webnovel

My version, Lucia [Hunter x Hunter]

Aku adalah seorang gadis biasa yang berumur 29 tahun dan namaku adalah Airine. Hidupku bisa dibilang sangatlah biasa dan membosankan. Aku ini termasuk otaku, sangat menyukai anime. Untungnya masih belum akut. Pada suatu hari, saat aku terbangun dari tidurku dan membuka mataku, aku terkejut dan bingung. Kenapa? Ya karena aku bukan berada di dalam kamarku sendiri. Sepertinya aku sudah berada di dunia yang bukan dari duniaku. Aku melihat sekelilingku, tidak ada jendela, hanya ada satu pintu besi yang terkunci, dan ada banyak boneka dan mainan di ruangan ini. Kenapa aku terkurung di tempat ini? Entah kenapa aku merasa tempat ini tidak asing, dan aku sering melihat hal-hal seperti ini. Tapi dimana ya? Aku sangat yakin, kalau aku berada di dunia anime. Tunggu itu berarti... Apa aku mati?! Atau bereinkanasi? Bertransmigrasi? Tunggu! Kenapa tidak ada Dewa atau Dewi atau Tuhan yang akan memberikanku system atau apa pun itu yang biasanya muncul seperti yang aku baca di novel-novel pada umumnya? Silva, ayahku memberiku tugas dan aku keluar meninggalkan rumah. Aku mengikuti ujian Hunter. Bisakah aku menjadi seorang Hunter profesional bersama Gon dan teman-temannya? -------------------------------------------------------------- Sebelum membaca lebih lanjut, saya memohon maaf yang sebesar-besarnya, jika ada kata-kata yang menyinggung atau tidak berkenan dihati. Cerita ini hanya untuk kesenangan saya sendiri atau hanya untuk menghibur semata. Cerita ini hanyalah fiksi penggemar dan di ambil dari cerita HxH (Hunter x Hunter). Semoga kalian suka ya. Selamat membaca :D

Rybee · อะนิเมะ&มังงะ
Not enough ratings
145 Chs

73 - Gerbang x Pengujian Part 2

Seaquant sedang menelepon ke bagian pusat tempat di mana kepala pelayan tertinggi dari keluarga Zoldyck yang bernama Gotoh tinggal. Semua komunikasi dengan rumah utama harus melalui kepala pelayan. Dia melaporkan bahwa Gon dan lainnya sedang melatih diri mereka supaya bisa mendorong gerbang pengujian.

Gotoh : Apa? Gerbang pengujian?

Gotoh sedang memegang siku lengannya untuk menahan emosinya.

Gotoh : Sore de? (Lalu?)

Seaquant : Oh, tidak. Saya hanya ingin memberitahu anda.

Gotoh : Wakatta (Aku tahu).

Setelah itu, tanpa berbasa basi lagi Gotoh langsung menutup teleponnya. Dia mengabaikan hal itu dan beranjak pergi dari sana. Sedangkan di bagian Seaquant, terlihat Seaquant menaikan alisnya. Dia terdiam lalu menurunkan ganggang teleponnya dan melihat ke arah ganggang telepon itu.

Seaquant : Seperti biasa, dia selalu dingin dan tidak bisa di ajak bicara.

Lucia berjalan santai di sepanjang lorong yang dingin, gelap dan panjang di dalam rumahnya. Lorong itu hanya dipenuhi oleh lilin pada setiap jarak tertentu yang terdapat di setiap tembok. Walaupun adanya cahaya lilin yang menerangi lorong panjang itu, tapi suasana lorong itu masih tetaplah terasa gelap dan dingin.

Lucia tiba tepat di sebuah ruangan dengan pintu besi yang sangat besar dan kokoh. Dia menghela nafas ringan lalu tersenyum saat berdiri di depan pintu tersebut. Dia mendorong pintu besi itu lalu memasuki ruangan tersebut.

Lucia : Oyaji**, hisashiburi. Watashi kita yo (Ayah, lama tidak berjumpa. Aku disini) *tersenyum*

(**sebutan untuk seorang ayah atau pria tua atau bapak-bapak. Meskipun artinya sama dengan otousan tapi sebutan "oyaji" lebih ke arah informal dan biasanya digunakan untuk para yakuza.)

Silva duduk santai sambil menatap tajam ke arah Lucia yang berdiri di ambang pintu, lalu dia tersenyum.

Silva : Luci, kocchi koi! (Luci, kesini!)

Lucia langsung pergi ke tempat Silva, lalu duduk di samping Silva tanpa sedikit rasa takut maupun keraguan.

Silva : Luci, bagaimana ujianmu?

Lucia : Membosankan.

