Hanya satu hari jika aku bisa bersamamu, hanya satu hari jika aku dapat menggenggam tanganmu, hanya satu harus jika kita dapat bersama-sama
--------------‐-------------------------------------------------------
Jimin mondar-mandir didalam ruangannya. Ia tidak pernah merasa gugup sebelumnya selama waktu yang cukup lama.
Jimin sudah siap dan terlihat gagah dengan tuksedo berwarna hitam nan mewah. jasnya memiliki ukiran bordir emas. Tubuh rampingnya membuat jas itu sangat melekat manis ditubuhnya.
Rambut silvernya tertata rapih dan diselipkan ditelinganya. Membuat wajahnya semakin terlihat siap untuk meminang seorang perempuan yang ia yakini dapat menjadi pasangannya selamanya.
Jimin mengingat kejadian kemarin yang membuat perempuan itu menjadi pucat dan terlihat sakit. Namun pagi ini ia tidak boleh bertemu dengannya oleh para Noonanya. Itulah yang membuatnya khawatir.
Walaupun Hye Jin tidak berfikir yang macam-macam saat Jimin membaca fikirannya namun itu tidak membuat Jimin menjadi tenang.
Para saudaranya datang satu persatu dan berdecak kagum pada sang pengantin baru. Namun Jimin tidak menerima hal itu dari Taehyung. Mereka semua saling berpelukan pada Jimin dan menyelamati sekaligus menyemangati Jimin yang tetap memasang wajah sangat serius.
Jung Kook menarik Jimin untuk duduk dan bersantai sedikit. Ia memijit tengkuk Jimin.
"Jimin... Akhirnya kau berada diposisi seperti yang kita nantikan dari dahulu", ujar Jin sembari menaruh tangannya pada bahu Jimin.
Jimin menghela nafas, "Apa Hye Jin baik-baik saja?", suaranya terdengar penuh dengan kekhawatiran.
"jangan terlalu khawatir Hyeong. Percayakan saja pada para wanita. Mereka lebih mengerti".
Jimin menunduk, ia merasa sangat sedih karena ingin mengungkapkan hal ini, "Mungkin kalian tidak mengetahui mengapa aku ingin memilikinya walaupun ia tidak ingin berada disisiku".
Semua terdiam, suasana semakin hening. Nam Joon pun membenarkan posisi duduknya. Menatap dalam sosok Park Ji Min yang semakin dewasa semenjak mengenal Lee Hye Jin.
"Ia tidak pernah memiliki kebahagiaan semenjak seorang Vampire gila merebut hal itu darinya", Jimin mengingat betapa benci ia pada Han Seung Woo, "aku baru mengetahui kemarin betapa menderita hidupnya semenjak orang tuanya meninggal. Mungkin inilah alasan yang awalnya tidak dapat ku mengerti mengapa diri ini tidak dapat menahan keinginan untuk memilikinya".
Jimin menatap para saudaranya yang terdiam dan menjadi pendengar yang baik. Walaupun Taehyung tetap memilih untuk tidak menemuinya.
"Awalnya aku hanya ingin bermain dengannya. Menjadikannya sebagai manusia pribadiku yang dapat ku minum darahnya kapanpun ku mau karena hanya dia yang tahan denganku namun kejahatanku tidak berselang lama saat aku bersamanya terus menerus walaupun tubuhku tidak ada disampingnya. Aku ingin membahagiakannya, membuatnya menjadi manusia yang paling beruntung setiap harinya".
Suga menengadahkan kepalanya yang sebelumnya tertunduk, "Apa maksudnya sebagai manusia?".
Nam Joon melotot ke arah Suga karena ia tidak berfikir sejauh yang Suga fikirkan namun ia akhirnya diam karena ingin tahu penjelasan Jimin juga.
"Aku tidak berniat menjadikannya sebagai salah satu dari kita".
Jung Kook melepaskan tangannya dari bahu Jimin, "Hyeong! Jangan gila!".
"Aku tidak bisa", Jimin merasa sangat putus asa.
Nam Joon berdiri dan berkacak pinggang. "Lalu apa yang akan kau katakan pada Volturi? Kau fikir kita keluarga Cullen?", baru kali ini suara Nam Joon terdengar sangat meremehkan.
Jimin menatap lurus ke arah Nam Joon, "Aku akan menaruh diriku menjadi jaminannya jika Hye Jin berniat buruk pada kita maka aku akan mati ditangan mereka!".
"CUKUP PARK JI MIN!", bentak Nam Joon. Suaranya menggelegar dan membuat semua orang tertunduk kecuali Jimin yang tetap menatapnya dengan lekat.
