webnovel

Nyonya Jomblo Mencari Cinta

Riv belum menemukan manfaat dari berpacaran itu apa. Alasannya simpel, karena Riv sendiri belum pernah berpacaran. Belum pernah berpacaran bukan berarti hidup kamu ngenes, NO! Riv sangat bahagia dengan statusnya itu. Namun semuanya berubah, saat semua temannya sudah memiliki pacar dan sering mengejeknya. Bahkan memberikannya julukan Nyonya Jomblo. Dari sanalah petualangan Riv dimulai, Sang Nyonya Jomblo yang mencari cinta

Fara_Dita · วัยรุ่น
Not enough ratings
82 Chs

Doki Doki

Riv pernah jatuh di depan kelasnya—ah bukan pernah tetapi dua kali. Pertama saat kelas empat sd. Saat itu Riv lupa tidak mengerjakan pr sehingga dihukum lari sayangnya saat di depan kelas Riv malah tersandung sepatunya sendiri hingga jatuh. Sikunya tergores bahkan hingga kini masih ada bekasnya.

Yang kedua saat Riv kelas delapan SMP, Riv dan temannya sedang duduk-duduk santai lalu tiba-tiba teman Riv heboh sendiri. Ternyata, ada gebetan teman Riv satunya lagi. Teman Riv ini mendorong-dorong Riv agar masuk kelas eh malah Riv terjatuh.

Dari dua kejadian di atas, rasa sakit akibat terjatuh memang tidak terlalu namun malunya membuat Riv ingin kabur saja.

Seperti saat ini, rasanya Riv malu hingga ingin menghilang dengan pintu kemana saja milik Doraemon. Bagaimana bisa dirinya tertidur di kasur lelaki beristri seperti Dan. Sungguh memalukan.

Maka dengan dalih menyamarkan rasa malunya, Riv malah mengejek Dan yang memang tidak memiliki selera humor. Setelah mengatakan hidup Dan suram, tidak ada suara lagi diantara mereka.

Hening.

Tenang.

Dan.... Mencekam.

"Bercanda kali Om!" Gurau Riv saat melihat raut wajah Dan yang sudah muram.

Dan mendengus mendengar perkataan Riv. Riv juga sadar kalau dirinya ini sedikit kurang ajar tetapi Riv tidak bisa memikirkan hal lain.

Warna abu-abu memang cocok untuk Dan, kalau boleh jujur bukan karena hidup Dan yang suram tetapi warna abu-abu dalam kamar Dan ini menggambarkan kemacho-an, keeleganan dan kemaskulinan Dan yang memang tidak diragukan lagi.

"Jangan ulangi," ucap Dan setelah menghembuskan napasnya lelah.

"Kenapa aku bisa di sini Om?" Tanya Riv penasaran pasalnya Riv tadi tidur di meja makan sana bukan di kamar Dan ini.

"Kamu jalan sendiri,"

"Jalan sambil tidur gitu Om? Gak percaya ya!" Bantah Riv tidak percaya.

"Ya sudah," jawab Dan santai lalu berjalan menuju kasur. Riv kontan menaikkan selimut untuk menutupi tubuhnya.

Dan duduk di ranjang tempat Riv duduk sekarang. Dan hanya diam saja tanpa mengatakan apapun. Riv memperhatikan tiap gerak-gerik Dan lalu saat tubuh Dan condong kearahnya Riv melotot.

"Mau apa?" Tanya Riv dengan nyolot pasalnya tubuh Dan sekarang sudah berada di hadapannya bahkan Riv bisa melihat kalung di leher Dan. Perhatiannya teralihkan pada kalung tersebut.

"Om Dan pakai kalung?" Tanya Riv tanpa mengalihkan pandangannya pada kalung yang dipakai Dan. Hanya kalung putih, Riv tidak bisa melihat bagaimana bentuk bandulnya.

Dan mengalihkan pandangannya kepada kalung yang bersembunyi di dalam kausnya lalu memandang Riv lagi dengan lekat.

"Couple sama istrinya ya?" Goda Riv dengan jahil lalu seperti tersadar sesuatu, Riv segera bangkit dengan tergesa-gesa dari kasur Dan. Karena tubuhnya yang terlilit selimut membuat Riv jatuh ke lantai dengan bunyi berdebum yang keras.

"Ah my head!" Teriak Riv merasakan kepalanya membentur lantai dengan keras. Kepalanya terasa berkunang-kunang sekarang, Riv yakin pasti akan membentuk benjolan jelek berwarna ungu. Sial sekali, mungkin ini peringatan agar tidak tidur-tidur lagi di kasur suami orang.

"Riv hey, are you okay?" Tanya Dan dengan khawatir lalu membantu Riv bangun. Sorot khawatir tidak bisa Dan sembunyikan, bahkan jika diperhatikan tangan Dan gemetaran.

