Otot-otot ditubuh Delice sudah lama tidak digerakkan. Terasa kaku. Perang logika mulai terpancar. Delice belum pernah melihat Clai bertarung. Namun jika dinilai dari orang-orang yang dilatih Clai, mereka dominan menggunakan kaki untuk menyerang.
Benar saja. Clai mengayunkan kakinya. Delice menangkat kaki itu, menarik rambut Clai dan membenturkan kepalanya sendiri dititik vital kepala Clai.
Clai tidak goyah. Dia menyerang menggunakan siku secara tiba-tiba. Menarik. Itu yang saat ini Delice rasakan setelah darah keluar dari hidungnya.
"Jarang-jarang ada orang yang membuatku berdarah. Aku memujimu!" kata Delice.
Clai orang yang berbakat. Jika dia berniat menghabisi Delice, Clai pasti sudah memerintahkan orang-orangnya untuk mengepung tapi Clai masih menggunakan pendiriannya sebagai seorang petarung.
Buakkkkkk!
Buakkkkk!
Buakkkkk!
Support your favorite authors and translators in webnovel.com