webnovel

It Brings Madness And Chaos

Pandangannya mengarah pada Marie ketika dia bangun dan melihat mereka baik-baik saja.

"Marie apa yang terjadi?"

"Aku tidak tahu, tapi aku seperti bermimpi lalu terbangun ketika aku benar-benar panik jatuh dari langit."

"Hal yang aneh."

Aiden mengatakan itu, meski dia hanya berpura-pura tidak tahu tentang apa yang terjadi pada dirinya, walau Marie mengucapkan sesuatu yang bohong, dia sebenarnya tahu, karena dia tidak tertidur, pingsan ataupun bermimpi, dia sadar dengan apa yang terjadi sejak awal.

Padang rumput itu adalah tempat mereka akan terus berpisah. Aiden pulang kembali berjalan kerumahnya ketika dia merasa lelah tentang hari ini.

Para pelayan itu pasti sudah menyediakan makanan untuknya. Rumah akan selalu berada dalam kondisi bersih ketika dia pulang. Semua baik-baik saja.

"Selamat datang kembali! Aiden!"

Mereka menyambutnya dengan gembira begitu, namun dia hanya menatap mereka sesaat dengan senyum yang lesu dan segera naik ke kamarnya. Membanting dirinya di tempat tidur besar itu. Kasur yang cukup untuk di tempati tiga orang. Tapi dia benar-benar berkuasa atas kasur yang begitu besar, bagaikan orang yang kaya.

Tidak ada satupun orang-orang yang tahu tentang kehidupannya atau ekonominya, namun, hidup jauh dari sekolah dan kota, dia hidup di sebuah rumah mewah bersama dua pelayan yang begitu patuh.

"Aiden, apakah kamu memiliki masalah hari ini? setiap pulang, kamu terlihat lesu."

"Tidak, tidak apa-apa, cukup bawakan saja aku makanan."

"Makanan apa yang anda inginkan?"

"Apa saja sesuai seleraku."

"Baiklah."

Yang satunya segera berjalan dengan cepat keluar dari kamar untuk mengambil makanan yang diinginkan. Yang satunya lagi segera menutup tirai kamar dari masuknya cahaya luar. Lagipula hari sudah memasuki petang.

"Aiden, kamu pasti lelah, beritahu kami saja jika ada masalah soal sekolahmu."

"Hari ini, aku seperti di lakukan dengan aneh pada Marie."

"Hah? Apa yang dia lakukan padamu?"

"Tidak ada, tidak jadi."

Dia tidak jadi mengatakan apa yang di alaminya tadi semenjak di dalam ruangan aneh merah itu.

Wanda kembali dengan secangkir susu dan beberapa makanan di atas plat besi yang membawa semua itu di atasnya.

"Setelah ini, kalian bisa meninggalkan ku, jangan mengkhawatirkan."

"Baiklah."

Keduanya menjawab dengan serentak.

Aiden membuka kembali tas berisi buku-buku yang di pinjamnya dari perpustakaan. Masih ada beberapa buku yang belum di baca.

Buku-buku sihir ini, lebih baik dia belajar sendiri daripada bertanya pada orang lain, dia tidak suka dirinya di anggap lebih berpengetahuan rendah daripada orang yang dia tanya. Melakukan semuanya sendiri, sekarang, adalah hal terbaik yang dia suka.

Wanda dan Eugene segera meninggalkannya dengan membawa kembali beberapa alat pelayan yang di bawa sejak awal.

Akhirnya mereka pergi.

Apa yang sebenarnya ingin di rencanakan Marie padaku? Aku tahu dia ingin melakukan sesuatu padaku. Memegang pedang, sebuah kontrak, ruangan merah aneh itu, lalu aku terjatuh di genangan darah yang ternyata sedalam lautan.

Gadis berambut merah dengan tubuh telanjang tanpa baju yang kupeluk, apa yang di lakukan Marie? walau aku berpura-pura, aku tahu dia yang melakukan semua itu padaku.

Aku bisa menghancurkan tembok dengan tendanganku...

Aku bahkan tidak mati ketika jatuh dari langit.

Apa yang terjadi dengan tubuhku?

Tubuhnya tiba-tiba terasa kuat sejak perkelahian pertamanya, tanpa alasan tendangan yang tidak terlalu kuat dapat membuat seseorang sampai terpental ke tembok dan rusak cukup parah.

Ada satu ruangan di rumah ini, lebih tepatnya ruang bawah tanah yang sebenarnya terasa lebih besar dari ruangan-ruangan seluruhnya yang berada di atas, baik tingkat pertama maupun tingkat kedua.

