Snapp tidur di rumah ayahnya malam itu, dan bibi Ana lah yang paling merasa senang, dia mengira, hati anak tirinya itu sudah mulai melunak, dan pagi ini mereka sarapan bersama di meja makan.
Suasana lumayan hangat tidak seperti sebelum-belumnya.
"Bagaimana pekerjaanmu Snapp?" Tuan Gamer juga sudah mulai melunak, dia bicara dengan putra keduanya dengan intonasi rendah.
"Lumayan, masih bisa di atasi," sahut Snapp santai, sembari memasukkan sepotong roti di mulutnya.
"Lalu bagaimana dengan mu Nero?" Pria paruh baya itu beralih pada putra sulungnya.
"Sama, masih aman terkendali." Kemudian pria itu mengedipkan sebelah matanya ke arah Snapp, dan mereka semua jadi tertawa.
"Bagus kau mengambil cuti, kau kan akan menjadi donor untuk Giska, biar masalah perusahaan, Snapp yang mengatur, tidak apa-apa kan nak?" Pria awal kepala lima itu bertanya lagi.
Snapp hanya mengangguk sebagai jawaban.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com