webnovel

OHM 1

Tanggal 31 Desember. Di mana semua orang di seluruh belahan Dunia tampak bersuka cita akan merayakan malam pergantian tahun ini.

Tak terkecuali dengan para alumni dari salah satu Sekolah Negeri elit di Jakarta yang kini tengah mengadakan acara reuni Sekolah sekaligus merayakan malam pergantian tahun di sebuah Resto-Bar di kawasan Jakarta Pusat yang berada di lantai teratas di gedung yang menjulang tinggi tersebut. Restoran yang juga memasukan konsep Bar tersebut tampak ramai ketika beberapa tamu tamu undangan mulai berdatangan.

Khusus malam itu, Restoran dengan konsep Bar itu sengaja dibooking hanya untuk merayakan acara malam pergantian tahun sekaligus acara reuni Sekolah tersebut. Tampak beberapa tamu sudah berada di area outdoor dekat kolam renang yang cukup luas.

Berbeda dengan saat Sekolah dulu, para alumni Sekolah Negeri elit tersebut tampak berubah drastis dan aura kecantikan, ketampanan, bahkan kemapanan terpancar dari wajah dan pakaian yang mereka kenakan. Gadis-gadis alumni Sekolah tersebut yang dulu tampak polos kini tampak cantik, seksi, dan elegan. Sepertinya, sebaguan dari para alumni wanita Sekolah tersebut memilih menjadi wanita karir.

***

Seorang pria tampan, berusia 26 tahun, bertubuh tinggi tegap, yang memakai stelan kemeja semi formal putih dengan celana jeans dark blue memasuki area Resto-Bar tersebut. Aroma maskulin tercium dari tubuhnya.

Dia tampak menyapa beberapa teman alumninya dan setelah itu mengambil segelas minuman. Terakhir pandangannya mengarah pada seseorang yang memanggilnya.

"Hei, Bro! Apa kabar, hem?" orang itu menyapa pria yang memakai kemeja putih tadi seraya berjalan semakin mendekat.

Mereka saling berjabat tangan dan saling memeluk satu sama lain layaknya seorang teman yang lama tak bertemu. Ah, memang mereka sudah lama tak bertemu dan terakhir kali mereka bertemu ketika pria yang memakai kemeja putih tadi tengah pulang ke Indonesia untuk mengunjungi keluarganya.

Pria itu adalah Raydan Sebastian, putra dari pasangan Randy Sebastian dan Dania Hamish. Dia sudah menyelesaikan Sekolah tehnik mesinnya di Jerman dan kembali ke Indonesia. Kini dia bekerja di salah satu Perusahaan Penerbangan di Indonesia dengan jabatannya sebagai seorang Direktur di Perusahaan tersebut.

"Baik. Bagaimana denganmu?" tanya Raydan pada Gerry.

Pria yang menyapanya tadi adalah Gerry, teman yang dekat dengannya saat pindah ke Sekolah tersebut. Gerry menjadi tampan nan gagah, dia terlihat lebih bersih dari sebelumnya. Penampilannya pun tentu terlihat lebih rapi. Ya, tentu saja saat seseorang semakin dewasa, penampilannya pun akan mengikuti usianya.

"Seperti yang kamu lihat. Kapan kamu kembali ke Indonesia?" tanya Gerry.

"Satu tahun lalu," ucap Raydan.

"Sudah lama tapi tak mengabariku. Kamu benar-benar melupakanku," ucap Gerry.

"Tidak begitu. Aku hanya sibuk bekerja. Begitu kembali ke Indonesia, aku langsung bekerja di Perusahaan Penerbangan. Di sana aku sibuk sekali," ucap Raydan.

"Bagaimana mungkin anak orang kaya harus bekerja?" ucap Gerry.

Gerry tahu betul, Raydan berasal dari keluarga kaya raya. Bahkan bisa dikatakan, tujuh turunan keluarga Raydan berasal dari keluarga kaya raya. Gerry berpikir, Raydan akan menggantikan posisi orangtuanya memimpin di Perusahaan milik keluarga, nyatanya Raydan justru bekerja di Perusahaan orang lain.

"Aku menikmati pekerjaanku," ucap Raydan tersenyum.

Gerry mengangguk.

"Jadi, kamu tinggal bersama Orangtua mu sekarang?" tanya Gerry.

"Tidak, aku memilih tinggal di apartemen. Datang saja jika kamu tak sibuk," ucap Raydan tersenyum.

Semenjak bekerja, Raydan memilih tak tinggal di kediaman orangtuanya. Dia lebih memilih tinggal sendiri di sebuah apartemen yang yang diberikan oleh sang papa. Sang papa memiliki banyak apartemen bahkan hampir di beberapa kota. Itu akan memudahkan ketika bepergian untuk urusan pekerjaan yang mengharuskannya untuk tinggal beberapa hari di Kota tersebut.

