Jung Kook selalu menang ketika bertanding akhir-akhir ini. Membuat uang mereka bertambah dari biasanya.
Jung Kook mulai mencari rumah untuk mereka tinggal. Ia memilih tidak jauh dari tempat trainingnya.
Jung Kook memilih apartemen sederhana. Mereka mulai pindah.
Orang tua mereka awalnya tidak setuju karena mereka selalu ingin bersama-sama Kiki. Ditambah lagi Kiki sudah mulai bisa merangkak.
"Kami akan sering berkunjung, ayah" janji Jung Kook.
Bukannya Jung Kook tidak betah tapi ia ingin mandiri. Ia ingin bisa menafkahi keluarganya dengan hasil keringatnya sendiri. Bila ia masih tinggal di rumah orang tua mereka, semua biaya masih ditanggung oleh orang tua.
Jung Kook memesan jajangmyeon untuk makan malam mereka. Hana sudah menghabiskan satu porsi. Tapi ia mau tambah lagi.
"Jangan-jangan noona hamil lagi?" tanya Jung Kook melihat nafsu makan Hana yang besar.
Tentu saja tidak. Hana tidak hamil. Hana dan Jung Kook masih menunda kehamilan karena kondisi keuangan mereka masih belum stabil.
Mereka berdua menginginkan anak perempuan untuk adik Kiki. Tapi tidak dalam waktu dekat.
🌻🌻🌻
Pagi hari ...
Jung Kook bersiap lari pagi. Hana menyiapkan sarapan untuk mereka bertiga.
Tidak ada yang istimewa. Mereka melanjutkan hari seperti biasa.
Hanya saja Hana masih belum terbiasa dengan wajah penuh luka dan bengkak setelah Jung Kook bertanding. Ia masih meneteskan air mata.
🌛🌛🌛
Malam hari ...
Saat Hana sedang menyiapkan makan malam ...
"Kookie ... Tolong jaga Kiki sebentar. Aku mau ke toko dekat rumah" Hana mematikan kompor. Ia hendak membeli bumbu dapur yang habis.
"Noona, biar aku aja" kata Jung Kook.
"Nggak usah. Aku bentar aja. Ke toko dekat sini aja" Hana pergi keluar rumah.
Tapi Jung Kook kuatir. Sudah setengah jam tapi Hana belum juga pulang.
Jung Kook memakaikan baju hangat untuk Kiki. Ia hendak menjemput Hana.
"Kiki, kita jemput eomma"
Baru saja Jung Kook hendak membuka pintu, ada telpon masuk. Jung Kook melihat ada telpon masuk dari Hana.
Noona pasti borong barang lagi. Bilangnya beli satu tapi pulang-pulang bawa satu tas besar.
Jung Kook mengangkat ponselnya.
"Anda mengenal yang punya ponsel ini?" tanya suara di seberang sana.
"Itu ponsel istri saya"
"Istri anda berada di rumah sakit. Ia dikeroyok"
Jung Kook langsung mengepak barang dan segera menuju ke rumah sakit.
Ia melihat Noona terbaring lemah dengan tubuh penuh luka. Polisi datang dan memperlihatkan video cctv. Jung Kook mengenal pelakunya. Ia lawan tanding Jung Kook yang pernah ia kalahkan.
"Kemungkinan besar pengeroyokan ini karena balas dendam. Kami akan segera menemukan pelakunya"
🛌🛌🛌
Jung Kook hanya bisa duduk di samping ranjang Hana. Perlahan Hana membuka matanya.
Hana bisa merasakan sakit di seluruh tubuhnya.
"Kiki?" tanya Hana lirih.
"Kiki tidur di sofa" ucap Jung Kook sambil menunjuk ke arah sofa. Kiki sedang tertidur lelap.
"Tadi ada mengeroyok Noona. Pelakunya lawan tanding yang pernah aku kalahkan" ada nada marah dalam kalimat Jung Kook.
Hana belum bisa terlalu banyak bergerak. Tapi ia bisa melihat mata Jung Kook yang menyiratkan kalau Jung Kook akan membalas dendam.
Tentu saja Jung Kook tidak terima bila istrinya yang menjadi korban.
"Kookie ... Janji ya ... Kita putuskan rantai dendam ini" Hana mengaitkan jari kelingkingnya ke jari kelingking Jung Kook.
Jung Kook tidak mau. Tapi karena Hana yang memintanya, ia terpaksa menurutinya.
Kiki terbangun dan menangis. Ia lapar. Jung Kook membuatkan susu formula untuknya. Kiki tertidur lagi setelah ia menghabiskan satu botol susu.
Tengah malam ...
Jung Kook tertidur di kursi.
Kiki menangis lagi. Hana terbangun. Tapi ia masih belum bisa menggerakkan badannya.
"Kookie ... Kookie ... Jeon Jung Kook" Hana berusaha membangunkan Jung Kook.
Jung Kook masih terlelap dalam tidurnya. Tidak ada tanda-tanda kalau ia akan bangun.
Untunglah ada suster yang masuk ke dalam kamar Hana hendak mengecek suhu tubuh dan tekanan darahnya.
"Maaf, suster. Tolong liatkan bayi saya. Ayahnya susah bangun kalau sudah tidur" Hana meminta tolong suster untuk melihat Kiki.
Ternyata popok Kiki harus diganti. Akhirnya suster yang mengganti popok Kiki.
"Terima kasih suster"