webnovel

OUR JOURNEY

Judul sebelumnya: Rumitnya Persahabatan [REVISI] Entah berapa lama lagi kita dapat bersama. Intinya, waktu yang aku habiskan bersama kalian sangat berharga bagiku. Selalu ada canda dan tawa serta duka di setiap perjalanan kita

Enjizoo44 · วัยรุ่น
เรตติ้งไม่พอ
134 Chs

Bab 122

"Setelah lahir baby nya mau dikasih nama siapa?" tanya Bastian yang tidur di atas paha Gisel sambil mengecup perut polos Gisel.

"Kita masih belum tahu kelamin apa baby nya, jadinya belum bisa ngasih nama."

"Aku pingin anak cowok," ucap Bastian sambil setia mengelus perut Gisel yang masih rata.

"Aku mau cewek supaya bisa diajak ke salon."

"Cowok, biar dia bisa melindungi adiknya nanti."

"Cewek Sayang, nanti kalau cowok adiknya dibuli terus."

"Udah sama aja mau cowok atau cewek sama-sama bayi kalian."

"William?" Gisel menjatuhkan tubuh Bastian dan menghampiri William dan memeluk sahabatnya itu.

"Naya mana? Gak ikut ya dia?" Gisel bertanya sambil mendongakkan kepalanya menghadap William yang lebih tinggi darinya.

"Gue di sini kok, mau jenguk ponakan Gue," kata Nayara yang berdiri di belakang William.

"Gisel kamu itu udah jadi istri aku, gak boleh sentuh-sentuh orang lain. William Lo juga, Lo udah punya Nayara nanti Gue rebut Nayara Lo nangis lagi mohon-mohon," Bastian menarik Gisel dari pelukan William.

"Kan kangen udah lama gak ketemu. Kamu udah sembuh?" Tanya Gisel.

"Udah, dari mana kamu tahu kalau aku sakit?"

"Waktu ini Gisel main ke rumah pas kamu sakit," jawab Nayara.

"Duduk dulu, biar Gue suruh pembantu Gue buatin kopi," kata Bastian.

"Udah berapa bulan bayinya?" tanya William sambil menatap perut Gisel. Cepat-cepat Bastian menutup perut polos Gisel dengan jaketnya.

"Baru tiga minggu," jawab Gisel.

"Jaga yang baik ya kandungannya, kalau ada apa-apa dan Bastian lagi sibuk, kasih tahu aku atau Nayara ya." William membelai rambut Gisel.

"Nay, tunangan Lo nyebelin banget," rengek Bastian kepada Nayara.

"Kenapa memangnya?" Tanya Nayara yang sedang meminum teh dari cangkirnya.

"Dia modus mulu ke istri Gue. Kasih tahu gih," kata Bastian sambil menunjuk William dan Gisel.

"Will, suami Gisel ngambek loh kamu mesra-mesraan sama istrinya," kata Nayara. Bastian ikut menganggukkan kepalanya.

"Bastian atau kamu yang ngambek?" tanya William lalu pindah ke samping Nayara.

"Gue yang gak suka! Makanya Lo buruan hamilin Nayara biar nggak modus ke anak orang!" Teriak Bastian.

"Iya nanti, pasti Gue tanam benih Gue di sini." William menunjuk perut Nayara. Nayara tersenyum dan menggenggam tangan William.

"Nay, double date yok? Udah lama nggak keluar bareng," kata Gisel.

"Lo nggak capek emang? Gue sih oke oke aja," kata Nayara.

"Gue juga libur hari ini, William?"

"Gue nggak bisa hari ini, papa minta Gue meeting sama klien papa," jawab William. Sebenarnya, William sangat ingin ikut dengan mereka.

"Nay, Lo bisa minta ke om Thomas supaya William diliburin," kata Gisel sambil menggoyangkan tubuh Nayara.

"Nggak bisa, minggu lalu William udah libur karena sakit. Dan dia juga udah janji buat kerja full minggu ini. Lain kali aja ya..."

"Lo gak suka ya ngelihat Gue deket sama William?" tanya Gisel secara tiba-tiba.

