Beberapa lama berlalu sejak Marigold menghubungi nomor misterius itu.
Saat ini, tiba-tiba muncul robekan ungu-kehitaman di ruang.
"""""Hm!?"""""
Mereka yang berada di ruangan, terkecuali Hancock yang masih pingsan, cukup terkejut dan gugup dengan munculnya fenomena itu.
Tak lama kemudian, robekan ruang itu melebar dan muncul seseorang dari sana! Dan melihat sosok itu, mereka terkejut!
"""Laki-laki!?"""
Belladonna, Enishida, dan Nenek Nyon terkejut sosok yang muncul adalah laki-laki.
""Siapa kau!?""
Sandersonia dan Marigold waspada dan curiga.
"Ah! Kau kan!? Hm? Siapa ya?"
Luffy juga tampak terkejut tapi dia mengenali laki-laki itu. Sayangnya dia tidak ingat siapa namanya.
Laki-laki itu pun lalu mengatakan dirinya siapa.
".... Aku Rex Lepus. Orang yang kalian hubungi tadi."
"Ah, benar! Enam (Roku)!"
Luffy berseru akhirnya mengingat nama Lepus. Tapi sayangnya, masih juga salah.
Lepus tak mempedulikan Luffy dan langsung bicara ke intinya.
"Aku tak mau banyak basa-basi.... Langsung saja, apa masalahnya?"
Mendengar pertanyaan Lepus, mereka kecuali Luffy lalu menjelaskan situasi dan apa yang terjadi pada Hancock.
Setelah mendengarkan penjelasan mereka, Lepus mengangguk.
"Aku mengerti...."
Kemudian Lepus berkata serius pada mereka.
".... Bisakah kalian keluar? Dan jangan masuk ke kamar ini ataupun mengganggu hingga besok pagi."
Mendengar pernyataan Lepus, mereka sedikit mengernyit.
"Apa!? Tapi aku butuh bantuan wanita ular itu saat ini!"
Dan Luffy tidak terima karena situasinya genting dan butuh bantuan Hancock.
".... Kau ingin ke Impel Down, kan!? Akan kuantar kau nanti! Sekarang kau diamlah dan keluar sana!"
Lepus sedikit membentak Luffy karena sebal.
Nenek Nyon yang tahu sendiri Hancock sebenarnya sakit apa, lalu menyadari sesuatu dan apa hubungan Lepus dengan Hancock. Dia pun lalu mengangguk dan memutuskan.
"Aku mengerti.... Kami akan keluar."
"""""Tapi...."""""
Mereka yang lainnya masih mengernyit dan agak keberatan.
"Sudah kita keluar saja.... Kita akan mengganggu kalau tetap di sini.... Kita percayakan sisanya pada laki-laki ini."
Setelah mengatakan itu, Nenek Nyon lalu berbalik dan pergi menuju pintu keluar meninggalkan istana.
Melihat Nenek Nyon pergi, yang lainnya pun akhirnya mengikuti.
~~~
Setelah yang lainnya pergi, Lepus lalu mengunci pintu dan jendela. Kemudian dia menggunakan kekuatan Batasan-nya untuk menyegel kamar ini. Dia membuat kamar ini menjadi tak bisa dimasuki dari luar dan kedap suara.
Setelah selesai, Lepus lalu naik ke ranjang dan duduk di sebelah Hancock yang masih terbaring tak sadarkan diri. Lepus lalu mengulurkan tangannya dan dengan hati-hati mengangkat kepala Hancock dan menyandarkannya di pangkuannya. Kemudian dia mengelus-elus lembut kepala Hancock.
"Hancock, bangun...."
Lepus berbisik halus pada Hancock.
Tak lama kemudian, mata Hancock tampak gemetar dan perlahan terbuka. Dan hal yang pertama Hancock lihat adalah wajah Lepus yang tersenyum lembut padanya. Hancock awalnya mengira ini hanya mimpi. Tapi, dia jelas merasakan kepalanya dibelai lembut oleh Lepus dan dia juga bersandar padanya.