"Batalkan pernikahan ini jika itu niatmu!".
Jimin berdiri, suasana semakin kacau. "Kau tidak dapat memerintahku semaumu!".
Jung Kook menggenggam tangan Jimin dan meremasnya namun Jimin menghempasnya dengan kasar dan berdiri dengan tegak.
"Kau memang selalu berbuat semaumu dan aku tidak pernah melarangmu!".
"lalu kenapa sekarang kau melarangku? Apa hakmu Hyeong?!".
Suga berdiri dengan cepat lalu dengan kekuatannya ia mendorong Jimin hingga ia tersungkur disudut ruangan. Gigi taring Suga mencuat dan wajah putih bersihnya berubah menjadi merah.
Jin, J-hope dan Jung Kook menahan Suga. Lelaki kecil yang selalu diam itu memiliki kekuatan yang tidak disangka-sangka. Suga sangat menghormati wibawa Nam Joon dan ia akan memprioritaskan leadernya itu dari siapapun.
Jimin berdiri sempoyongan dan membetulkan jasnya. Ia pun terlihat sangat emosi.
Nam Joon menahan Suga, "Kita akhiri semua ini disini. Aku akan berbicara pada Hye Jin".
Jimin berlari ke arah Nam Joon namun ia tidak dapat berkutik saat para saudaranya menggenggamnya dengan erat.
"Hyeong!!!! Nam Joonnnnn!!!! KAU TIDAK BOLEH BICARA APAPUN PADA HYE JIN!!! ANDWAEEEEE!!!!!!".
.
.
.
Diruangan yang berbeda. Ruangan itu dipenuhi dengan dekorasi bunga yang membuat Hye Jin merasa nyaman. Ia dirias dan juga dirawat oleh para perempuan suruhan keluarga ini. Kecuali untuk riasan wajahnya.
Ji Soo menjadi orang yang bertanggung jawab atas paras itu. Bahkan Hye Jin tidak percaya bahwa pantulan dicermin adalah miliknya. Ia tersenyum, membuat matanya berkaca-kaca. Hye Jin tidak pernah berfikir akan berada disituasi seperti ini dengan cepat.
Sowon dan juga So Yeon kembali dengan sebuah manekein yang memakai gaun berwarna putih. Gaun itu membuat Hye Jin kagum. Jahitan pada bagian belakang sangatlah indah. Itu adalah karya Jimin. Lelaki keras dan dingin itu memiliki bakat nyaris sempurna.
Hye Jin menyusuri setiap jengkal gaun dengan jarinya. Ia sangat kagum walau sedetik kemudian rasa takut kembali menyerangnya. Hye Jin duduk kembali dan ia menundukkan kepalanya.
Ji Soo menepuk pundaknya, "Begitulah menjadi pengantin. Manusia manapun pasti akan merasakan sepertimu Hye Jin. Jangan khawatir. Aku bahkan iri padamu".
"mengapa begitu?", Hye Jin bertanya.
"Karena kami bertemu saat aku bukan lah manusia juga. Aku tidak memiliki perasaan sepertimu Hye Jin saat menikah. Tidak ada rasa khawatir karena kami tahu akan hidup bersama selamanya. Nikmatilah perasaan itu Hye Jin. Kau beruntung".
Hye Jin tersenyum, "sebenarnya aku tidak tahu mengapa aku merelakan hidupku untuk makhluk seperti kalian. maaf tapi aku hanya manusia biasa".
So Yeon mengangguk, perempuan dengan dress hitam berdada rendah itu memeluk Hye Jin, "kurasa kau sudah jatuh cinta pada Park JiMin tanpa kau sadari".
Hye Jin terpaku saat kata-kata So Yeon membuat hatinya bergetar. Setiap jengkal Jimin berkelebat didepannya saat Joonie Oppa masuk kedalam ruangan.
"wowww... kau sangat cantik Hye Jin. kerja bagus Ji Soo".
"gomawo Oppa".
Nam Joon menarik kursi dan duduk tepat dihadapan Hye Jin yang menatapnya dengan tatapan tidak mengerti mengapa Nam Joon menghampirinya dengan tatapan menyedihkan dari sorot matanya.
"Kita harus batalkan semua ini sekarang".
"Apa? Mengapa begitu?", ujar Ji Soo mewakili Hye Jin yang hanya terdiam.
"kalian keluarlah terlebih dahulu. Aku hanya akan berbicara pada Hye Jin".
Ji Soo seperti ingin membantah namun ia memilih mengalah karena ia tahu inilah yang terbaik jika Joonie Oppa sudah bicara.