Nayara mengerutkan keningnya. "Nggak gitu Gisel, ini memang kewajiban William buat nepatin janjinya."

"Kalau Lo cemburu bilang aja Nay, Gue bakal ngejauh dari William." Gisel pergi dari sana dan masuk ke kamarnya.

"Gisel, tunggu. Bukan gitu maksud Gue Gisel... Gisel."

"Nay, maafin Gisel ya kayaknya ini efek hamil deh. Gue samperin Gisel dulu," kata Bastian lalu menyusul Gisel.

Nayara masih menatap heran ke arah kamar Gisel dan Bastian.

"Udah, jangan dipikirin omongan Gisel. Pulang ya?" William menuntun Nayara untuk keluar dari rumah Bastian.

"Sayang, kok kaya gitu sih sama Nayara?" Bastian masuk ke kamarnya dan duduk di pinggir kasur. Gisel memilih untuk merebahkan dirinya.

"Habisnya dia selalu ngelihatin aku kaya gitu, padahal kan lebih dulu aku yang kenal sama William. Harusnya dia ngerti kalau William itu sahabat aku!"

"Tapi Nayara kan tunangan William, aku juga kalau di posisi Nayara pasti bakal kesel. Tapi dari segi mana Nayara ngelihatin kamu? Aku rasa dia bangga deh ke kamu," Bastian mengelus rambut Gisel.

Nayara hanya diam selama di mobil. Tak ada hal selain perkataan Gisel di pikirannya.

"Apa maksud Gisel bilang gitu?" Batin Nayara.

"Sayang, mau makan?" Tanya William sambil melihat ke arah Nayara. Nayara tak menjawab.

"Sayang..."

"Eh, hmm?" Nayara mengerjapkan matanya dan melirik sekilas ke arah William.

"Udah jangan pikirin omongan Gisel, efek hamil kali. Besok kita coba ajak ngomong dia lagi." William mengelus kepala Nayara.

"Salah ya Will kalau aku ngelarang tadi?" Tanya Nayara dengan tatapan yang sayu.

"Nggak, kamu udah bagus bisa ngelarang. Ya walau pun sebenernya aku pingin banget ikut."

"Aku cuma nggak mau kamu ditampar lagi sama om Thomas, dan kita udah janji buat libur kerja sebulan dua kali."

"Iya Sayang, iya. Gapapa gak usah dipikirin tentang itu. Mending pikirin tentang pernikahan kita, mau pake adat apa nanti?"

"Kata tante Adele kita gak boleh nikah sebelum kamu punya asuransi, perusahaan atas nama kamu sendiri, mansion udah lunas, bisa bikin aku ketawa setiap hari dan nggak bikin aku nangis, terus kamu nggak banyak ngeluh."

"Banyak ya syarat nikahin kamu."

"Syarat dari orang tua kamu banyak banget, mereka nggak mau kamu nanti nyakitin aku. Aku nggak masalah sama kamu yang sekarang." Nayara mengelus pipi William yang sedang memyetir.

"Kalau diawal kita ketemu, aku miskin kamu mau sama aku?" Tanya William penuh harapan.

"Nggak, mending lanjut sama Jesse," jawab Nayara.

"Nayara!"

"Ehe, bercanda. Ya gak tahu lah," kata Nayara sambil terkekeh.

"Tapi aku juga harus sadar sih, kalau Jesse emang lebih baik dari aku. Kalau aku miskin ya, kalau sekarang jelas aku yang lebih baik dari pada dia!"

"Iya kamu memang yang terbaik."

"Sayang, panggil aku pake sebutan Sayang juga ya? Biar kaya pasangan lain," mohon William.

"Nggak! William aja udah bagus kok."

"Babe? Gimana kalau Babe aja? Nggak norak juga."

"Bukan masalah norak atau apa Will, tapi kenyamanan. Aku nggak nyaman manggil kamu pake embel-embel kaya gitu." Nayara melipat kedua tangannya dan memejamkan matanya.

Drrtt....Drrtt...Drrtt...

"Halo Pa?"

"William lagi sama Nayara habis dari rumah Gisel."