"Ya enggak dong Om! Ini sakit banget, ada kunang-kunangnya lagi!" Ringis Riv sembari memegangi kepalanya yang berdenyut-denyut. Rasanya Riv ingin menangis sekarang.

"Sini aku lihat dulu," ucap Dan seraya mendekatkan matanya kearah kepala Riv yang sekarang sudah memerah dan benjol. Tanpa menyadari ada yang berbeda dari kalimat Dan.

"Huaaa jangan disentuh! Sakit banget ini," ujar Riv saat tangan Dan menyentuh benjolannya.

"Ayo ke rumah sakit!" Kata Dan lalu tanpa menunggu jawaban Riv langsung menggendongnya dengan gaya bridal style. Kalau Riv tidak kesakitan sudah Riv tolak, suer deh.

"Aduh Om, di ruang tamu aja. Kompres pakai air dingin. Lagian cuma kejedot, gak perlu ke rumah sakit,"

"Kalau ada apa-apa bagaimana?" Tanya Dan masih khawatir.

"Udah gak papa Om. Di rumah aja," jawab Riv lalu Dan mendudukkan Riv di sofa ruang tamu.

Setelah memastikan Riv duduk nyaman, Dan segera berlari kearah dapur untuk mengambil alat yang digunakan nanti saat mengompres jidat Riv. Riv memandangi Dan yang terlihat sangat khawatir padanya.

Riv memandangi ruang tamu rumah Dan selagi menunggu Dan sibuk dengan urusannya. Kepalanya sudah agak mendingan tetapi jidatnya masih terasa perih.

Riv memandang sebuah foto besar yang terpasang di dinding lalu ada foto-foto kecil di sampingnya. Riv tidak tahu siapa itu tetapi Riv bisa menebak jika foto itu adalah foto wanita. Fotonya hanya berisi siluet hitam tetapi Riv bisa simpulkan jika semua foto yang terpajang itu merupakan foto satu orang.

Oh ya, tadi Riv sadar sudah tiduran di kasur milik Dan makanya Riv buru-buru bangkit dari sana eh malah dirinya jatuh hingga menyebabkan jidatnya benjol.

"Sini, saya kompres!" Perintah Dan membuyarkan lamunan Riv yang melanglang buana.

Riv memejamkan matanya saat kain yang dingin itu menyentuh dahinya. Riv duduk berhadapan dengan Dan sekarang. Dan hanya menatap lurus kedepan, ke dada Dan tanpa berani mendongakkan kepalanya.

"Berhenti ceroboh Riv," pinta Dan dengan tangan yang masih telaten mengompres jidat Riv.

"Ya namanya musibah Om. Penginnya sih gak ceroboh gitu. Tapi ya gimana," balas Riv tidak mengiyakan permintaan dari Dan. Riv akui jika dirinya memang ceroboh, sangat ceroboh malah.

"Berhenti terluka," lanjut Dan entah apa maksudnya, Riv memilih tidak menjawab.

"Sinetron itu gak bisa dipercaya ya Om," ucap Riv mengalihkan pembicaraan. Selagi menunggu Dan selesai mengompres jidatnya, mengobrol sejenak tidak salah kan?

"Kenapa?" Tanya Dan dengan dahi mengerut. Bingung karena pembahasan yang melenceng jauh.

"Biasanya kalau ada orang amnesia kepentok sedikit udah bisa inget lagi," jawab Riv dengan lirih.

Tangan Dan terhenti untuk sejenak membuat Riv memberanikan dirinya mendongak, Riv melihat Dan yang tertegun sejenak karena Dan kembali melanjutkan kegiatannya yang tertunda dengan ekspresi datar namun matanya mengatakan lain. Entahlah.

"Jangan dipercaya kalau begitu," balas Dan singkat lalu membereskan peralatannya tadi.

"Oh ya Om, Bintang... dijemput siapa?" Tanya Riv ragu sekaligus takut, takut diamuk Dan tentu saja.

"Kevin nanti yang jemput," untung saja Dan membalas pertanyaan Riv, untungnya lagi Dan tidak tampak marah.

"Om serem tahu kalau marah kayak tadi," ujar Riv jujur. Dan sudah seperti Hulk kalau marah beda dengan Bina, Bina tampak tenang saja.

"Makanya jangan mancing."

"Ih kapan aku pernah mancing Om marah?" Riv berdecih.

"Hanya peringatan," jawab Dan sembari mengendikkan bahunya santai.

"Bi Narsih mana?" Tanya Riv karena tidak ada tanda-tanda keberadaan Bi Narsih.

"Pasar," jawab Dan dengan singkat.

"Om, Lintang itu—" Riv menjeda perkataannya untuk melihat reaksi Dan, melihat Dan yang tidak akan menunjukkan taringnya pun Riv melanjutkan ucapannya,"—ibunya Bintang?"

"Ya," jawab Dan singkat. Memangnya mau dijawab apalagi.

"Oh."

TBC