Livia menangis keras saat dokter mengatakan bahwa janinnya baik-baik saja. Penelope yang ada di sampingnya pun ikut mendesah lega,diam-diam.
"Benarkah?" tanya Livia sekali lagi sementara dokter itu tersenyum, "Benar janinku baik-baik saja?"
"Tentu. Dia sangat kuat, sama seperti ibunya," jawabnya saat meyakinkan Livia sebelum menaruh stetoskop di kantung jasnya.
Tatapan mata pria tersebut berubah tajam dan memicing tegas, "Tapi aku menyarankan agar kau dirawat disini agar kami bisa memantau perkembanganmu lebih lanjut, mengingat kau baru saja megalami pendarahan."
Setelahnya, dokter itu mengangguk kepada Pene yang sedang duduk di sofa dan meninggalkan mereka berdua. Kesunyian kembali terasa disana. Bagaimana tidak? Seorang istri dan mantan kekasih dari 1 pria yang sama, berada di 1 ruangan yang sama.
สนับสนุนนักเขียนและนักแปลคนโปรดของคุณใน webnovel.com