Hana melihat kalender meja di samping tempat tidurnya.
Haidku terlambat?
Apa aku hamil?
Kiki bakal punya adik?
Ia mengenakan baju hangat ke Kiki.
"Ki ... kita ke mini market sebentar"
Hana hendak membeli test pack. Ia harus memastikan apakah ia hamil atau hanya terlambat haid saja.
Di rumah ...
Hana mencoba test pack yang baru saja ia beli di kamar mandi.
Ki ... Semoga eomma hamil adik Kiki.
Setelah menunggu beberapa waktu, Hana mengerjapkan matanya seolah tidak percaya. Ia melihat lagi test pack tersebut.
Betul ada dua garis di sana. Ia hamil. Ia mengandung adik Kiki.
Tadi Hana hanya iseng-iseng mencoba test pack. Ia sudah terlambat datang bulan dua minggu.
Aku akan memberi tahu Kookie setelah makan malam.
Kookie pasti senang mendengar kabar bahagia ini.
Besok aku akan pergi ke dokter untuk memastikan apakah aku benar-benar hamil atau tidak.
Jung Kook pov
Noona sedang berada di kamar mandi.
Kenapa ponsel Noona dari tadi bunyi?
Aku melihat ponsel Noona. Ada panggilan masuk dari Joon hyung.
Angkat?
Tidak angkat?
Saat aku hendak mengangkatnya, telepon berhenti berbunyi.
Aku penasaran. Aku membuka ponsel Noona. Aku tau passwordnya. Tanggal lahir Kiki.
Aku bisa melihat chat Noona dan Joon hyung. Hanya chat biasa. Tapi hatiku sakit dan terbakar cemburu.
Pantas saja Noona lebih sering memegang ponselnya akhir-akhir ini.
Noona keluar dari kamar mandi.
"Noona ... Jangan pernah lagi chatting dengan Joon hyung" aku mengancam Noona. Aku terbakar rasa cemburu.
"Aku dan Joon oppa hanya teman" Noona membela dirinya.
"Tapi Noona masih punya rasa dengan Joon hyung, kan?" Aku masih mengingat saat Noona mengatakan padaku kalau ia masih mencintai Joon hyung.
"NOONA JANGAN MEMBANTAH, YA"
"AKU INI SUAMIMU"
"AKU BERHAK MELARANG NOONA"
aku mengancam Noona.
"Kau mengancamku?" Noona balik bertanya. Ia tidak mempercayai ucapanku.
Aku sudah emosi. Kemarahan, kecemburuan yang kupendam selama ini meledak.
Aku mendorong Noona dengan keras. Ia terjatuh ke lantai.
"Brukkk ..." Noona terjatuh.
Noona memandangiku seolah tidak percaya dengan kekasaranku.
"Perutku ..." Noona memegang perutnya. Noona kesakitan. Ada yang mengalir dari bagian bawahnya. Darah.
"Bayiku?" kata Noona.
Bayi?
Noona hamil?
Aku segera menggendong Noona dan membawamya ke rumah sakit.
Tuhan ...
Tolong maafkan aku ...
Tolong selamatkan bayi kami.
Kami sudah begitu menanti-nantikannya.
Noona mengalami keguguran lagi. Karena emosiku. Karena sifat kekanak-kanakan ku.
Saat Noona membuka matanya ...
Aku berlutut. Memohon maaf ke Noona.
"Noona ... Maafkan aku"
"Aku telah membunuh bayi kita"
Bayi kami tiada?
Adik Kiki yang sudah begitu kami nanti-nantikan.
Aku berencana memberitahu Jung Kook saat kami selesai makan malam sebagai surprise.
Tapi sebelum berita bahagia itu sampai ke telinga Jung Kook, bayi kami sudah tiada.
"Kookie ... Aku memang masih mencintai Joon oppa" kata Noona lirih. Noona masih lemas.
"Tapi tak pernah sekalipun terlintas di pikiranku untuk kembali kepadanya sejak aku memutuskan untuk menikah denganmu" Noona mulai menangis.
"Aku sudah berusaha keras untuk menjadi istri yang baik bagimu, menjadi ibu yang baik untuk Kiki" air mata Noona mengalir deras.
"Aku sangat kecewa dengan sikap kekanak-kanakanmu"
"Luka karena kejadian Kiki belum sembuh, kau sudah membuat luka baru"
"Aku harus berpikir ulang tentang hubungan kita"