webnovel

Naura, Tawanan Sang Psychopath

21+ Naura, gadis berumur 21 tahun yang harus menjadi tawanan seorang pria bernama Delice. Delice adalah seorang psychopath gila, yang menggunakan segala macam cara untuk membuat Naura berada di sisinya. Rasa cinta Delice untuk Naura, sudah berubah menjadi obsesi yang membuat kehidupan Naura di penuhi duka. Delice selalu menemui Naura dan terus memaksa Naura untuk menuruti keinginannya. Delice akan menggunakan orang lain untuk mengancam Naura jika Naura menolaknya. Lambat laun, Naura yang sudah terbiasa dengan kehadiran Delice, merasa kehilangan saat Delice melepaskannya ke dunia bebas tanpa syarat. "Jangan pernah muncul lagi di hadapanku! Aku tidak akan memiliki kebaikan lagi lain kali!"

Sabrina_Angelitta · วัยรุ่น
Not enough ratings
430 Chs

6. Hati Yang Kau Sakiti

Delice mencegah Naura untuk keluar dari kamar setelah mendengar sebuah jeritan yang sangat keras dari lantai bawah.

"Kenapa?" tanya Naura.

Rasa takut seolah-olah hilang dari diri Naura, karena Delice manatapnya begitu hangat. Tatapan yang belum pernah di lihatnya. Tatapan seolah-olah mengatakan dirinya begitu kesepian dan kekurangan akan sebuah cinta.

"Ayo, temani aku tidur!" pinta Delice.

Kepulangan Delice kali ini, seperti membawa jiwa yang lain. Tititk lemah dan rapuhnya, seakan-akan di perlihatkan pada Naura.

Delice sudah berbaring di atas ranjang yang empuk, nyaman dan juga mewah. Naura menyelimutinya dan duduk di sampingnya. Delice memejamkan matanya, lalu terlelap dalam mimpi yang turut menemani.

"Naura, aku memberimu kesempatan untuk membunuhku. Kalau aku tidak bangun lagi, sudah pasti aku mati di tanganmu. Tapi, kalau aku masih bisa bangun dan melihatmu, aku tidak akan melepaskanmu," batin Delice.

Naura menatap wajah Delice yang tertidur. Perasaannya terenyuh dan bergerak untuk menuntun tangannya menyentuh wajah Delice. Wajah Delice seperti seorang bayi yang tenang ketika tertidur, tapi Delice bisa saja berubah menjadi seorang iblis saat terbangun.

"Kau ternyata bisa setenang ini, Tuan," gumam Naura.

Delice hanya pura-pura terus tidur hingga dirinya benar-benar terlelap dalam ketenangan. Delice tidak terbiasa tidur terlalu lama, sehingga baru 30 menit, matanya sudah terbuka.

Delice melihat Naura yang tidur di atas kursi saat menemaninya. Delice memindahkan tubuh Naura di atas ranjang, menyelimutinya dan mencium keningnya.

CUPPP...

"Selamat istirahat, Istri kecilku!" gumam Delice dengan suara yang begitu lirih.

Delice membuka brankas yang ada di dalam kamarnya, mengambil sebuah pistol dan menyelipkannya di balik jas yang baru saja di menempel pada tubuh tegapnya.

Ruang utama yang begitu berisik, sangat mengganggu ketenangan Delice. Delice menghampiri sekumpulan pelayan yang berada di ruang utama.

TUKKK... TUKKK... TUKKK...

Suara kaki Delice memberikan irama melody yang menyeramkan. Kegaduhan menjadi hening seketika. Mata para pelayan tertunduk, berbaris rapi, dan bibir mereka terbungkam begitu rapat.

"Apa yang terjadi?" tanya Delice.

Suasana hati Delice sedang baik, sehingga tidak langsung melayangkan sebuah tembakan yang langsung mengenai titik vital.

"Menjawab, Tuan! Ada sebuah kiriman untuk Tuan yang membuat kami semua terkejut," jawab Maria.

"Urusan kiriman itu, biarkan saja. Nanti aku akan melihatnya. Maria, mandilah dan datang padaku!" pinta Delice.

Maria begitu di sayang oleh Delice karena siap melayaninya dalam segi apapun, termasuk di atas ranjang. Hubungan mereka bukan lagi sebuah rahasia, karena Delice selalu membayar tubuh Maria secara terang-terangan.

Bagi Maria, bisa naik ke atas ranjang bos besar adalah suatu kebanggaan. Tanpa Maria pahami, perlakuan Delice setelah puas adalah menghina tubuhnya yang begitu murah. Delice tidak segan melemparkan lembaran uang, ataupun secarik cek kosong.

Maria berdandang dan begitu wangi. Berjalan lenggak-lenggok bagaikan model yang sedang show. Olin menggeleng-gelengkan kepalanya, melihat majikan yang di ikutinya selama 8 tahun, tidak pernah berubah.

"Tuan, kapan Tuan akan sadar? Bagaimanapun, Nyonya tidak pantas Anda perlakukan seperti ini. Apa yang bisa aku bantu untuk Nyonya?" batin Olin.