Tiba-tiba Lucia mengeluarkan tiga botol kecil berukuran 100cc dari dalam tasnya. Lalu menyodorkan botol itu ke Silva. Lucia hanya tersenyum sambil menatap Silva. Silva yang mengerti pun langsung menggoreskan tangannya dan darah segarnya langsung mengalir ke dalam botol tersebut.

Lucia : Tadi sebelum kemari, aku bertarung dengan kakek tua sialan itu. Ingatkan yang dulu ayah pernah menyuruhku untuk membunuhnya. Ternyata dia tidaklah mati. Dan kali ini pun dia berhasil kabur lagi! (merasa kesal)

Silva tertawa lalu kembali menatap Lucia dengan tajam.

Silva : Kau itu satu-satunya pengguna Nen Tokushitsu (Spesialisasi) di keluarga ini, kau harus lebih kuat dari kakak-kakakmu, jadi asahlah kekuatanmu itu.

Lucia : Aku tahu (tersenyum licik) Ah! Ayah, aku ada satu permintaan, apa kau akan mengabulkannya?

Silva : Katakanlah.

Belum sempat Lucia mengatakan yang dia inginkan, tiba-tiba pintu ruangan terbuka, terlihat Kikyo muncul bersama dengan Kalluto. Lucia menatap Kikyo dan Kalluto dengan tatapan sinis. Kikyo sedikit tersentak kaget atas kehadiran Lucia yang sedang duduk santai di ruangan tepatnya di samping Silva.

Kikyo : Kau! Kenapa ada disini?!

Lucia : Kenapa aku tidak boleh berada di sini? Ini kan rumahku juga (tersenyum polos)

Kikyo : Kau...!

Lucia tidak perduli dengan tatapan benci sang Ibu, dia bangkit dari tempat duduknya. Dia melewati Kikyo dan Kalluto dengan cuek begitu saja dan berjalan menuju ke arah pintu lalu berhenti dan sedikit menoleh ke belakang.

Lucia : Ayah, aku akan membawa oniichan pergi dari sini setelah Gon berhasil mendorong gerbang itu, tapi kau tidak perlu khawatir. Kemanapun atau apapun yang kita lakukan, mau bagaimana pun juga, kau sangatlah tahu kalau kita pasti tidak akan bisa lepas darimu karena aku maupun oniichan tetaplah anakmu. Kamu mempercayaiku, kan? Tidak tapi kau memang percaya padaku (tersenyum)

Kikyo : Apa yang kau bicarakan?! Itu tidak akan pernah terjadi!! (berteriak)

Lucia mengabaikan Kikyo. Walaupun pintu besi sudah tertutup rapat, akan tetapi masih terdengar keluhan Kikyo tentang dirinya kepada Silva. Lucia mengabaikan semua itu, dia berjalan menuju ke ruangan penyiksaan yang ada di bawah tanah, di mana tempat Killua berada.

Tidak lama kemudian, Lucia tiba di sebuah ruangan penyiksaan lalu mendorong pintunya. Terlihat Killua masih bergelantungan dengan kedua tangan yang dirantai dan tubuh yang penuh dengan luka cambuk. Lucia berjalan perlahan ke tempat Killua lalu berdiri tepat di depannya. Killua mengangkat kepalanya, dia tersenyum lebar saat melihat kedatangan Lucia.

Lucia : Sakit? (tersenyum)

Killua : Tidak. Kau kemana saja? (tersenyum)

Lucia : Kota Meteor (tersenyum)

Killua : Kenapa ke sana?

Lucia : Melakukan tugas yang ayah suruh yang belum terselesaikan dulu.

Killua : Hm.

Lucia : Aku bertemu Gon, Kurapika dan Leorio di depan gerbang utama tadi (tersenyum)

Killua : Benarkah?! Apa mereka--

Belum sempat Killua menyelesaikan perkataannya, Lucia memotongnya hanya dengan menggelengkan kepalanya. Senyuman Killua pun sirna.

Lucia : Tapi jangan khawatir. Mereka itu sungguh tangguh dan keras kepala terutama Gon.

Killua tertawa dan menyetujui perkataan Lucia tentang kekeras kepalanya Gon.

Lucia : Aku juga sudah melatih mereka, besok pagi mereka pasti bisa mendorongnya. Lalu setelah itu, kita akan keluar dari rumah ini bersama-sama ya (tersenyum)

Killua : Aku tidak sabar untuk bisa keluar dari sini, tapi apa maksudmu melatih mereka?

Lucia : Ya tunggulah sehari lagi (tersenyum) Aku menyuruh Mike mengejar mereka sambil menggunakan baju pemberat ditubuh mereka.

Killua tertawa lagi dan kali ini lebih keras. Lucia hanya tersenyum.

