Tidak perduli seberapa banyak air mata yang keluar membasahi pipinya. Kedua mata Alina seperti kolam renang yang siap untuk dinikmati kedinginan airnya. Hidungnya memerah dan matanya membengkak. Entah apa yang di pikiran Alina malam ini. Luka semakin mendalam seperti sayatan pedang yang menusuk berulangkali. Rasa sedih membuat hatinya pilu.
Seperti ada beban berat yang Alina pikul di pundaknya. Rapuh dan tidak bisa berdiri. Lemah dan tidak berdaya. Itulah yang Alina rasakan saat ini. Air mata dan hanya air mata yang menjadi saksi betapa beratnya beban hidupnya.
Melihat langit-langit rumah dengan lampu hias yang sangat cantik. Tempat tidur yang mewah seperti kamar tidur princess. Tapi itu semua tidak bisa membeli hati Alina. Tidak bisa membuat hati Alina kembali seperti biasanya.
Setiap kali melihat wajah Rei, hanya kebencian yang muncul. Ingin sekali Alina memuntahkan semuanya begitu saja kalau bisa. Tapi sayangnya itu hanya angan-angan saja.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com