Kacau sekali situasi waktu itu. Seperti di film drama, aku pun menangis sambil berlari di lorong-lorong. Tahunya yang kupeluk erat bukan jasad Mike Anderson. Ah, tolol sekali kalau diingat. Suamiku malah duduk di kamar sebelah. Cuma terpisah tirai, dan lukanya sedang diperban dokter.
"Hai, Baby ...." sapa Mike sambil tersenyum. Ya ampun, sungguh merasa tidak berdosa.
Aku pun tak bisa berkata-kata. Langsung kupeluk dia, walau Mike mengeluh sangat kesakitan.
"Arrrghh! Bodoh! Bodoh! Bodoh!" makiku jengkel. Namun beda di mata orang, dengan saat kami berdua. Aku pun mencium tangan Mike di sebelah ranjangnya, kupuja dia, dan kukatakan pernyataan yang selama ini dia tunggu. "Aku mencintaimu, Mike. Tolong tetap hidup untuk mendengarnya berkali-kali."
Mike pun memanfaatkan kesempatan itu untuk meminta panggilan "Sayang", dan firasatku mengatakan aku akan menyesal jika menolak permintaannya.
"Setidaknya saat kita bercinta, Baby. Aku tidak memintamu lebih."
สนับสนุนนักเขียนและนักแปลคนโปรดของคุณใน webnovel.com