Killua : Kau itu selalu sadis ya! Hahaha...

Lucia : Kalau tidak begitu, mereka tidak akan bisa mendorong gerbang itu (tersenyum jahil)

Tiba-tiba pintu terbuka dan terlihat Milluki datang dengan membawa cambuk.

Lucia : Ah, halo aniki (tersenyum)

Milluki : Kau sudah pulang, Luci?

Lucia : Begitulah. Hm, sepertinya selama aku tidak ada, kau begitu senang ya? Ku rasa kau sudah cukup puas untuk menyiksa oniichan, bukan? Tidak mungkinkan, kau ke sini hanya untuk ngobrol? Apa kau bermaksud untuk mencambuk oniichan lagi? (tersenyum)

Lucia mendekati Milluki yang sedikit ragu. Dia terpaku diam ditempatnya sambil memegang erat cambuknya. Awalnya Lucia tersenyum lalu raut wajahnya tiba-tiba berubah menjadi dingin yang menyeramkan saat dia berdiri di hadapan Milluki.

Lalu tanpa berkata apa pun, Lucia menatap Milluki seolah-olah berkata "Kubunuh kau!", itulah pesan yang terlintas dari tatapan Lucia ke Milluki. Setelah itu, dengan cueknya Lucia melewati Milluki yang membeku begitu saja dan berjalan ke arah pintu, mendorong pintu tersebut lalu berhenti dan menoleh ke arah Killua.

Lucia : Oniichan, Gon menitip salam padamu. Katanya dia akan segera datang untuk menemuimu lalu... Selamat beristirahat ya (tersenyum)

Killua tersenyum. Pintu kembali tertutup rapat. Tubuh Milluki sedikit bergetar karena merasa sedikit takut dan juga menahan rasa emosinya, dia membanting cambuknya ke lantai dengan kesal.

Milluki : Kusooo!!! (Sialaaann!!!) *sedikit berteriak*

Milluki menatap Killua yang cuek dengan geram dan sinis, setelah itu dia keluar dari ruangan itu seraya membanting pintu besi itu. Killua hanya tersenyum.

Milluki : Sialan! Kenapa semua berpihak pada Kil, sih?! Padahal bocah itu hanya sedikit lebih kuat dan hebat dariku, tapi kenapa juga aku harus merasa ragu dan takut begini?! (mengomel)

Keesokan paginya, dua jam sebelumnya Gon, Kurapika dan Leorio masih dikejar sama Mike, kali ini bukan hanya memakai baju pemberat melainkan juga sambil membawa dua ember besar dan masing-masing ember seberat 10 kg.

Sekarang mereka bertiga sudah berdiri di depan gerbang pengujian. Dengan penuh kepercayaan diri mereka bertiga menatap lurus dan serius ke arah gerbang itu.

Leorio dan Kurapika sedang melakukan pemanasan tubuh lalu setelah itu mereka maju ke depan dan mengambil posisi lalu mendorong gerbang itu sekuat tenaga setelah mendapatkan aba-aba dari Lucia yang berdiri di belakang mereka.

Kurapika dan Leorio : Ughhhh!!!

Lucia : Chigau, chigau! (Salah, salah!) Bukan begitu caranya! Jangan main asal dorong saja dong! (mengomel)

Kurapika : Bisa kau jelaskan lebih detail?

Leorio : Coba beritahu triknya dong!

Lucia : Ttaku! (Dasar!) Denger ya! Perhatikan waktunya, lalu jangan dorong satu gerbang saja, doronglah kedua gerbang dengan sekuat tenaga secara bersamaan. Dengan begitu gerbangnya baru bisa terbuka! Lalu pada saat gerbang sudah mulai tergeser jangan longgarkan kekuatanmu supaya kalian tidak terpental, cepat langsung dorong lagi. Pusatkan semua tenaga pada lenganmu. Kalau kali ini gagal, kalian harus dikejar Mike lagi ya! Ngerti?!

Gon, Kurapika dan Leorio saling pandang lalu tersenyum.

Leorio : Ayo Kurapika! Kali ini aku yakin kita pasti bisa mendorongnya!

Gon : Apa aku juga boleh ikut mendorong?

Leorio : Bicara apa kau ini Gon?!

Kurapika : Lenganmu itu bagaimana?

Lucia : Lenganmu sudah sembuh ya?

Gon memegang bahu lengannya.

Gon : Aku rasa lenganku sudah tidak apa-apa.

Leorio : Be-benarkah itu? (merasa ragu)

Gon : Un! (Ya!)

Lucia : Kalau begitu coba lepaskan gips nya.

Setelah itu, Gon melepas gips nya dan ternyata lengan Gon benar-benar sudah sembuh total.

