Suzy terdiam. Meresapi perkataan Sehun barusan hingga sesuatu menyadarkannya. Manusia kurang ajar di depannya ini benar-benar. Mendorong dada Sehun hingga pria bertubuh atletis itu terhuyung ke belakang.
"Aku membencimu! Aku membencimu!!" Suzy berteriak histeris. Memukul pria di depannya ini dengan kepalan tangannya yang tak seberapa.
"Hiks.. aku membencimu!" Teriak Suzy lagi.
"Hei.. ten-"
"Aku benar-benar membencimu Oh Sehun sialan!" Maki Suzy.
Wajahnya memerah sempurna. Bahkan matanya sudah membengkak dengan hidung badut, entah itu lucu atau tidak. Yang jelas Sehun ingin sekali memeluk manusia di depannya ini.
"Dengarkan dulu." Ucap Sehun. Menangkup pipi Suzy dengan telapak tangannya yang besar.
"Tidak!" Bantah Suzy, menginjak sepatu mahal Sehun dan memukul dada pria dewasa itu.
"Hei,, itu sepatu mahalku." Sehun tersenyum manis.
Bahkan di saat seperti ini mereka masih sempat bertengkar seperti bocah lima tahun.
"Aku bertanya, bukan mengajukan gugatan cerai sayang." Ujar Sehun.
Suzy menggeleng heboh, menutup telinganya, dan juga isakannya yang tak kalah memeriahkan suasana.
"Aku tak dengar~" masih dengan gelengan heboh dan isakannya.
"Oh Suzy, kumohon." Sehun memelas.
"Aku tak dengar~ tak dengar apa pun." Tetap pada penderiannya. Menggeleng lagi dan beranjak menuju dapur.
Mengambil segelas air mineral dan meneguknya. "Aku tak dengar apa pun. Aku tak dengar apa pun." Suzy tetap mengucapkan mantra yang menurutnya ampuh untuk melompati malam ini. Berharap langsung saja pada hari esok tanpa ada percakapan dengan Sehun. Yang kemungkinan besar akan membahas 'cerai'. Lagi.
"Ak-"
"Kau tak bisa lari lagi." Ujar Sehun.
Suzy terdiam. Sehun sangat tampan dari jarak sedekat ini, benar-benar tampan.
Rambutnya yang entah sejak kapan terlihat acak-acakan, dasi yang terpasang longgar tak beraturan di leher jenjangnya, dan juga.. lengan kemeja yang ia gulung hingga siku.
Sangat tampan. Pangeran disney berkuda putih milikku. Yang mungkin sebentar lagi akan menjadi mantan milikku.
Suzy membathin sedih. Matanya kembali berkaca-kaca. Dan juga hidungnya yang sudah memerah entah sejak kapan.
"Aku tak dengar apa pun." Lirih Suzy. Menundukkan kepalanya dan menatap kedekatan antara sepatunya dengan sepatu Sehun.
'Sepatu saja bisa sedekat ini. Kenapa aku dan Sehun tidak?'
Lagi. Membathin miris dan..
Tes..
Berlian mahal yang amat berharga miliknya jatuh lagi. Membasahi ujung sepatunya. Matanya makin memburam saat gumpalan bening itu kembali memenuhi kelopak matanya.
"Aku tak dengar." Lirihnya lagi.
"Hhh." Terdengar helaan nafas lelah dari arah depannya.
Sehun.
Siapa lagi jika bukan manusia datar itu. Hanya dia dan Sehun yang berada di dapur ini. Rumah ini rincinya.
"Dengar Suzy." Sehun mengangkat dagu Suzy agar gadis itu menatap matanya.
"Dengarkan baik-baik apa yang aku katakan sayang." Tambahan kata sayang sebagai bonusnya agar bocah didepannya ini diam.
"Tidak. Aku tidak ingin dengar apa pun jika kau hanya akan mengatakan 'cerai' lagi padaku." Jawab Suzy pelan.
Tes.
