"Jomblo adalah keadaan di mana seseorang pengin punya pacar---sedang proses pencarian, tapi gak dapat-dapat. Sedangkan single itu keadaan di mana seseorang memilih untuk tidak berpacaran."
"Nah, dapat disimpulkan bahwa jomblo itu nasib sedangkan single itu pilihan." Riv menjelaskan dengan seksama tentang perbedaan jomblo dan single.
"Seharusnya kalian ngasih gue julukan 'Nyonya Single Berkarisma' bukannya malah 'Nyonya Jomblo'. Karena dilihat dari sudut manapun, gue itu single bukan jomblo apalagi jomblo ngenes!" Lanjut Riv karena melihat keempat sahabatnya hanya diam.
"Dannn gue itu happy sama status gue yang sekarang ini. Gak usah mikir kalau pacar tiba-tiba gak ada kabar, gak usah bingung mau kasih hadiah kalau ulang tahun. Ya pokoknya yang sering lo pada pikiran lah. Gue mah santuy," cerocos Riv padahal belum tentu sahabatnya mendengarkan perkataan dari mulut nyablaknya itu.
"Heh diem deh!" Bila yang mulai tidak sabar dengan cerocosan Riv yang selalu diulang-ulang dari dulu itu pun sebal.
"Halah, siapa yang sering bilang pengin punya pacar sama kita?" Timpal Nova yang sudah menghentikan kegiatannya.
"Yang suka ngeramein grup WhatsApp karena sepi chat." Sekarang berganti ke Feka yang sedari tadi hanya memandang Riv bosan.
"Apalagi yang suka ngusir kalau kita lagi pacaran," lanjut Nanda sambil menjentikkan jarinya.
Riv sebal karena sahabatnya malah membicarakan perilaku Riv yang menunjukkan jika dia sebenarnya ingin punya pacar. Hadeh, Riv sebenarnya sebal namun apa mau dikata jika di dalam lubuk hatinya yang paling sangat amat dalam itu dia juga ingin punya pacar.
"Terserah lo pada deh, gue mah apa atuh," ujar Riv merasa kalah karena perkataan sahabatnya yang dibenarkan oleh hatinya namun disalahkan oleh logikanya.
"Kalah deh tuh," ucap Bila lalu dia kembali sibuk dengan handphonenya. Riv tebak pasti Bila chat dengan pacarnya yang overprotektif itu, ewh, tidak selera Riv sekali.
"Gue juga punya teori kenapa Riv gak punya pacar dari lahir sampai sekarang," ujar Nova yang menjadi perhatian ketiga sahabatnya---terutama Riv.
"Satu, Riv terlalu pemilih dalam memilih cowok. Lo itu terlalu pengen cowok yang sempurna kayak di Wattpad atau novel-novel yang lo baca itu." Mereka mengangguk-anggukan kepalanya karena alasan tersebut masuk akal.
"Dua, Riv terlalu takut buat patah hati," lanjut Nova menyebutkan Teori Nyonya Jomblo Riv.
"Kalau jatuh cinta ya emang harus siap-siap buat patah hati. Gak ada hidup yang mulus lurus tanpa hambatan kayak jalan tol. Jangan takut jatuh cinta, ya kalau lo mau jadi perawan tua sampai mati sih," jelas Nanda panjang kali lebar.
"Enak aja." Riv menggeleng-gelengkan kepalanya saat dengan kurang ajarnya ini kepala cantik membayangkan masa-masa tua tanpa seorang pun yang menemani. Amit-amit deh ah.
"Yang ketiga dan yang terakhir, Riv selalu suka sama orang yang gak mungkin sama dia sedangkan orang yang dengan terang-terangan suka sama dia eh malah ditolak. Intinya, ini nasib Riv aja yang sial." Alasan terakhir itu sukses membuat Bila, Nanda, Nova dan Feka menyemburkan tawanya.
"Eh itu mulutnya ya!" Riv merasa kesal dengan para sahabatnya yang bermulut cabe itu. Riv hanya tidak tahu jika yang paling bermulut cabe adalah dirinya.
"Kita bicara fakta ya," ucap Feka yang tidak bisa menghentikan tawanya.
"Soon deh, awas aja kalau gue punya pacar yang hawt. Gak gue kasih pajak jadian pokoknya!" Kata Riv sebal.