Meskipun sudah siuman, Hancock tetap berbaring bersandar di pangkuan Lepus dan membiarkan rambutnya dibelai lembut. Hancock merasa hangat dan nyaman dengan perhatian Lepus padanya. Hancock lalu berkata dengan lirih dan masih agak lemah sambil menatap Lepus.
"Kau... datang...."
Lepus tersenyum pada Hancock dan berkata balik.
"Ya.... Aku di sini. Kau tidak apa-apa?"
Mendengar pertanyaan Lepus, Hancock sedikit menggelengkan kepala dan wajahnya tampak pahit.
"Aku... akan mati.... Aku sakit...."
Di dalam hati, Lepus tersenyum masam mendengar pernyataan Hancock. Karena dia tahu Hancock tidak benar-benar sakit dan tidak akan mati.
"Kenapa kau berkata begitu?"
".... Sebelumnya, dadaku terasa sesak dan sakit. Tubuhku terasa panas.... Aku takut...."
"Itu sebelumnya. Bagaimana dengan sekarang?"
"Sekarang.... Entah kenapa, aku merasa hangat dan nyaman.... Aku merasa tenang...."
"Begitu ya.... Kau tahu apa artinya itu?"
Lepus bertanya sambil tetap tersenyum dan membelai rambut Hancock dengan halus.
"Apa...?"
".... Kau jatuh cinta."
"Cin... ta...?"
Hancock sedikit terkejut dengan ini.
Lepus lalu menjelaskan.
"Benar.... Orang yang jatuh cinta, akan merasa sakit dan gelisah jika tak bersama orang yang dicintainya. Sebaliknya, orang yang jatuh cinta, akan merasa nyaman dan tenang jika bersama orang yang dicintainya.... Itulah tandanya cinta."
"Begitu ya.... Jadi itu... yang namanya cinta...."
Hancock sedikit lega menyadari bahwa dia ternyata tidak benar-benar sakit dan tidak akan mati.
Hancock lalu menatap Lepus dan dengan agak gugup dan ragu-ragu bertanya padanya.
"Apa kau... mencintaiku?"
Mendengar pertanyaan Hancock, Lepus tersenyum dan menjawab.
"Aku? Siapa laki-laki 'normal' yang tidak mau dicintai seorang dewi sepertimu? Aku juga sama.... Aku mencintaimu, Hancock. Jika tidak, aku tak mungkin akan perhatian padamu dan menemanimu di sini."
"Begitu ya.... Syukurlah...."
Hancock tersenyum lega dan puas dengan jawaban Lepus akan cintanya.
Lepus lalu menatap Hancock dengan serius dan bertanya padanya.
"Hancock.... Maukah kau menjadi istriku?"
"Istri...?"
Hancock sedikit bingung.
Lepus pun tersenyum dan menjelaskan.
"Ya. Kita akan menjadi suami-istri yang saling mencintai dan peduli pada satu sama lain. Kita akan menjalani hidup yang saling terhubung dalam suka ataupun duka.... Saat kau sedih, aku juga akan sedih. Saat kau senang, aku juga akan senang. Dan sebaliknya juga sama.... Dan suatu hari, kita akan mendapatkan buah hati dari cinta kita dan kita akan membesarkannya dengan penuh perhatian dan kasih sayang."
Mendengar pernyataan dari Lepus, Hancock lalu membayangkannya dan dia tersenyum.
"Itu... sangat indah...."
Lepus tersenyum dan mengangguk.
"Benar.... Aku akui kau mungkin bukan yang pertama dan satu-satunya yang menjadi istriku. Tapi, aku akan perhatian dan tulus mencintaimu sama seperti istriku yang lainnya.... Hancock, maukah kau menjadi istriku?"
Mendengar 'lamaran' Lepus sekali lagi, Hancock kali ini tanpa banyak ragu-ragu mengangguk kecil menerima.
"Nn."
Melihat Hancock mengangguk menerima, Lepus lalu membungkuk mencium bibir Hancock dengan lembut.
Selesai mencium, Lepus tersenyum dan menyatakan pada Hancock.
"Mulai sekarang, kau adalah istriku."
Hancock lalu dengan sedikit tersipu dan tersenyum menjawab Lepus.
"Baik... Suamiku...."
Setelah itu, Lepus dan Hancock melangsungkan malam pertama mereka.