Air mata berharganya yang mahal jatuh lagi. Membasahi pipi berisinya yang sudah terlihat memerah.
"Makanya, dengarkan aku dulu." Sehun mengusap lelehan air mata di pipi Suzy dan mencium keningnya.
"Apa kau tetap mau jika teman-temanmu menjauhimu? Aku tak tega melihat mereka memperlakukanmu seperti tadi." Ujar Sehun tenang.
"Apa itu hanya alibimu untuk menceraikanku karna kecewa pada kejadian di skolah tadi? Maksudku Daehyun." Suzy berucap lirih, bahkan sangat lirih.
Bersyukurlah jika telinga Sehun itu memiliki tingkat kepekaan yang tinggi. Dan juga kesalahan dalam mendapatkan informasi yang hanya sebesar 0,0001%.
"Tidak. Daehyun itu urusanmu. Itu antara kau dan dia. Bukan kau dan aku." Sehun menjawab santai. lalu setelahnya. Menggendong Suzy menuju kamar mereka.
**
"Tapi tadi kau meminta cerai padaku!!" Kali ini teriakan.
"Bukan. Itu hanya penawaran."
"Tidak. Intinya kau menyebutkan kata cerai."
"Maknanya berbeda Suzy."
"Tidak! Intinya sama."
"Hhh." Sehun menghela nafas lelah. Melemaskan bahunya yang terasa tegang dan kembali mencubit pipi berisi gadis di hadapannya.
"Kau keras kepala." Ujar Sehun.
Hening.
Baik Suzy maupun Sehun hanya diam. Tak ingin bicara dan sibuk pada pemikiran mereka masing-masing.
Suzy terdiam. Menerawang pada kejadian tadi siang. Ia sempat melihat pancaran tak dimengerti dari mata Sehun. Kecewa, sedih, takut, cemas, dan entah apa lah lagi. Suzy tak ingin menerka-nerka lagi saat ini.
"Mmm Sehun." Panggil Suzy pelan. Melirik Sehun dari ujung matanya dan gugup seketika.
"Hmm?" Gumaman Sehun terdengar sebagai jawaban.
Menatap Suzy dan mengulas senyum tipis. Bahkan sangat tipis.
"Mm apa tadi itu,, Daehyun.. saat dia.. mm,, itu.." Suzy gugup sendiri. Memutar otak untuk mencari kata-kata yang tepat.
Sehun tau. Hanya Saja, ia ingin melihat bagaimana Suzy saat kebingungan muncul.
Dan Sehun benar-benar terpaku pada wajah cantik istri kecilnya.
Mengerang frustasi. Suzy menghentakkan kakinya kesal dan memberanikan diri untuk menatap Sehun.
"Apa kau marah padaku?" Tanya Suzy pada akhirnya. Menatap Sehun dengan pandangan takut atau apalah itu namanya.
"Tidak." Jawab Sehun simpel. Menarik tangan Suzy agar duduk di atas ranjang.
"Lal-"
"Aku hanya takut jika seandainya kau meninggalku." Ujar Sehun. Merebahkan kepalanya di atas paha Suzy dan menutup matanya. Nyaman.
"Seh-"
"Diamlah. Kau berisik sekali. Hanya sebentar." Sela Sehun cepat. Membawa tangan kanan Suzy untuk mengusap rambutnya, dan tangan kiri Suzy ia genggam dan ia letakkan di atas dadanya.
Suzy terdiam. Menatap wajah Sehun yang dengan mata terpejamnya yang terlihat nyaman dan juga garis wajah Sehun yang tegas. Memperjelas ketampanan suaminya.
"Tidur nyenyak hulk kurang ajar." Ujar Suzy. Merendahkan tubuhnya dan,,
Cup.
Mencium kening Sehun. Dan Suzy melihat jika ada secuil senyuman manis terpatri di wajah Sehun tampannya.
"Kau pangeran disney berkuda putihku."
TBC
SEE U NEXT CHAP
HAVE A NICE DAY
THANK U
DNDYP