webnovel

Syok

Andy duduk di kursinya enggan beranjak keluar dari mobil. Hal itu membuat Danial yang sudah membuka pintu mobil di sebelah Andy memandangnya. Sedikit jengkel dengan sikap Andy sekarang. Dia sibuk, harus segera menyelesaikan pekerjaannya di rumah, tidak bisa berlama-lama mengurusi Andy.

Mungkin dulu dia bisa bersantai dengan sang adik, tapi sekarang berbeda. Dia memiliki keluarga yang terbentuk secara paksa. Membuatnya menjadi seorang kepala keluarga dengan mendadak, sedangkan dirinya belum mengelola keuangan. Ya meskipun dia bisa saja meminta uang dari kedua orang tuanya, tapi rasanya itu memalukan. Ada nyawa lain yang berlindung di bawahnya sekarang. Dia harus bisa memanage waktu untuk uang.

"Ayo keluar," ujar Danial melembut. Dia tahu adiknya sensitif, sehingga semaksimal mungkin tidak membentaknya meskipun ingin. Andy diam memandang lurus ke depan, tidak berani memandang kakaknya. Dia takut turun dari mobil dan masuk ke dalam rumah. Dave bisa saja memukulinya begitu kakinya turun mobil.

"Aku akan berbicara dengan Dave, tenanglah," rayunya dan berhasil membuat remaja 16 tahun itu menoleh memandang kepadanya. Andy menunduk tidak tahu harus berlari kepada siapa lagi kalau Danial malah memintanya pulang.

"Aku sungguh tidak sengaja," lirihnya.

"Aku tahu, oleh sebab itu ayo keluar," pungkas Danial dan menyentuh bahu adiknya. Adik satu-satunya yang ia miliki. Seorang remaja yang selalu meminta belas kasihan darinya setiap saat. Seolah di dunia ini sudah tidak ada orang lain untuk ia gunakan sebagai tempat mengadu.

Setelah meyakinkan dirinya, Andy akhirnya mau beranjak keluar dari mobil. Shila yang sedari tadi berdiri di belakang Danial melangkah mengekor keduanya. Dia jadi mengerti kalau Andy tengah bertengkar dengan Dave, bukan dengan Danial. Wajah kaku Danial selalu membuat orang lain salah paham tentangnya.

Pintu keluarga Vorrelix terbuka dan beberapa maid yang kebetulan ada di ruang depan segera menyapa kehadiran tiga orang tersebut. Membungkuk dengan penuh rasa takzim. Danial melangkah masuk dan melihat Dave baru saja keluar dari kamar. Pandangan keduanya bertemu.

Dave segera melangkah menuruni tangga. Melangkah cepat mendekat kepada Andy. Tangannya mengepal dan terangkat saat jaraknya semakin dekat dengan bocah ingusan itu. Namun, belum sempat melempar bogem Danial lebih dulu menarik Andy menjauh dari jangkauannya. Membuat Dave manatapnya tidak suka.

"Apa yang membuatmu hendak memukulnya?" tanya Danial dan menarik Andy ke belakang tubuhnya. Remaja itu berdiri terisak di belakang sang kakak. Menangis layaknya bocah yang ketakutan dengan amarah orang asing. Berlindung kepada orang terkasih yang merupakan kakaknya layaknya berlindung di belakang sang orang tua.

"Asal kamu tahu! Bocah itu merusak komputer yang berisi pekerjaanku! Dia harus bertanggung jawab atas itu!" sungut Dave dengan napas tersenggal. Rasa kesalnya memuncak saat ini melihat sang pelaku malah dilindungi.

"Kamu seharusnya memiliki cadangan! Lagipula kenapa tidak kamu kunci ruanganmu itu?"

Danial sudah sering mendapat kejahilan Andy. Remaja itu memang tukang rusuh yang menyebalkan. Tapi, dipikir berkali-kali pun itu bukan salah Andy. Karena remaja itu hanya diberikan sepetak kamar dan selalu saja dilarang masuk ke ruangan apapun kecuali dapur. Padahal dia bagian dari keluarga tapi diperlakukan tidak adil seperti itu.

Andy mengalami masa pubertas. Tidak ada yang memberitahunya tentang etika di rumah ini. Semua abai seolah remaja itu hanya butuh makan dan sekolah. Membuat Andy bertindak dengan otaknya sendiri. Dimarahi berkali-kalipun tidak akan kapok karena tidak ada perhatian yang didapatkan olehnya. Tujuannya melakukan semua ini hanya untuk sebuah perhatian atas rasa bosan dan kesendiriannya. Tapi, semua abai.

"Dia jelas bersalah! Itu ruanganku! Kenapa dia berani masuk ke sana!" seru Dave tidak menerima tuduhan adiknya yang malah menyalahkannya. Padahal Andy yang bersalah telah masuk ke ruangannya tanpa permisi lantas mengobrak-abrik ruang kerjanya dan menyebabkan satu komputer miliknya rusak total.