Mereka semua keluar bersamaan dari ruangan dan meninggalkan Hye Jin yang terlihat kaku duduk dihadapan seseorang seperti Joonie Oppa yang terlihat sangat dewasa dan juga hangat namun kata-kata yang keluar barusan membuat Hye Jin merasa tidak nyaman.
"Apa kau tahu bahwa setelah menikah kau harus menjadi salah satu dari kami?".
"maksudmu?".
Nam Joon tersenyum. Ia tidak habis fikir bahwa Hye Jin benar-benar tidak tahu.
"Kau tidak dapat menjadi bagian dari kami sebagai manusia biasa. Kau lihat para pasangan kami? Mereka semua sama seperti dengan kami".
Hye Jin menelan salivanya yang mengeras namun tenggorokannya terasa benar-benar kering saat ia mencerna perkataan Nam Joon. Mata lelaki itu menatap dalam ke mata Hye Jin yang semakin memerah karena menahan air mata. Hye Jin tidak ingin merusak karya Ji Soo hari ini.
"Tidak mungkin dengan mudahnya aku membatalkan ini apalagi ....", Hye Jin menengok dan terkejut karena mendapatkan Jimin yang sudah terlihat kacau dengan pakaian yang seharusnya membuat ia terlihat bak pangeran di film disney.
Nam Joon menatap dengan penuh prihatin, ia memberi kode pada Suga dan Jin yang berusaha membuat Jimin keluar untuk membiarkannya saat ini.
Jimin berjalan ke arah Hye Jin yang sudah terbalut dengan gaun yang ia selesaikan hanya dalam waktu kurang dari dua hari. Sudut bibirnya tertarik saat ia harus mengakui ditengah kekacauan yang ia buat bahwa Hye Jin terlihat sangat indah dan cantik.
Perempuan berbalut gaun putih, rambutnya digelung dengan aksesoris mawar merah. Hye Jin kembali menunduk. Nam Joon beranjak dan membiarkan Jimin duduk ditempatnya yang menghadap pada Hye Jin.
"Jin-ah", lirih Jimin, air matanya menetes dengan semua rasa bersalahnya yang membuat dirinya semakin dirundung penyesalan. Begitu gigih ia membuat Hye Jin memakai gaun itu, berkata iya terhadap lamarannya, "maafkan aku...".
Jimin meraih jemari Hye Jin, menggenggamnya, lalu mengecup punggung tangan Hye Jin. Pundaknya gemetar tatkala fikirannya bergemuruh hebat.
Hye Jin merasa ada yang salah dengan dirinya. Ia merasa hancur melihat makhluk didepannya yang selalu menunjukkan betapa kuat dan hebatnya ia, ajaib dirinya dan juga seberapa ia sangat sombong sekarang menggenggam tangannya, menundukkan kepala dan merendahkan diri hingga menangis dihadapan Hye Jin. Perempuan biasa yang tidak memiliki apapun di dunia ini selain dirinya sendiri.
Hye Jin menoleh ke arah Nam Joon yang hanya menunduk dan memijit pelipisnya dengan jarinya yang panjang.
"Joonie Oppa... Aku tidak bisa mundur. Maafkan aku", tutur Hye Jin dengan suara yang mantap, tanpa getaran yang sebelumnya ia tunjukkan.
Nam Joon membulatkan matanya, tidak mengerti apa yang Hye Jin katakan.
Begitu pula dengan Jimin yang langsung menengadahkan kepalanya. Matanya yang sembab meminta penjelasan pada Hye Jin yang langsung mengulas senyuman dengan bibirnya yang berwarna merah.
"Andwae... Aku tidak ingin kau mati... Aku tidak ingin kau menjadi sepertiku... Aku tidak pantas bersamamu...".
Tangan Hye Jin meraba pipi Jimin, "Aku tidak tahu mengapa aku begitu yakin. Bahkan tidak pernah ku lakukan sesuatu tanpa berfikir panjang. Namun hari ini, aku tidak ingin memundurkan satu langkah pun darimu".
Hye Jin tersenyum, "Aku tidak pernah merasakan jatuh cinta dan aku tidak tahu bagaimana perasaan itu namun bersama makhluk aneh sepertimu, awalnya membuat ku takut. Siapa yang tidak takut jika melihat lelaki sepertimu ternyata seorang monster tapi itu hanya pemikiran awalku saja. Mungkin kita berbeda tapi semua tidak ada yang kebetulan. Aku percaya bahwa semua ada penjelasannya mengapa kau menjadi penolongku".
