinjam kamar mandimu."

"Pakailah sesukamu."

Rain masuk ke kamar mandi dan membuka keran air. Dia embuskan napas lega hingga terbentuk embun di permukaan cermin. Dia benar-benar tak tahu harus ke mana malam ini. Dia hanya basa basi soal menginap di tempat kerja.

Sebenarnya, hari ini dia sudah dipecat dari tempat kerja. Rain sungguh ditimpa kesialan bertubi-tubi. Tinggal di tempat Ben juga tidak mungkin dia lakukan. Ben terlalu baik. Rain tidak ingin memanfaatkan pemuda itu.

Rain mengosongkan kantung mantel sebelum membukanya. Itu kebiasaan yang selalu dia lakukan. Segumpal kertas dia keluarkan dari kantung

"Ah, surat kabar bekas tadi."

Rain sudah akan melemparkannya ke tong sampah saat matanya yang tajam menangkap sesuatu.

"Lowongan pekerjaan? Di koran? Pada tahun seperti ini?" kernyitnya sambil membuka gumpalan kertas itu di samping wastafel.

Rain membuka potongan surat kabar kusam itu dan membaca baik-baik.

"Tidak terlalu buruk. Aku sudah cukup banyak pengalaman menjadi pramusaji."

Dia baca lagi alamat tempat pekerjaan itu berada.

"Ini terlalu jauh. Ini di luar kota. Yang benar saja. Kota itu bahkan belum pernah aku datangi. Memang mustahil menemukan pekerjaan yang baik dan masuk akal melalui selembar koran bekas di tahun ini."

Rain sudah akan membuangnya lagi, tapi urung saat melihat deretan angka gaji yang ditawarkan oleh pekerjaan itu. Rain baca ulang koran bekas itu.

"Apa? 500 Coll perhari? Apa mereka salah membubuhkan angka di sini?" Rain tergelak. "Ini setara dengan gajiku selama dua bulan. Perhari? Mungkin mereka memang salah menulis angka."

Rain menatap pantulan wajahnya di cermin dengan putus asa.

"Tapi, tunggu, kenapa tidak aku hubungi nomor yang ada di sini dan bertanya langsung? Mungkin masih ada kesempatan untukku meski tanggal terbit koran ini sudah beberapa bulan yang lalu."

Rain meraih ponsel dan menghubungi agen penyelia pekerjaan yang memasang iklan di koran itu. Dia juga mencatat alamatnya. Pada dering kelima, seseorang menjawab panggilannya.

"Selamat malam. Keluarga Dauntess di sini. Ada yang bisa saya bantu?" ujar suara perempuan di sambungan telepon.

"Ah, maaf. Sepertinya saya salah menekan nomor. Karena seharusnya yang menjawab panggilan adalah agen penyelia pekerjaan," ujar Rain menahan malu karena kebodohannya.

"Anda mencari pekerjaan, Nona...?"

"Saya Rain. Ya, apa pekerjaan yang Anda tawarkan masih ada? Untuk posisi pramusaji?" balas Rain asal.

"Ya, kami belum menemukan kandidat yang sesuai. Pekerjaan itu masih terbuka untuk siapa saja."

"Bagaimana dengan gajinya? Apa kalian tidak salah menulis angka di koran?" kernyit Rain.

"Kami menuliskan 500 Coll perhari. Jika itu terlalu rendah, Anda bisa menegosiasikan dengan kami."

Rain menganga di depan cermin tanpa suara. "Kapan saya bisa melakukan wawancara?"

"Bagiamana kalau malam ini?"

"Apa? Tapi, jaraknya…."

"Anda bisa datang malam ini atau besok. Kabari saya jika sudah siap. Saya akan mengirim orang untuk menjemput Anda di stasiun Westlake, Nona Rain."

Saking girangnya, Rain keluar kamar mandi dengan ponsel masih di telinga. Dia melupakan surat kabar di wastafel.

Rain menutup pintu kamar mandi. Surat kabar yang terbuka di samping wastafel berisi lowongan pekerjaan itu tiba-tiba memudar. Setiap huruf dan angka yang tertulis menguap menjadi asap hitam. Kertas surat kabar bekas itu kosong dan berubah menjadi selembar kertas polos biasa.