Tapi apa bisa? Boro-boro dapat pacar, sedang dekat dengan laki-laki pun tidak. Saat ada laki-laki yang mendekat, Riv akan dengan sangat tega mendorongnya menjauh saat tidak masuk kriterianya.
"Soon-nya tuh kapan? Waktu kita udah lulus atau bahkan waktu kita semua udah gendong anak?" Tanya Nanda masih dengan tawa yang menyembur.
Kurang ajar!
Intinya Riv kesal dengan para sahabatnya. Lihat saja nanti saat dia sudah punya pacar yang sesuai dengan kriterianya. Maka dengan senang hati dia akan memamerkan pada mereka semua.
Oh ya tentu saja selera Riv tidak main-main. Sembilan belas tahun hidupnya yang terlewati tanpa berpacaran akan digantikan dengan pacar yang hawt sekelas Liam Hemsworth atau paling tidak sekelas Nicholas Saputra lah.
Siap-siap saja mereka ileran melihat pacarnya yang seksinya terbukti dari sudut pandang manapun. Riv tidak sabar menantikan hal tersebut. HAHAHAHA.
***
Kriteria Pria Idaman Rivera Jernih Nareswantika:
1. Tampan rupawan.
2. Tajir melintir.
3. 1-5 tahun lebih tua.
4. Single.
5. Mampu menjadi imam yang baik.
6. Hangat dan bisa buat nyaman, sopan santun yang utama.
Riv memandang tulisan yang ia tuliskan di sebuah kertas dan ditempel di tembok kamarnya itu dengan seksama. Sebenarnya masih banyak lagi tapi, enam hal itu yang paling penting.
Hmm, sudah sekitar satu tahun atau dua semester lamanya ia kuliah dan kertas tersebut sudah tertempel di sana sejak awal dia memasuki dunia perkuliahan.
Dalam novel atau cerita di platform online yang sering Riv baca, dunia perkuliahan itu penuh dengan tantangan, intrik dan permasalahan. Entah itu tentang skripsi bahkan hingga percintaan.
Riv rasa jika memasuki kampus yang terkenal, favorite dan banyak cogannya akan membuat kisah percintaannya membaik. Eh ternyata oh ternyata, dunianya sekarang tidak jauh beda dengan masa SMA nya. Datar.
Memang sih banyak cogan yang berkeliaran di kampus tapi mereka melirik Riv pun tidak! Coba bayangkan, saat kalian melihat sahabat kalian selalu membicarakan tentang pacarnya. Yang bisa Riv lakukan hanya diam.
Gue baru dibeliin tas pacar gue.
Sorry gue gak bisa pergi soalnya mau kencan sama pacar.
Yaampun, pacar gue kemana sih?
Beruntung banget punya pacar kayak doi.
Dan bla bla bla. Riv rasanya ingin teriak saat sahabat sudah mulai membicarakan tentang pacar dan masalah dengan pacarnya masing-masing. Riv yang hanya diam saja malah menjadikannya terlihat ngenesss.
Sebenarnya kadang Riv juga bisa membanggakan statusnya saat sahabatnya bertengkar dengan para pacar. Pasti dengan bangga Riv berkata:
"Makanya, jangan punya pacar. Kayak gue ini, jomblo happy. Gak deh mikir ini itu pusing-pusing mikirin pacar."
Pasti setelahnya Riv mendapatkan hadiah. Iya hadiah, barang apa saja yang berada di dekat mereka dan bisa dilemparkan ke arah Riv dengan berketidakperasaannya.
Riv merasa bosan dan juga senang malam ini. Bosan karena di kamarnya sangat sepi dan senang karena malam ini hujan.
Tentu saja hujan pada malam minggu merupakan berkah tersendiri bagi para jomblo yang mengharapkan belaian---seperti Riv--- dengan datangnya hujan maka dapat dipastikan para pasangan tidak akan pergi bermalam minggu dan membuat para jomblo gigit jari.
Riv yang mulai bosan kemudian mengambil handphonenya. Berharap ada notifikasi entah dari manapun yang berjenis kelamin laki-laki. Namun saat membuka handphonenya, ewh, hanya grup-grup tidak jelas---yang suka dia cari linknya dari Google--- yang sedang ramai-ramainya.