Leorio : Baiklah kita hitung secara bersamaan ya!

Gon dan Kurapika : Ya!

Lucia : Tapi sebelum itu...

Gon : Apa?

Lucia : Lepaskan baju pemberat yang ada di tubuh kalian itu.

Leorio : Oh! Arigatee! (Oh! Terima kasih!) Ini nih yang sudah kutunggu dari tadi! (merasa senang dan bersemangat)

Mereka bertiga langsung membuka baju pemberat itu dan membuangnya ke tanah.

Leorio : Yosha! (Baiklah!)

Lucia : Paman, coba kau seorang diri saja yang mendorongnya.

Leorio : Eh?!

Lucia : Percayalah (tersenyum)

Leorio : Baiklah, akan kucoba!

Leorio memutarkan lengannya untuk melakukan pemanasan sekali lagi lalu tersenyum penuh dengan kepercayaan diri.

Lucia : Sekarang coba doronglah (tersenyum)

Leorio : UGHHH!! (mendorong)

Tiba-tiba gerbang bergeser sedikit. Seketika itu juga Gon dan Kurapika langsung tersenyum lebar.

Gon : Lihat! Gerbangnya bergeser!

Kurapika : Ya!

Lucia : Jangan kendurkan tenagamu! Kerahkan semua kekuatanmu! Apa cuma segitu saja paman?! Lemah banget! Ayo dorong sekuat tenagamu! (berteriak)

Lucia sengaja memanas-manasi Leorio dengan kata-katanya.

Leorio : CHIKUSOOOO!! (SIALAANNNN!!) AKU TIDAK LEMAHHHHH!!! UWOOOOOO!!! (berteriak keras)

Dan pada akhirnya tanpa dia sadari dua buah gerbang terbuka meskipun hanya cukup untuk dilewati oleh satu orang. Leorio langsung melepas kedua tangannya dan mundur ke belakang. Gerbang yang terbuka, setelah beberapa detik kemudian, otomatis langsung tertutup rapat kembali.

Leorio tidak percaya dengan apa yang dia lihat sekarang. Tanpa bisa mengungkapkan dengan kata-kata, dia melihat ke arah Gon dan Kurapika. Terlihat dengan sangat jelas raut wajahnya menunjukkan ekspresi bahagia. Lalu tiba-tiba dia mengangkat tinggi satu tangannya ke atas dan berteriak keras, "YOSHAAAA! (YESSSS!) AKU BERHASIL!"

Kurpika : Yatta naa, Leorio! (Kau melakukannya, Leorio!)

Lucia : Selamat, paman! Kau langsung bisa membuka dua pintu gerbang sekaligus (tersenyum sambil bertepuk tangan)

Gon : Leorio hebat!! (kagum)

Leorio : Hehehehe... (tersipu malu sambil memegang kepalanya)

Lucia : Nah, sekarang bagaimana kalau Kurapika dan Gon mencobanya juga? (tersenyum)

Lalu Gon dan Kurapika hanya bisa membuka satu gerbang, meskipun begitu gerbang yang dibuka oleh Gon dan Kurapika bisa terbuka sepenuhnya dengan sangat lebar, sehingga mereka semua bisa langsung masuk bersama-sama.

Gon dan teman-temannya yang sudah berhasil membuka gerbang, sekarang berjalan masuk ke dalam hutan yang terdapat di dalam kediaman Zoldyck, mereka melewati banyaknya pepohonan dan mendaki gunung sambil berbincang-bincang.

Sementara itu di halaman belakang rumah utama, terlihat Kikyo sedang menikmati teh dan kuenya sambil berbincang dengan Gotoh. Gotoh memberitahukan bahwa Gon dan lainnya telah berhasil mendorong gerbang dan sedang menuju ke sini dan itu semua berkat bantuan Lucia.

Kikyo : Mereka berhasil mendorongnya?

Gotoh : Ya, Lucia ojousama yang membantu mereka.

Kikyo : Lagi-lagi anak itu! (menggertakkan giginya dengan kesal).

Gotoh : . . . . .

Kikyo : Kau tahu anak itu selalu membuat masalah dan membuatku sedih! Lagian kau tahu, Killua-ku lagi masa kritis dan kita tidak bisa membiarkan siapapun di dekatnya! Terutama mereka karena Killua tidak memerlukan teman disisinya! Wakatteru wa yo ne? (Kau mengerti, kan?)

Gotoh membungkukkan badannya 45 derajat ke arah Kikyo.

Gotoh : Ya.

Setelah itu Kikyo berdiri dan membuka payungnya lalu beranjak pergi dari sana meninggalkan Gotoh yang masih membungkukkan badannya.

-Bersambung-

☆JANGAN LUPA VOTCOM☆