You May Also Like

Javanese Freislor

"Sadarlah, Breckson! Kau tidak akan bisa hidup bersamaku! Sekalipun aku mencintaimu, tapi aku tahu kedudukan kita berbeda!" pekik Freislor. "Aku tidak peduli itu, Freis!" Breckson menjawabnya dengan nada tinggi. Freislor, sosok perempuan yang memiliki tugas tersendiri untuk menemukan sosok Grendolfin, seorang dewi yang diutus ke bumi untuk mengadili suatu perkara. Ia bertemu dengan sosok Breckson, salah satu pemimpin Negara Zavrainz yang digadang-gadang menjadi pusat peradaban dunia. Pertemuan mereka diawali dengan kejadian tragis. Di mana Freislor merupakan salah satu kaum buangan dari beberapa negeri. Ia memperjuangkan para penduduknya untuk diberikan tempat tinggal di Negara Zavrainz sekalipun dia mendapat hinaan dan pembulian dari para warga. Beberapa tahun setelahnya, dia melanjutkan misi untuk mengalahkan Tuan Reos. Pada akhirnya, Breckson, Freislor dan Tuan Krapolis berkelana ke masa lalu, masa depan dan kematian untuk menemukan Grendolfin. Di sana, mereka mendapatkan beberapa pengetahuan baru mengenai Hasta Brata yang berasal dari kaum Jawa. Tak hanya itu, dia mendapatkan teka-teki baru yakni dengan permainan angka dan waktu yang terdiri dari satu, tiga dan juga lima. Hal itu diperjelas dengan sebuah puisi yang dibuat oleh ayahnya. Satu kali satu, aku berlari Dua kali satu, aku berputar Tiga kali dua, aku berhenti Tunggu dulu, sepertinya aku salah langkah Ku putar langkahku sebesar tiga puluh derajat ke kiri Ku dapati sebuah garis panjang yang mengarah ke suatu tempat Dihiasi cahaya bermandikan gemerlap bintang Aku dan kamu menjadi kita Selama perjalan, mereka juga mendapatkan kunci untuk mengalahkan Tuan Reos dari adanya petunjuk Serat Joyoboyo. Tak hanya itu, dia juga menemukan jati dirinya sebagai pemimpin di sebuah negeri. Breckson akhirnya sempat menyatakan cinta kepada Freislor. Namun, kisah cinta itu berubah setelah bertemu dengan Poresa. Ditambah lagi, beberapa kitab kuno menyebutkan bahwa hidup Freislor hanya sebatas hitungan angka dan waktu. Lantas, bagaimanakah dengan misi mereka? Akankah mereka berhasil membunuh Tuan Reos? Bagaimana dengan kisah cinta Freislor? Siapa yang akan dia pilih?

Rainzanov_words · Fantasy
5.0
351 Chs

Dosa-Dosa Carnal Alpha-nya

PERINGATAN: KONTEN MATURE! Siapa sangka putra Alpha muda akan jatuh cinta dengan pengasuhnya?! Dia bagaikan ibu yang tidak pernah ia miliki, kakak perempuan yang selalu diinginkannya, satu-satunya sahabat terbaiknya. Setelah sebuah insiden di kelompok Dark Risers, Alpha mengirim putranya ke kelompok lain untuk dilatih dan dipelihara menjadi orang yang lebih baik; Alpha masa depan. Dua belas tahun kemudian, Daniel kembali sebagai remaja yang sudah dewasa dengan dorongan seks yang tinggi dan hasrat untuk wanita-wanita cantik. Di usia yang masih muda, ia mengendalikan kelompok dengan sendirian dan juga menanggung tekanan untuk menemukan jodoh dari para tetua dan kerabatnya. Namun Daniel tidak menginginkan pasangan. Tidak pernah menginginkannya dan tidak akan pernah. Mengapa harus terikat dengan satu wanita yang akan menyusahkannya daripada menghabiskan setiap malam dengan wanita pilihan sendiri? Akankah ia hidup sendirian dalam kenikmatan duniawinya atau menarik kembali kata-katanya? Excerpt; for Volume (2) Tapi..." John memegang bantal di tangannya dengan tampilan serius dan penuh pikiran. "Apakah ini yang anda benar-benar inginkan?" Jephthah menatap ke atas dari tempatnya menyelesaikan gambar Talia dan mengerutkan keningnya sedikit. "Apa yang anda bicarakan?" John menghela nafas dan mendekat kepadanya dan Jephthah menegang karena saudaranya itu tampak sangat serius. Dan ketika dia serius, pasti ada sesuatu yang sangat penting akan dia katakan. "Anda menginginkan Talia menjadi pasangan takdir anda, bukan?" "Lebih dari apapun di dunia." Jephthah menjawab tanpa berpikir lama, sebuah cahaya berkelap-kelip di matanya seperti bintang, tapi mereka padam ketika ia menyadari John masih memiliki tampilan serius di wajahnya. "John, Ada apa?" "Jephthah," John menghela nafas. "Kita kembar... anda tahu itu kan?" Jephthah hampir memiringkan kepalanya atas pertanyaan bodoh itu. "Jadi?" "Dan kita seperti dua kacang dalam sebiji polong. Kita adalah separuh diri satu sama lain." Jephthah menyipitkan matanya kepadanya. "Apakah anda berpikir ANDA mungkin adalah pasangan saya?" John memukul kepalanya dengan bantal kali ini. "Tidak!" "Lalu cepat sebutkan poinnya, John." "70% gadis yang berpasangan dengan kembar biasanya juga..." ia berhenti, memandang Jephthah di mata sebelum menyelesaikan kalimatnya. "berpasangan dengan kembar yang lain juga." Pensil itu terjatuh dari genggamannya, berguling di atas kertas kanvas dan jatuh dengan suara terdengar ke lantai, ujung runcing grafitnya patah untuk jatuh di sebelah pintu. "Apa?!"