Jimin tetap tidak dapat menerima penjelasan perempuan didepannya, "Kau manusia Hye Jin! Aku bukan".
"lalu mengapa kau memilihku? itu hanya karena instingmu bukan? haus akan darahku? Anggaplah bahwa ini adalah instingku", Hye Jin menaruh telapak tangannya tepat diatas jantungnya, "jantung yang masih hidup dengan sempurna ini juga haus akan cinta yang tidak pernah ku dapat selama ku hidup. Kita sama-sama haus akan suatu hal. Kau pun mencari pasanganmu untuk selamanya".
"cukup Hye Jin. Kau tidak tahu apa-apa! Kau bisa mati jika kita tidak membatalkan hal ini sekarang".
"semua makhluk akan mati namun kau tidak Jimin. Mungkin aku harus bersyukur karena kita bisa hidup bersama selamanya".
Tubuh Jimin meremang saat mendengar semua perkataan Hye Jin. Perempuan yang biasanya membencinya benar-benar berusaha meyakinkannya.
Nam Joon merasa memang Hye Jin adalah orang yang berbeda. Ia tidak pernah menemukan manusia yang merelakan dirinya hanya untuk bangsa mereka. Nam Joon mengangguk mengerti. Kalau memang ia harus memperjuangkan Hye Jin, mungkin ini akan menjadi usaha pertamanya untuk melakukan hal yang terbaik untuk keluarganya.
"Aku tidak bisa", Jimin kembali duduk dan menundukkan kepalanya.
Hye Jin bersimpuh didepan Jimin yang terkejut. Hye Jin menggeleng saat Jimin hendak membuatnya kembali duduk di kursinya.
"Aku yakin untuk bersamamu. Aku tidak pernah seyakin ini dalam hidupku. Marilah kita coba, jika aku memang tidak bisa, kau boleh menghapus ingatanku. menghilangkan dirimu dariku".
"darimana kau tahu aku bisa menghapus ingatan?".
Hye Jin tersenyum, "ku mohon... kembalilah menjadi Park Ji Min yang mengejarku dan berusaha membuatku jatuh cinta. Aku tidak pernah merasakan hal itu kecuali darimu".
Jimin merasakan sesuatu meledak didalam dirinya yang beku. Ia memeluk Hye Jin. Membawa perempuan itu masuk kedalam dirinya. Jimin tidak dapat membantahnya lagi. Jimin tidak kuat untuk berpura-pura tidak ingin memilikinya, berpura-pura menyembunyikan rasa egonya. Jimin yakin mereka akan mendapatkan cara.
***
Setelah acara sakral itu selesai. Jimin dan Hye Jin bersiap-siap memasuki suasana pesta yang mewah. Semua orang yang mereka kenal pun datang untuk meramaikan acara yang sangat indah tersebut. Jimin berdiri dengan gagah disamping Hye Jin. Ia tersenyum sangat manis dengan bibirnya yang penuh dan juga mata eye smilenya yang membuat Hye Jin sadar bahwa wajah lelaki disampingnya bisa berubah 180 derajat dalam waktu yang cepat.
Saat acara perjanjian tadi, Jimin sangatlah kaku. Rahangnya selalu mengeras dan matanya menatap dengan tajam. Bahkan ia tidak dapat mencium Hye Jin di bibir. Ia mengganti hal itu dengan berlutut dan mencium punggung tangan Hye Jin.
Hal itu membuat semua tamu terkesiap dan sangat mengapresiasi hal baru tersebut. Semua bertepuk tangan dan turut bahagia. Walau Taehyung datang tepat saat Jimin selesai mencium punggung tangan Hye Jin. Taehyung juga merasa agak aneh melihat adegan tersebut. Ia tersenyum sekilas dan bergabung dengan para Hyeongnya.
Hye Jin mengeratkan gandengannya pada lengan kiri Jimin. Ia juga membawa seikat bunga mawar merah. Jimin yang menyukai perpaduan gaun putih indah karyanya dengan aksesori dan riasan merah yang melekat sempurna pada Hye Jin.
Jimin berusaha mengendalikan dirinya. Ia tahu bahwa mereka tidak dapat melakukan apapun selagi masih berbeda. Jadi Jimin tidak ingin memancing dirinya sendiri.
"Jangan membuatku memulai apapun", bisik Jimin.
"Apa maksudmu?", Hye Jin tidak mengerti.
Lagu latar belakang pun menyala, menandakan bahwa mereka harus masuk kedalam keramaian dengan setapak jalan yang sudah diberikan karpet merah dan juga tebaran bunga.