"Iya iya William sama Nayara kesana sekarang." William menutup telponnya.

"Om Thomas?"

"Iya, kita harus pergi ke suatu tempat."

William mengarahkan mobilnya ke tempat yang sudah diinfokan oleh Thomas.

"Ngapain kesini?" Tanya Nayara saat baru saja turun dari mobil.

"Papa ngajak makan malam. Ayo," William merengkuh pinggang kecil Nayara dan berjalan bersama.

"Will, tapi aku pake baju kaya gini gapapa?" Nayara hanya memakai crop top dan celana pendek serta sepatu kets.

"Siapa yang peduli? Lihat aku? Aku juga sama kaya kamu, cuma bedanya baju aku normal bukan baju yang kekurangan kain." Nayara menatap kesal ke arah William yang menyengir.

William dan Nayara akhirnya sudah bertemu dengan Thomas, Adele, Justin, dan juga ada seorang wanita di ruangan VIP.

"See? Kalau keluarga aku dinner, emang bajunya santai. Gak perlu pake gaun atau jas."

"Nayara, sini duduk di sebelah tante." Adele menyuruh Nayara duduk di sebelahnya.

"Nggak boleh Ma, Nayara harus duduk di sebelah William," ucap William lalu menarik kursi untuk Nayara.

"Padahal Mama baru bisa bahagia setelah sekian lama, malah kamu hancurin!" Kata Adele.

"Bahagia karena apa?" Tanya Thomas.

"Aku akhirnya punya anak perempuan, bosen tahu sama cowok mulu."

"Siapa ini Jus?" Bisik Nayara ke arah Justin.

"Calon adik ipar Lo," jawab Justin yang juga berbisik.

Pletak!

"Lo juga jangan ngegodain tunangan Gue! Susah emang punya tunangan yang cantiknya bak bidadari kahyangan," kata William.

"Dih, siapa juga yang ngegodain kak Nay? Nih! Kenalin pacar Gue!" Kata Justin sambil merangkul gadis yang merupakan kekasihnya itu.

"Halo, kak," sapa kekasih Justin malu-malu.

"Kenalin, Gue William kakak tiri Justin," kata William.

"Ini Nayara, tunangan William," kata Adele memperkenalkan Nayara.

"Halo, nama aku Kania."

"Jadi inget Kanaya," gumam William.

"Mau pesen apa?" Tanya Thomas. Setiap di depan William Thomas selalu membawa wataknya yang tegas.

"Kak, tadi papa bercanda loh sebelum William dateng," bisik Justin.

"Terus kalau sekarang?" Tanya Nayara.

"Lihat noh, kaku banget. Kenapa ya Papa kaya gitu?"

"Nggak tahu, kok tanya Gue?"

Justin menghela napas pasrah.

"William yang bayar ya," kata Thomas dan diiringi kekehan kecil dari semuanya.

"Lah, Gue kira papa gengsi di depan William."

"Pasti Pa, William traktir kalian semua."

"Gimana rencana pernikahannya Nayara? Sudah siap membina rumah tangga dengan William?" Tanya Thomas sambil memakan makanannya.

"Eh?"

"Pa, jangan ditanya gitu. Kalau Naya memang belum siap ya gak akan mau nerima lamaran William waktu itu," kata Adele.

"Sabar Pa, syarat yang papa sama mama kasih belum terpenuhi semua." William menghela napas panjang.

"Maaf ya Nayara, kamu lama nunggu William. Kita semua sudah sepakat kalau William belum layak, kalian nggak akan nikah," kata Thomas.

"Nggak kok Om, justru Nayara harus berterimakasih karena Om dan Tante sudah memikirkan tentang masa depan saya," Kata Nayara sambil mengelus tangan William yang ada di pahanya.

"Tunangan William cantik ya Ma?" Kata William tiba-tiba.

"Apa maksud kamu nanya gitu? Gak ditanya pun Mama udah mengakui kalau Nayara itu cantik."

"Ngomong-ngomong kalian belum olahraga di kasur kan?"

"Uhuk...Uhuk...Uhuk..."