"Heh! Jangan menatap Maria begitu," Juliet menyenggol Maria yang terlalu jauh terjun dalam lamunan.

"Iya!" jawab Olin.

***

TOK... TOK... TOK...

"Masuklah, sayang!" ucap Delice. "Tidak perlu di tutup. Tidak akan ada juga yang berani datang kemari," imbuhnya.

"Baik, Tuan!"

Pintu terbuka sangat lebar. Maria mendatangi Delice dengan dengan tatapan mata yang penuh dengan godaan.

BRUKKKKK

"Aku tidak suka bertele-tele dan menunggu lama," ucap Delice.

Keinginan birahi yang begitu menggebu-gebu, membuat Delice tidak bisa menahan sedetikpun untuk tidak menyentuh wanita yang ada di hadapannya. Delice tidak pernah berciuman dengan wanita kecuali Naura.

Bibir Delice terus menelusuri leher Maria yang masih wangi. Tangannya mulai menanggalkan satu per satu pakaian yang di pakai Maria. Tubuh maria hanya tinggal di tutupi dengan segita berenda di antara kedua kakinya.

Tangan Delice menyentuh dada Maria dengan rakus. Bibirnya memainkan dada yang sudah tidak sekencang dulu.

"Uhhhhhh... Tuan!" rancau Maria.

Tangan Maria juga tidak hanya diam. Tangannya mulai membuka kancing kemeja Delice. Dua manusia yang saling membutuhkan. Pria membutuhkan sentuhan, dan wanita membutuhkan uang, sehingga cara yang salah juga tetap di terjang.

***

Naura mencuci wajahnya setelah menyadari dirinya tertidur saat menemani Delice. Suasana sangat sepi. Semua pelayan sangat sibuk dengan aktifitasnya.

"Semuanya sibuk. Lalu, siapa yang memindahkanku di atas ranjang?" batin Naura.

Naura turun ke lantai bawah, tapi tidak ada satu orangpun. Mereka semuanya berada di luar, karena Delice sangat tidak suka jika ada yang mengganggu kesenangannya.

"Eh, di sebelah sana ada suara," gumam Naura.

Naura mengikuti sumber suara untuk menemukan Olin. Naura begitu bosan sehingga ingin Olin menemaninya berkeliling taman.

Suara yang Naura dengar semakin aneh. Bukan suara seseorang yang tengah saling berbicara, melainkan seperti sebuah desahan dan erangan. Naura tidak bermaksud untuk melihat apa yang di lakukan Delice, tapi tanpa sengaja, kakinya melangkah dan melihat semuanya. Tuhan seperti menuntun langkahnya untuk membuat Naura tahu satu per satu kelakuan busuk Delice.

"Hahhhh? Kemarin Rehanna, sekarang Maria. Apa kau memang begitu?" batin Naura.

DUKKKKK...

Sebuah pot kecil jatuh saat Naura hendak meninggalkan ruangan yang membuat hatinya berdenyut nyeri. Naura menyenggol pot dengan sikunya tanpa sengaja, sehingga membuat Delice terkejut.

"Siapa di sana?" teriak Delice.

Naura menoleh ke arah Delice dengan tatapan mata yang kecewa. Berbeda dengan Maria yang menatap Naura dengan kesal dan kebencian.

"Naura!" pekik Delice. Delice membenahi celananya yang belum sepenuhnya turun lalu berlari ke arah Naura berdiri. Naura tidak berani beranjak tanpa perintah Delice.

"Nau..." belum sempat menyebut nama Naura dengan benar, Naura sudah menepis tangan Delice yang hendak menyentuhnya.

"Kenapa... Kenapa kau melakukan hal itu barusan? Kenapa aku tiba-tiba jijik melihat pria ini?" batin Naura.

"Maaf, Tuan!" Naura berlari menjauh dari Delice.

Delice menatap tangannya yang di tolak oleh Naura. Ada rasa sakit yang menusuk-nusuk dadanya, sehingga tubuhnya diam, kaku dan hanya menatap Naura yang berlari menjauh.

"Kenapa rasanya begitu sakit?" batin Delice.

"Tuan!" Maria memeluk Delice dari belakang.

"Menjauhlah!" bentak Delice.

Maria melepaskan pelukannya. Delice mengeluarkan dompet dari celana yang di pakainya. lalu melemparkan sejumlah uang di wajah Maria. Rasa sakit yang baru saja di rasakan oleh Delice, membuat moodnya sangat buruk.

"Aku harus pergi sebelum aku mneyiksa Naura," batin Delice.

"Kau jangan terlalu meninggikan dirimu, meskipun kau berhasil naik di atas ranjangku," bisik Delice penuh penekanan.

"Mak... Maksud Tuan?" tanya Maria dengan suara terbata-bata karena suara Delice terdengar mengerikan di telinganya.

"Bukankah kau sudah menerima uang dariku? Jadi, hanya segitulah hargamu!"