Aiden turun kesini untuk mencoba lagi mengeluarkan pedang itu, dia melakukan sihir tanpa mantra dan metode yang tidak seperti di ajarkan. Alasannya singkat "Aku melakukan sesuai keinginanku" dengan begitu, pedang hitam itu muncul lagi di tangannya dalam sekejap dan membuat dirinya terasa benar-benar kuat.

Jika ini adalah aliran mana dari dalam tubuhnya, maka mungkin aliran mana ini begitu banyak, sampai semakin lama pedang itu di tangannya, aliran-aliran itu tidak lagi terasa dan mulai menghilang. Sebenarnya, kekuatan kekacauan itu masuk lebih banyak ke dalam tubuhnya dan terus bertambah banyak hingga tidak akan terasa.

Pedang ini memiliki garis-garis ungu di sekitarnya, entah apa itu, tapi beberapa garisnya terkadang menyala seperti berjalan ke aliran lain. Pedang ini seperti memiliki nyawa.

Seluruh ruang bawah tanah tertutupi oleh kegelapan hitam dan diterangi oleh cahaya ungu dari pedang itu, cahaya yang tidak terang, redup namun mengerikan.

"Pedangku cukup bagus yah, lagi-lagi, aku bisa melampaui semua murid ketika aku sudah berada di rumah. Dasar! sebenarnya aku ini kenapa?"

Dia sudah memegang pedang itu selama beberapa menit, dia mencoba menyimpannya kembali. Pedang sihir seperti itu tidak mungkin di simpan ke dalam sarung dan di bawa begitu saja, itu mengerikan.

Dengan itu, dia berkonsentrasi membuka sihir hanya dengan mencoba imajinasinya. Bayangkan sebuah sesuatu yang gelap dan begitu luas untuk menyimpan benda ini, suatu saat, dia pasti akan memakai pedang ini lagi.

"Kurasa sudah cukup."

Hari berlanjut seperti biasa, ketika dia harus bangun setiap hari pergi ke akademi sihir, dia tidak bangun sendiri, dia selalu kesulitan untuk tidur dan akhirnya akan selalu bangun siang. Tanpa kedua pelayan itu, dia mungkin tidak akan bangun sampai jam dua belas siang.

Beberapa hari, aku sudah menguasai beberapa sihir, aku cukup senang hanya dengan bisa melakukannya, walau aku hanyalah murid yang tidak berbakat dalam belajar sihir sekali coba.

Rambutnya bangun dengan begitu berantakan, Eugene merapikan rambutnya lagi ketika dia masih duduk di sebuah sofa untuk sedikit merasa malas.

"Aiden, kamu tidur larut malam lagi? Itu tidak baik untukmu."

"Aku menghabiskan waktu malam ku untuk membaca buku dan belajar sihir."

"Pantas saja kami tidak menemukanmu di kamar."

"Aku akan berada di ruang bawah tanah untuk belajar dan membaca lebih banyak lagi."

"Teruslah semangat! Kamu pasti bisa!"

"Terima kasih."

Aiden tanpa sadar sudah mempelajari sihir yang lebih banyak daripada semua yang ada di kelas.

Mereka pasti tidak akan pergi ke perpustakaan untuk membaca buku-buku ini, aku tidak akan menunggu waktu itu ketika aku harus terus disetarakan bersama mereka. Aku harus menjadi lebih dari mereka. Aku harus selalu selangkah lebih maju tanpa terlihat, walau mungkin ada seseorang yang bisa sihir dengan sangat baik di kelas, itu berarti dia akan segera menjadi sainganku.

Dia kembali lagi ke kelas itu, seperti biasa, di meja paling belakang dan paling atas, tidak ada lagi yang mengusiknya.

Awal-awal sekolah adalah mempelajari ilmu sihir dalam mengendalikan elemen alam, di ajarkan selama seminggu awal sampai mereka semua dapat melakukannya dengan sempurna.

Guru memang selalu memperhatikan murid yang belajar cepat dan begitu cerdas, namun berbeda dengannya, bu Kana terus memandangnya karena sesuatu yang berbeda, bukan karena dia payah atau tidak bisa melakukan sihir, dia lambat memahami dan sering tidak berkonsentrasi dalam belajar.

"Aiden!"

Aiden masih memangku wajahnya dengan wajah malas sambil tidak memperhatikan ketika dia di panggul untuk ke depan.

"Aiden!"

"Oh ya?"

"Maju."

Gawat, sepertinya aku di suruh membuat pedangku lagi, guru ini akan terus menguji ku walau terlambat, aku sulit untuk menyembunyikan ini sekarang.

"Lakukan seperti yang di ajarkan kemarin, jika tidak, aku akan mengeluarkanmu dari kelas sekarang."

Tidak ada yang ingin di keluarkan dari kelas dan berdiam diri begitu saja di sekolah sambil berjalan-jalan tanpa arah.