William tersedak akibat pertanyaan Thomas. Nayara buru-buru memberi William air dan menepuk pelan punggung William.

"Kenapa Will? Kok kaget denger pertanyaan Papa? Papa kan cuma nanya tinggal bilang udah atau belum. Lemah kamu," ucap Thomas sambil meminum wine nya.

"Papa nanya tiba-tiba banget, belum bahas tentang itu."

"Gapapa loh kalau kalian mau gitu..."

"Nggak Ma, dapet wejangan dari kak Nathan gak boleh gitu sebelum sah," kata Justin sambil melihat William dengan tatapan mengejek.

"Paan sih Lu! Sok tahu banget!" William menoyor kepala Justin.

"Gue yang dikasih wejangan buat jagain Kak Nay, kalau Lo macem-macem Lo harus hadapin Gue!"

Dari segi postur tubuh dan kekuatan Justin lebih unggul dari pada William. Justin bisa berlari sejauh 10 km tanpa berhenti.

"Kapan-kapan kalian bisa kali double date sekali-sekali," kata Thomas.

"Kania kelihatannya kalem yah," ucap Adele dan membuat Justin melihat Kania dan Mamanya bergantian.

"Dia? Kalem? Uwahh mama belum aja pernah lihat dia menggila. Kalau di lapangan dia nggak ada kalem-kalemnya Ma," ucap Justin.

"Diem," bisik Kania sambil menendang kaki Justin.

"Justru itu bagus, nggak menye-menye. Dari kapan kalian pacaran?"

"Dari setahun yang lalu Ma, cuma dulu masih ragu buat saling ketemu orang tua."

"Iya pelan-pelan aja, kalau kalian ada rencana nikah kabarin aja ya."

"Iya Tante."

Keluarga itu sudah selesai makan malam.

"Kamu mau ke mansion lagi, Nay?" Tanya Adele.

"Nggak Ma, Nayara sama aku bakal tidur di rumah Nayara. Besok ada meeting, tempatnya jauh dari Mansion," kata William.

"Nginep di rumah kita aja gimana?"

"Nggak bisa Ma Naya..."

"Boleh," kata Nayara.

"Yakin?" Tanya William. Nayara mengangguk mantap.

"Yes! Satu mobil yah kita, biar mobil William dianter sama supir aja. Kania, kamu pulang sama Justin atau mau ikut nginep juga?"

"Saya pulang sendiri aja Tante, tadi bawa mobil sendiri."

"Loh? Udah malem ini, biar Justin yang nganter yah. Nanti Justin di jemput supir."

"I-iya tante."

"Yaudah ayo pulang, udah malem banget. Papa capek," kata Thomas lalu naik ke kursi penumpang.

"Siapa yang nyetir Pa?" Tanya William.

"Menurut kamu?" William segera naik ke kursi kemudi.

"Hati-hati ya kalian," Adele melambaikan tangannya.

"Iya ma."

"Kamu deket ya sama pacar kakak tiri kamu?" Tanya Kania polos.

"Kakak tiri? Bwahahahhaa...." Justin tertawa sambil memukul setir mobilnya.

"Kenapa ketawa? Ada sesuatu ya di wajah aku?" Tanya Kania sembari mengecek wajahnya di kaca.

"Nggak, William itu kakak kandung aku. Dia cuma bercanda tadi."

"Owalah aku kira dia beneran kakak tiri kamu."

"Dia emang kadang bercandanya kelewat batas."

"Terus tunangan kakak kamu?"

"Lebih dulu aku yang deket sama kak Nay. William dulu gak pernah berhasil ngedeketin kak Nay."

"Kamu deket sama dia karena suka?"

"Nggak, aku cuma pingin punya kakak cewek sama temen deket doang. Jadinya kak Nay nggak keberatan kalau aku ngedeketin dia."

Justin sudah sampai dirumah Kania. Kania merupakan atlet basket wanita, sama seperti Justin.

"Aku pulang dulu ya, titip salam sama Om dan Tante."

Kania mencium pipi kanan dan kiri Justin.

"Kamu masuk duluan, biar aku parkirin mobil kamu."