C3e_Jay · Fantasy
Not enough ratings
262 Chs

MARRIED TO A STRANGER

“Aku rasa, kita tidak bisa melakukan ‘itu’ dulu, karena kau masih dalam tahap pemulihan…” Hailee menjawab ragu- ragu, berusaha mencari alasan yang masuk akal untuk situasinya sekarang. “Bulsh*t,” Ramon merutuk dan turun dari tempat tidur mereka yang luar biasa mewah. Dengan langkah tidak sabar, pria itu menghampiri Hailee, seperti pemburu yang akan menangkap buruannya. “Aku akan buktikan kalau aku baik- baik saja. Lebih dari baik.” Dia menegaskan kata terakhirnya sambil tersenyum penuh arti. “…” Ugh! *** Hailee mendapati dirinya telah dijual oleh kakak tirinya, Aileen, setelah kematian kedua orang tua mereka dalam sebuah perampokan. Namun, pada malam di mana seharusnya Hailee melayani lelaki bajingan yang telah memenangkannya dalam lelang, Hailee berhasil kabur dengan membunuhnya. Kini, Hailee berada dalam pengejaran dan harus melarikan diri dari kota tersebut untuk menghindari pengejaran kaki tangan pria yang telah dia bunuh. Di dalam pengejaran itu, Hailee tidak sengaja bertemu dengan Ramon yang tengah sekarat akibat kecelakaan yang dialaminya. Untuk menghindari orang- orang yang mengejarnya, Hailee berpura- pura menjadi Giana, wanita yang selama ini Ramon sembunyikan dari mata publik. Masalah bertambah rumit ketika Ramon tersadar dan dia tidak mengingat apapun. Hailee tentu saja dapat memanfaatkan ini dan terus berpura- pura menjadi Giana, tapi sampai kapan? Dan bagaimana dengan Giana yang asli? ************************ Update setiap hari Pkl. 13.00 wib. ************************ Meet me on Instagram @Jikan_yo_tomare Disclaimer : cover picture from pinterest.com Check out my other stories: **PURPLE DUSK TILL DAWN: dearest through the time –Indonesia- **The Story of Dusk -Indonesia- **Cinta sang Monster **ABSQUATULATE

jikanyotomare · Fantasy
4.9
197 Chs

The Prince Of The East Sea (Bahasa INDONESIA)

18+ (Dark Content) Liburan Tasia dan teman-temannya berakhir di luar dugaan. Tasia yang adalah gadis penakut, tidak pernah menyangka pertemuan dan niat baiknya terhadap seorang anak kecil di tepi pantai saat malam hari akan membawa hidupnya ke dalam kekacauan. Karena ternyata, anak manis itu adalah jelmaan pangeran siluman ular yang mendiami kerajaan goib di laut timur. .... Tasia menatap Hadyan yang tersenyum ramah padanya. Lalu air mata mulai menggenangi matanya lagi "Aku ingin pulang. Aku tidak mau berada di sini. Maafkan aku jika aku berbuat kurang ajar sampai kalian menangkapku, tolong lepaskan aku! Ku mohon!" Hadyan memijat keningnya sendiri "Kau tidak salah, Tasia. Aku membawamu ke sini, karena aku telah memilihmu untuk menjadi permaisuriku di kerajaan ini." "Apa? Permaisuri?" Ulang Tasia. Hadyan mengangguk "Ya, aku telah memilihmu sebagai permaisuriku. Jadi, mulai sekarang kau akan tinggal di sini bersamaku." Tasia menggeleng cepat "Gak mau! Aku tidak mengenalmu! Lagipula aku punya rumah dan nenek juga teman-temanku menunggu di sana. Aku tidak mau menjadi permaisuri mu. Aku mau pulang!" *** Mohon berikan support (Power stone, Komen, Review) kalau kalian suka ceritanya ya!! Trimakasih & Selamat membaca!! \^^/ Karya Lydia_Siu di Webnovel : - The Prince Of The East Sea (Tamat) - The Black Swan Behind (Tamat) Banyak quotes dan info menarik di sosial media author! Yuk difollow! Instagram : @author_lydia_siu FB Page : author Kalong_ungu / Lydia_Siu Twitter : @kalong_ungu *** Note tambahan : - Cerita ini terinspirasi dari tokoh, tempat, dan cerita mitos yang banyak beredar di Indonesia. Lalu digabungkan dan mengalami modifikasi sesuai imajinasi author. - Isi, nama, tokoh, dan lokasi dalam cerita ini tidak ada hubungannya dengan cerita rakyat/lokasi yang sesungguhnya.

Lydia_Siu · Fantasy
4.9
255 Chs

ratings

  • Overall Rate
  • Writing Quality
  • Updating Stability
  • Story Development
  • Character Design
  • world background
Reviews
Liked
Newest

SUPPORT