"Memangnya dia tahu itu ruanganmu? Sepanjang hidup dia hanya melangkahkan kaki ke kamar dan ke dapur. Kemudian saat ini dia mengalami masa pubertas. Wajar saja melakukan sebuah kesalahan, kita sebagai saudaranya cukup memberitahu kesalahannya. Tidak perlu sampai melakukan tindak kekerasan," ujar Danial masih membela adiknya.

"Masuk ke mobil, hari ini kamu tidur di rumahku!" titah Danial. Dia berbalik dan menepuk kepala adiknya sekali. Andy berbalik dan melangkah keluar rumah dengan kepala tertunduk. Tidak berani melihat kakak sulungnya yang masih memancarkan aura kemarahan.

Shila terpaku di tempatnya, dia tidak tahu harus apa. Mendengar perdebatan suaminya dan kakak iparnya membuatnya syok dan tidak berani bergerak sedikitpun. Napasnya bahkan tertahan dan membuatnya sesak. Danial menatap Shila membuat sang gadis tersentak. Hanya dengan lirikan mata, Shila paham bahwa Danial memintanya ikut masuk ke dalam mobil.

Shila segera beranjak keluar dari rumah tersebut dan masuk ke dalam mobilnya dengan jantung berdegup kencang. Memandang Andy yang tertunduk di kursi depan tak bersuara. Suasana canggung membuat Shila terdiam tidak tahu harus apa. Mungkin lebih baik menunggu Danial masuk ke dalam mobil. Tapi, sepertinya laki-laki itu masih lama di dalam sana.

Shila bingung harus apa, "kamu, baik-baik saja?" tanya Shila akhirnya mencoba membuat suasana canggung sirna.

"Iya," jawab Andy dengan suara yang lirih. Shila menggigit bibir bawahnya merasa sangat tidak nyaman harus berada di situasi canggung seperti ini.

Kenapa keluarga Vorrelix semuanya sangat kaku dan mengerikan? Terlalu dingin untuk disentuh. Dia pikir si bungsu cukup lembut, ternyata sama-sama kaku. Ya katakanlah ini bukan saat yang tepat untuk bertegur sapa dan berbincang, tapi ingatlah dia juga manusia di sini. Dia seorang makhluk sosial, perlu bersosialisasi untuk akrab satu sama lain. Tidak bisa dia duduk diam mengabaikan orang lain. Apalagi itu adalah seorang remaja yang dilanda kesedihan. Dia hanya ingin sedikit menenangkan dan mengalihkan rasa sedih itu.

"Danial akan mengurusnya, tidak perlu khawatir," ujar Shila mencoba kembali meluluhkan rasa sedih Andy. Dia mendekatkan diri kepada Andy dan mengelus-elus lengan remaja tersebut. Berusaha memberikan sebuah rasa tenang.

"Aku tahu," gumam Andy dan membuat Shila mematung dan mengerjapkan matanya. Ouh! Keluarga Vorrelix sialan!

Shila menarik tangannya dan mengumpat dalam hati, bibirnya bahkan mengomel tanpa suara. Memandang keluar mobil dan terkejut saat mendadak pintu mobil dibuka. Oh rupanya Danial sudah masuk ke dalam mobil. Dia pasti tidak sadar tadi saking kesalnya dengan sikap Andy.

Mobil mereka bergerak dan berjalan meninggalkan rumah megah Vorrelix. Shila enggan membuka mulutnya. Melihat air muka Danial yang mengeras tak bersahabat. Atau Andy yang menjawabnya dengan skakmat. Mereka sungguh saudara kandung.

Shila menatap luar jendela. Melihat jalanan yang ramai oleh lalu lalang mobil. Pikirannya kembali melayang pada kejadian beberapa saat lalu. Dia tidak menyangka akan melihat pertengkaran saudara di rumah itu. Keluarganya tidak pernah bertengkar. Karena dia anak tunggal. Tidak ada saudara yang bisa Shila jahili atau yang akan menjahili Shila. Semua berjalan lurus dan tidak membebani Shila.

Memlihat pertengkaran saudara seperti tadi cukup mengejutkan tapi membuat hatinya iri. Dia ingin memiliki saudara seperti Andy menjahilinya atau Danial yang akan melindunginya dari omelan kedua orang tuanya. Davi? Oh laki-laki itu ternyata lebih mengerikan dibanding Danial. Beruntung dia tidak menikahi laki-laki itu. Wajahnya yang penuh amarah atau bahkan kepalan tangannya yang kuat membuatnya bergidik. Membayangkan betapa kuat laki-laki itu akan menonjok wajah Andy. Mungkin Andy akan tersungkur dan mengeluarkan banyak darah. Itu sangat mengerikan.