Hana mengenakan pakaiannya kembali dan pergi ke dapur. Hendak menyiapkan makan siang.
"Katanya jagain Kiki sebentar, tapi ini sampai tiga jam," sindir Yoon Gi. Walaupun ia tidak masalah menjaga Kiki.
"Maaf oppa. Aku dan Jung Kook harus meluruskan sesuatu tadi." Hana mulai memasak.
"Kau baik-baik saja?" Yoon Gi merasa ada yang aneh dari Hana.
"Aku baik-baik saja, oppa." Tapi Hana tidak bisa membohongi dirinya. Air matanya menetes lagi.
Yoon Gi memeluk Hana "Menangislah bila memang itu bisa membuatmu terasa lega."
Hana menangis dalam dekapan Yoon Gi.
Di kamar Jung Kook terbangun. Ia mencari Hana di ranjang tapi Hana tidak ada.
Jung Kook membuka pintu kamar. Hana cepat-cepat menghapus air matanya. Ia berkonsentrasi memasak lagi.
"Noona ... Mau bikin apa?" Jung Kook tersenyum. Ia merasa sudah mendapatkan hati Hana sepenuhnya.
"Japchae."
Hana beruntung Jung Kook dan Kiki bukan pemilih makanan. Boleh dibilang mereka bisa memakan apa saja yang bisa dimakan.
Japchae akhirnya jadi. Mereka pun makan siang bersama.
Kiki minta tambah lagi. Nafsu makan Kiki akhir-akhir ini bertambah.
"Ki ... Kalau makan terus nanti nggak jadi toki adeul lagi tapi jadi dwaeji adeul (anak babi)." Jung Kook menyentuh perut Kiki yang buncit.
"Appa dwaeji." Kiki balas mengejek ayahnya.
Appa itu suka makan juga.
Kalau Kiki dwaeji adeul, appa itu dwaeji appa.
"Kiki yang dwaeji."
"Appa dwaeji."
Hana yang melihatnya hanya bisa geleng-geleng kepala.
Kookie ...
Kadang aku bingung.
Kau itu ayah Kiki, kan?
Kiki itu masih kecil.
Kenapa juga selalu saling ejek.
🌼🌼🌼
Malam hari ...
Kiki tidur bersama Yoon Gi. Hanya ada Hana dan Jung Kook di kamar.
"Noona ..." Jung Kook mendekat ke arah Hana yang sedang mengoles krim malam di wajahnya. Mencium lembut leher Hana.
Untuk sementara waktu Hana menuruti permintaan Jung Kook. Agar Jung Kook tidak mencurigai dirinya lagi.
Jari-jari Jung Kook bergerak masuk ke dalam baju Hana.
"Kookie ..." Hana mencium Jung Kook. Jung Kook menggendong Hana dan merebahkannya di ranjang.
Saatnya tiba ...
Jung Kook memalingkan badannya dari Hana. Memunggungi Hana.
Jung Kook mengambil kon*** dan memakainya.
Aish ... Robek.
Jung Kook mengambil bungkus kedua.
Kenapa cuma sampai tengah.
Bisa repot kalau lepas di dalam ... Noona.
Hana bingung dengan Jung Kook.
"Kookie ... Kenapa harus makan permen? Aku sudah biasa dengan bau mulutmu."
Jung Kook tidak jadi memakai kon***. Ia langsung menyerbu Hana. Takut mood Hana down.
Hyung, maafkan aku kalau Noona hamil.
Aku nggak terbiasa pake begituan.
Saat klimaks ...
"KOOKIE ... SUDAH KUKATAKAN HATI-HATI." Hana marah. Ia langsung mendorong tubuh Jung Kook. Jung Kook terlambat. Ia tidak boleh mengeluarkannya di dalam. Ia harus membuangnya di luar.
Hana cepat-cepat pergi ke kamar mandi untuk membasuh ...
Ia cemas. Ia takut hamil. Ia masih ingin menunda kehamilan setelah ia menyapih Kiki supaya ia bisa minum lagi.
Hana juga tidak menyiapkan pil pencegah kehamilan karena tidak merencanakan akan bersetubuh dengan Jung Kook di rumah Yoon Gi.
"Noona ... Maaf." Jung Kook menghampiri Hana.
Hana hanya diam.
"Kalau aku hamil bagaimana? Aku nggak bisa minum lagi sampai aku menyapih adik Kiki. Kau sengaja, ya?" Hana emosi.
"Aku nggak sengaja. Biasanya aku bisa menahannya lebih lama. Tapi tadi gerakan Noona bikin aku cepat ..."
"Kau menyalahkanku?"
"Aku nggak menyalahkan Noona. Aku cuma mau minta maaf."
Jung Kook mengenakan pakaian jalannya.
"Kau mau ke mana?"
"Apotik. Beli pil untuk Noona."
"Sudah malam. Besok aja."
"Semakin cepat Noona minumnya semakin efektif."
"Sudah aku bilang besok aja. Besok ya besok. Aku nggak mau kamu kena angin malam."
Jung Kook mengganti pakaiannya dengan piyama. Hana dan Jung Kook pun tidur.
Keesokkan harinya Jung Kook pergi ke apotik. Tapi pil yang ingin dibeli Jung Kook habis. Di apotik lain juga habis.
"Noona ... Pilnya habis. Kalau Noona hamil bagaimana?"
Hana cuma bisa melihat deretan botol berisi minuman keras milik Yoon Gi.
Sepertinya aku bakal lanjut puasa minum selama dua tahun lebih.