Lalu Riv beralih pada bagian kontak dan lagi-lagi menghela napas. Kontaknya hanya seratus dua puluh enam dan dapat dihitung jari kontak yang bernama laki-laki. Ngenes. Apes.
"Parah banget kalau gini mah," gumam Riv memecah keheningan kamarnya.
"Amit-amit deh jadi perawan tua," lanjutnya sambil mengelus perut ratanya.
"Kalau tahu gue sengenes ini gak bakal deh gue blokir nomor orang-orang tidak dikenal. Siapa tahu aja kan mereka jodoh gue. Gobs banget deh gue."
"Kalau aja, pasti gue gak bakal jadi jomblo yang sok-sokan bahagia padahal aslinya gue nyesek. Kenapa juga kalau gue suka orang eh orangnya gak suka balik," cerocos Riv tiada hentinya walaupun tanganya masih aktif berselancar di media sosial.
Jika tidak ada yang menarik dari WhatsApp, Instagram dan Twitter maka pilihan Riv jatuh ke novel-novel koleksinya. Setidaknya di sini Riv akan terhibur, menghayal dan meresapi juga membayangkan dia yang menjadi tokoh utamanya. Mhuehehe.
"Riv!"
Riv mengalihkan pandangannya dari buku setebal 557 halaman tersebut kearah pintu kamarnya yang menyembulkan kepala sang mama.
"Kenapa Ma?" Tanya Riv lalu mendudukkan dirinya.
"Keluar napa? Anak gadis kok malam mingguannya di kamar terus," ucap Mama Riv lalu meninggalkan kamar Riv.
Riv hanya melongo melihat kelakuan mamanya yang masih gaul. Malas sekali jika harus keluar kamar, pasti Riv akan diledek keluarganya habis-habisan. Tapi jika tidak keluar juga sama saja, mending Riv keluar.
Saat memasuki ruang keluarga, di sana sudah ada mama, papa dan Samudera---abang Riv--- sedang asyik menonton televisi.
"Eh adik gue yang paling cantik udah keluar dari sarangnya," ucap Samudera lalu menggeser duduknya saat Riv duduk di sampingnya.
"Apa lo?!" Balas Riv galak.
"Makanya gak punya pacar pacar. Galak bener jadi cewek," kata Samudera pelan tetapi tidak cukup pelan karena Riv masih dapat mendengarnya. Riv hanya diam, abangnya kalau diladeni malah makin menjadi jadi cukup diamkan saja
"Kak, ini malam minggu loh masak gak ada cowok atau siapa kek yang main ke rumah?" Tanya Papa Riv serius namun Riv bisa menangkap kilat geli dari mata papanya.
"Nah iya, Mama dulu aja banyak yang main ke rumah. Kamu kok Mama lihat-lihat kayak gak pernah deket sama cowok ya?" Tanya Mama Riv heran karena setaunya Riv tidak pernah dekat dengan laki-laki.
"Pacaran itu gak baik," jawab Riv dengan jutek. Ini bukan kali pertama pertanyaan itu muncul, sudah berkali-kali dan Riv selalu menjawab dengan jawaban yang sama.
"Pacaran gak baik atau emang lo nya yang gak laku," ledek Samudera seraya memeletkan lidahnya.
"Udah-udah," kata Mama Riv saat melihat anak gadis satu-satunya berancang-ancang akan membalas perkataan abangnya.
"Abang tuh Ma nyebelin," adu Riv sambil mengerucutkan bibirnya.
"Hadeh. Oh ya Riv, Mama minta tolong kamu anterin kue yang di meja itu ke tetangga sebelah," kata Mama Riv menunjuk kue yang ada di meja.
"Tetangga sebelah? Tante Rina?" Tanya Riv dengan dahi berkerut. Samudera tertawa keras entah untuk apa Riv tidak tahu.
"Tante Rina udah pindah dari semingguan lebih kali," ucap Samudera yang masih tertawa heboh.
Hmm pantas saja, tapi Riv tidak pernah tau kapan pindahnya tetangganya itu. Berarti ada orang yang menempati rumah tersebut menggantikan Tante Rina sang tetangga baik hati itu entah sejak kapan dan Riv tidak menyadarinya.
"Kamu gak tahu kita punya tetangga baru satu mingguan yang lalu?" Tanya papanya yang dijawab gelengan oleh Riv. Riv hanya bisa pasrah saat ia menjadi bahan tertawaan.
TBC