"Tentu saja, akan asik sepertinya," ucap Gerry terkekeh.

Raydan mengangguk.

Gerry tak sengaja melihat ke arah pintu masuk Resto-Bar tersebut, di sana terlihat Rayna, adik Raydan datang bersama suaminya, Kevano. Kevano tampak menggandeng Rayna ketika memasuki Resto-Bar tersebut.

Rayna tampak cantik dan penampilannya dewasa. Begitupun dengan Kevano. Kevano tampak terlihat semakin dewasa.

"Rayna datang bersama Suaminya," ucap Gerry mengarahkan pandangannya ke pada Rayna dan Kevano.

Raydan mengikuti arah pandang Gerry dan tersenyum ketika Rayna juga Kevano mendekatinya dan menyapanya.

"Kapan Abang datang?" tanya Rayna.

"Belum lama," ucap Raydan.

"Kalian tak membawa si kembar?" tanya Raydan.

"Mereka bersama pengasuhnya. Lagipula, mana mungkin kami akan membawanya ke tempat seperti ini," ucap Rayna.

Raydan mengangguk. Ya, memang tak boleh anak-anak masuk ke area tersebut. Resto-Bar tersebut memiliki aturan tersendiri, pengunjung yang berusia di bawah 17 tahun memang tak diperbolehkan masuk. Apalagi mengingat anak kembar Rayna dan Kevano masihlah berusia 6 tahun dan akan segera memasuki Sekolah Dasar.

Raydan rindu ketiga keponakan kembarnya itu, yaitu Al, Dev, dan Gev. Hanya saja, sibuknya bekerja membuatnya tak memiliki banyak waktu untuk sekedar menemui ketiga keponakan tampan dan lucunya tersebut.

Raydan, Gerry, Rayna, dan Kevano tampak berbincang.

Lagi-lagi Gerry melihat seseorang yang baru saja memasuki area Resto-Bar tersebut. Gerry tersenyum menepuk lengan Raydan dan meminta Raydan melihat ke arah pintu masuk Resto-Bar. Raydan pun melihat ke arah sana.

Raydan terdiam hingga orang itu berjalan ke arahnya dan menyapa Rayna, bahkan memeluk Rayna. Orang itu datang bersama seorang pria yang langsung berbincang dengan Kevano. Mereka tampak akrab dan saling terkekeh ketika berbincang.

Raydan masih terdiam, dia melihat penampilan orang itu yang tak lain adalah seorang wanita. Di mana wanita itu memakai mini dress hitam di atas sedikit lututnya dan menampilkan lekuk tubuhnya. Rambutnya bergelombang dan dibiarkan tergerai.

"Sadar, Bro!" bisik Gerry seraya terkekeh ketika menyentuh bahu Raydan dan lamunan Raydan seketika buyar.

Raydan tersenyum canggung menatap wanita itu yang tak lain adalah mantan kekasihnya saat Sekolah dulu.

Wanita itu adalah Ralisya, wanita yang seusia dengan Raydan itu terlihat berbeda dari saat Sekolah dulu. Dia terlihat lebih cantik, dewasa, seksi dan elegan.

"Hai," sapa Raydan canggung.

"Hai," sapa Ralisya tersenyum.

Mereka tak saling berjabat tangan. Hanya sebuah sapaan yang mereka lontarkan satu sama lain.

"Sayang, apa kamu mau minum?"

Pria yang datang bersama Ralisya tadi menghampiri Ralisya dengan segelas minuman di tangannya yang dia tunjukan pada Ralisya. Ralisya mengambil gelas minuman itu dan meminumnya sedikit.

"Thank you, Sayang," ucap Ralisya tersenyum.

Pria itu tersenyum kembali.

Raydan terdiam, dia melihat penampilan pria itu. Penampilan yang rapi dan dewasa. Mungkinkah dia kekasihnya Ralisya? Pikirnya.

Mungkin benar kekasih Ralisya, nyatanya pria itu memanggilnya Ralisya dengan panggilan sayang begitupun dengan Ralisya. Pikir Raydan lagi.

"Aku akan menyapa teman-teman yang lain dulu," ucap Ralisya dan meninggalkan Raydan, Gerry, Rayna juga Kevano. Ralisya mengajak kekasihnya untuk ikut bersamanya menyapa teman-teman alumni lainnya.

"Dia semakin cantik, bukan?" bisik Gerry.

Raydan tak menjawab ucapan Gerry. Dia menyesap minumannya sambil terus memperhatikan lekuk tubuh belakang Ralisya.

'Kenapa sekarang dia terlihat lebih menarik, dibandingkan saat menjadi kekasihku dulu?' batin Raydan.