webnovel

Night King : Kebangkitan Sang Kucing Hitam

Pertemuannya dengan bocah delapan tahun membuat Lin Tian sadar, bahwa kekuatan tidak sepenuhnya bisa melindungi banyak orang. Sebaliknya, dengan kekuatan dan kekuasaan membuat orang-orang semakin menderita, terutama mereka yang lemah. Ketika Lin Tian hendak mengajak bocah tersebut untuk pergi, saat itu juga gerombolan Pendekar mengepung dirinya. Bocah tersebut tewas saat salah satu Pendekar menjadikannya dirinya sebagai tawanan. Lin Tian yang sudah dipenuhi luka itu akhirnya mengerahkan seluruh tenaga dan kemampuannya untuk membunuh semua pendekar tersebut. Lin Tian pun menghembuskan napas terakhirnya. Namun, ketika dia membuka matanya bukan Nirwana yang didapatnya, tetapi dunia yang jauh berbeda dengan masa lalunya. Takdir telah membawanya ke masa depan, lebih tepatnya di tahun 2022. Ribuan tahun hari kehidupan sebelumnya. Namun, pada kehidupan keduanya pun dunia tidak jauh berbeda dengan kehidupan pertamanya. Ketidakadilan masih meraja rela, bahkan lebih kejam dari yang pernah dilihatnya. Lin Tian tidak memiliki pengalaman apa-apa pada kehidupan keduanya. Akan tetapi, dia bertekad untuk mengembalikan kedamaian dunia. Mampukah Lin Tian mengembalikan senyuman orang-orang yang ada di sekitarnya? Akankah kehidupan barunya membuat Lin Tian menyesali kematiannya? Takdir apa yang akan Lin Tian jalani nanti? Siapkah Lin Tian mengetahui kalau orang-orang yang pernah ada di kehidupan pertamanya, hadir di dunia baru ini?

arayan_xander · แอคชั่น
Not enough ratings
205 Chs

172. Hidup Yang Menerpa

Dengan demikian Firmansyah pun melepaskan tangan pamannya, "Urusanku dengan Paman sebaiknya ditunda dulu. Sekarang ada hal lain yang harus kuselesaikan agar tidak lagi ada hama di rumah ini."

Firmansyah melenggang pergi, melewati Susano yang tampak tak berdaya setelah mendengar ucapannya. Mungkinkah benar, Susano memiliki rahasia besar yang membuat Firmansyah berakhir membencinya?

"Hei, wanita bermuka dua! Nenek Sihir! Ular piton!" seru Firmansyah, mencaci Adistia dengan panggilan tak pantas.

Adistia menyeka sisa air matanya. Sekitar ada tiga orang wanita yang duduk di sebelahnya guna memberikan dukungan moral bagi Adistia. Kematian suaminya, tentu membuat Adistia terpuruk dan berduka, sehingga dia memerlukan orang-orang untuk menjadi batu sandarannya.

"Hei, Firmansyah! Engga baik manggil ibu kamu kayak gitu!" tegur sang Tante, yang sedari tadi sudah geram melihat kearoganan Firmansyah.

Locked Chapter

Support your favorite authors and translators in webnovel.com