Kalau begitu dia memutuskan untuk memperlihatkan pedang nya sendiri.

Dia mengangkat tangan kanannya ketika angin yang entah dari mana saling bertabrakan dan membuat arah kacau yang menerbangkan tirai-tirai di jendela, ketika seluruh rambut orang-orang beterbangan bersama baju yang berkibar-kibar terkena angin.

Ruangan kelas tiba-tiba di selimuti bayangan hitam gelap hingga tidak ada cahaya matahari yang masuk ke dalam, yang ada hanyalah kegelapan yang terjadi tiba-tiba ketika seluruh angin itu hilang menjadi tenang dalam sekejap bersamaan dengan seluruh penglihatan orang-orang yang menjadi hitam, benar-benar tidak dapat melihat apapun.

Lalu, cahaya ungu yang satu-satunya menjadi pusat cahaya di dalam kegelapan kelas membuat mereka semua dapat melihat pedang itu.

Semua murid langsung terkejut dan mulai bertingkah tidak jelas. Beberapa murid mulai berteriak dan memukul dirinya sendiri.

"Apa yang terjadi?"

Bu Kana melihat adegan aneh ini ketika beberapa orang semakin banyak bertingkah aneh dan gila, berteriak seperti orang yang kerasukan.

"Aiden! Hentikan."

Aiden segera menghentikan pemanggilan pedangnya. Ketika itu baru menampilkan gagangnya saja. Semua murid mulai bertingkah aneh dan seperti menjadi gila, begitupun dengan bu Kana. Yang baik-baik saja hanyalah Marie, dia tetap duduk dengan tenang dan tersenyum ketika cahaya ungu itu menyinari wajahnya di dalam kegelapan.

Kata terakhir adalah "Hentikan" jadi dia menghentikan untuk menunjukkan pedang nya, dengan begitu, suasana kembali normal seperti sedia kala, ketika semua orang mulai perlahan menjadi sadar kembali.

Mereka semua bertanya satu sama lain tentang hal yang terjadi barusan. Jelas itu adalah Aiden di depan yang memangil pedang nya sampai memunculkan fenomena kegelapan yang membuat semua orang hampir kehilangan kesadaran mereka.

Tiba-tiba, sebuah suara terlintas di benaknya.

"Aiden, sudah cukup untuk pertunjukkan, itu sudah benar-benar memuaskan, tapi, kamu harus tau konsekuensi ketika mengeluarkan pedang itu."

"Siapa? Suara siapa itu?"

Suara itu terdengar di dalam kepalanya, membuat kepalanya sedikit sakit ketika dia terjatuh di lantai dengan kedua tangannya yang memegang kepalanya.

"Aku adalah Haumea Scarlet, raja iblis dari seluruh alam iblis, kamu adalah kandidat raja iblis selanjutnya, aku hanya ingin memperingatkan mu untuk tidak mengeluarkan lagi pedang itu di depan orang-orang, konsekuensi nya, kamu bisa membuat siapapun yang melihat pedang itu menjadi gila, tidak hanya gila, kegilaan itu akan terus ada selamanya jika tidak di hentikan."

"Gila? Apa-apaan dengan pedang ini? Kenapa bisa begitu?"

Berkata sambil menahan sakit kepalanya.

"Kamu adalah kandidat raja iblis yang sebenarnya, suatu hari nanti, pedang itu akan menjadi pedang raja iblis dengan kekuatan yang tak terbendung, bahkan sekarang saja, kamu bisa membuat orang-orang menjadi gila hanya jika mereka memandangnya, pada akhirnya jika mereka melihat keseluruhan pedang itu, mereka bukan hanya gila selamanya, tetapi menjadi mahluk tanpa jiwa, jiwa mereka akan hancur bersama aura pedang itu."

Dengan begitu tanpa kata yang di akhir, rasa sakit kepalanya dan suara yang tidak dikenalinya menghilang, bagaikan suara beberapa orang di dalam ruangan bergema yang berbicara bersamaan.

Ekspresi bu Kana mulai jelek memandangnya...

"Aiden, kamu melakukan metode sihir yang salah! apa yang membuatmu melakukan teknik yang salah seperti itu?"

"Maaf, aku hanya melakukan yang kulakukan."

"Tidak mungkin!! Seseorang pasti mengajarkanmu sihir gelap seperti itu!"

Dia hanya terdiam, dan semua pandangan mengerikan mengarah padanya. Mulai saat itu, dia tidak akan lagi mengeluarkan pedang itu.

Di cap sebagai murid yang payah dan bahkan melakukan sihir dengan salah, semua orang menganggapnya begitu. Walau sebenarnya, dia melakukan sesuatu yang berbeda dengan tujuan yang sama, namun lebih kuat, lebih mengerikan.