Para tamu terlihat memenuhi taman yang dijadikan tempat mereka akan berpesta. Sejujurnya tamu yang Hye Jin kenal hanyalah sedikit karena ia tidak memiliki keluarga selain para temannya di cafe.
Hye Jin mendapatkan sahabatnya berada dibarisan paling depan saat ia dan Jimin melangkahkan kaki perlahan-lahan mengikuti irama musik.
Jimin merasa debaran didirinya yang sudah lama mati kembali hidup saat ia berdiri disamping Hye Jin. Berusaha menuntun perempuannya dalam kenyamanan saat berjalan menuju singgasana sehari mereka.
Sering ia melihat acara seperti ini namun tidak pernah ia berharap dapat berjalan disamping perempuan cantik yang menerimanya dengan kesungguhan seperti Hye Jin.
Mereka sampai disinggasana mereka. Musik berganti alunan kembali, sang pembawa acara mempersilahkan Hye Jin dan Jimin untuk berdansa didepan para tamu.
Jimin mengulurkan tangannya dan menundukkan tubuhnya seraya menatap Hye Jin dengan cara yang rupawan.
Hye Jin menatap para tamu bahwa mereka menyemangatinya untuk menerima ajakan untuk berdansa.
Saat Hye Jin menyambut tangan Jimin. Semua orang bertepuk tangan beberapa detik lalu mereka kembali diam dan menikmati kedua pasangan untuk berdansa dengan indah.
Jimin melingkarkan lengannya ke pinggang Hye Jin yang terlihat sangat malu. Jimin meminta Hye Jin memejamkan mata lalu sedetik kemudian, Hye Jin berada dialam bawah sadarnya kembali bersama Jimin.
"Mengapa kau membawaku kesini lagi? Bagaimana dengan pesta?".
"Berikanku waktu sebentar untuk membuatmu lebih nyaman. Ayo".
Hye Jin dibawa ke sebuah pantai dimana mereka hanya berdua.
Jimin tersenyum lalu ia berlari ke bibir pantai. Membiarkan kakinya basah terkena air. Hye Jin terkejut saat tubuh Jimin benar-benar berkilau dibawah sinar matahari saat ia berada diair.
Kulitnya memancarkan kilauan yang indah. Menyempurnakan wajahnya yang sangat tampan. Jimin menangkap bahwa pastilah Hye Jin terkejut dengan hal itu.
"masih banyak hal yang harus kau tahu mengenaiku. Vampir".
"mengapa kau...",
"berkilau?".
Hye Jin mengangguk pelan, ia sangat penasaran.
"Aku tidak dapat berdiri didua energi dalam sekaligus. Aku tidak dapat terkena air saat ada matahari mengarah padaku. Kulitku akan berubah menjadi seperti ini".
"tapi itu sangat indah".
"bagimu namun tidak bagiku".
Jimin keluar dari air lalu ia duduk dan meminta Hye Jin untuk duduk disampingnya. Jimin melingkarkan lengannya dan merangkul Hye Jin.
"Jin-ah ... terima kasih telah memberikanku kesempatan dengan cara yang benar. Maaf jika aku membuatmu berada disituasi ini".
"Jimin-ah, awalnya memang aku sangat membencimu tapi kau menggali semua perasaanku. Kau pula orang yang selama ini ku fikir hanya bayangan bodoh. Kau nyata dan pemikiranku ternyata benar. Maafkan aku karena membencimu".
Jimin terkekeh, "aku akan aneh kalau kau tidak membenciku atas apa yang ku lakukan padamu".
Deburan ombak menemani Jimin dan Hye Jin yang melarikan diri untuk beberapa menit dari kehidupan nyata mereka. Hye Jin merasa bersyukur bahwa ia bertemu dengan makhluk berbeda. Hye Jin tahu bahwa semua memiliki resiko namun jika ia tidak berusaha, hidupnya akan terasa hampa. Ia tidak ingin kembali menghabiskan hidupnya hanya dengan seorang biasa. Hye Jin ingin menyelami kehidupan ini dengan orang yang dapat melindunginya.
Jimin dan Hye Jin berharap bahwa apapun yang terjadi setelah ini. Mereka akan tetap saling berusaha. Walau Hye Jin masih belum tahu apakah arti cinta baginya maupun bagi Jimin.
*
*
*
> To Be Continue <
Hai long time no see. I am so happy to see at the ranked. Thankyou for always appreciate my story. I hope you can enjoy and imagine Jimin and Hye Jin as a real couple.
are you waiting for the next chapter. write down your comment and give me vote and rate to make me feel excited to always update.
oh ya ... kalian udah dengerin "Black Swan" - BTS belum? kalian suka ngga?