webnovel

My Soully Angel (Jodoh Sang Dewa Api)

Yafizan - Diturunkan ke bumi akibat serangan fatal dari kekuatannya membuat seorang gadis meninggal karena melindungi adik calon suaminya. Dia selalu bersikap arogant dengan emosi yang meluap - luap karena sifat alami apinya. Tinggal di bumi hampir seribu tahun lamanya bersama asisten yang diperintahkan untuk menjaganya selama di bumi. 1000 tahun kemudian dia dipertemukan dengan reikarnasi gadis yang tanpa sengaja diserangnya, dan gadis itu selalu menolongnya sedari kecil - Soully. Kejadian tak terduga membuatnya keduanya terikat dalam pernikahan.

GigiKaka · แฟนตาซี
Not enough ratings
100 Chs

Bab 13

Yafizan berusaha menetralkan aliran nafasnya yang terasa seseak saat seseorang menyahutnya dari samping tirai yang masih menutup.

"Apa kau sudah siap melihat mempelai wanitamu?" sahut Naomi yang tersenyum riang. "Aku rasa seleramu memang sangat tinggi. Kau memang memilih wanita yang tepat untuk jadi istrimu," ujarnya kemudian dipenuhi rasa kepuasan.

Yafizan masih tertunduk dengan menenangkan fikirannya. Namun masih belum bisa menetralkan rasa nyeri yang menusuk-nusuk kepalanya. Keringat dingin masih ia rasakan. Dengan posisi yang masih tertunduk, Yafizan melihat tirai terbuka perlahan. Dia melihat sesosok wanita yang masih membelakanginya terlihat anggun dengan gaun putih yang elegant. Hiasan belakang rambutnya sungguh cantik. Saat altar kecil melingkar itu diputar, Soully menunduk malu. Soully sungguh sangat cantik. Orang-orang yang melihatnya akan terpesona dibuatnya. Begitupun tak lepas dari pandangan Yafizan yang masih tertunduk menahan sakit di kepalanya.

Kenapa sakit ini muncul di saat yang tidak tepat...

Yafizan terperangah menatap Soully tanpa berkedip. Tiba-tiba saja dia mendengar suara hati Soully lagi.

'Oh sungguh ini sangat melelahkan.

Kenapa aku terjebak dalam situasi ini?

Apa ini benar-benar diriku? Apa aku bermimpi?

Kenapa aku harus menikah dengan pria yang baru aku temui beberapa kali?'

Seruntutan pertanyaan frustasi yang ada di benak Soully terdengar jelas di telinga Yafizan yang sedang meringis menahan sakit. Ditatapnya wajah Soully yang masih belum percaya dengan apa yang didengarnya. Soully melihat Yafizan seketika mengernyitkan dahinya, ada sesuatu yang salah pada Yafizan.

'Kenapa dia menatapku seperti itu? Apa aku terlihat aneh dan tidak cantik? Apa riasan ini tidak memuaskannya?'

Lagi-lagi benak Soully semakin terdengar jelas di telinga Yafizan. Soully menatap Yafizan dengan serius, dilihatnya wajah yang pucat pasi menahan sakit. Soully mulai khawatir, dia takut kejadian seperti kemarin terjadi lagi.

Oh tidak, dia sepertinya kesakitan.

Soully melangkahkan kakinya setengah berlari kecil menuju sofa. Yafizan yang melihatnya kini merasa semakin yakin kalau dirinya memang benar-benar bisa mendengarkan suara hati Soully.

"Kau tak apa-apa?" tanya Soully cemas saat menghampiri Yafizan yang masih tertunduk menahan sakit. Tangannya bergerak mengusap peluh dingin yang membasahi keningnya. "Apa kau sakit?" Lagi-lagi Soully menunjukkan sikap khawatir yang tulus. Itu sungguh nyata dan dapat dirasakan oleh Yafizan.

Yafizan mendongakkan wajahnya, melihat tatapan Soully yang mengkhawatirkannya. Dengan terengah-engah dan hampir pingsan dia menenggelamkan wajahnya pada perut Soully yang saat ini berdiri di depannya. Yafizan melingkarkan kedua tangannya pada tubuh Soully. Nafasnya perlahan mulai terasa normal dan sakit di kepalanya menghilang begitu saja ketika dia memeluk erat tubuh mungil Soully.

Oh, dia mengambil kesempatan dalam kesempitan. Pura-puranya dia sakit padahal dia berfikir mesum hanya ingin memelukku saja.

Yafizan menyeringai tipis dan tersenyum geli saat mendengar suara hati Soully. Sungguh konyol gadis yang sedang didekapnya kini. Tapi saat ini, gadis konyol ini, membuat semua dunianya berubah. Hanya gadis konyol ini yang bisa menenangkan jiwanya dan menghilangkan rasa sakit yang dideritanya.

"Sudah cukup edisi pelukannya. Aku tahu kau sungguh takjub pada mempelai wanitamu. Tapi tahan dulu, masih ada saat-saat lain jika kau ingin puas memeluk istrimu itu." Naomi membuyarkan suasana. Soully melepaskan dirinya dari dekapan Yafizan, segera tubuhnya menjauh.

"Bagaimana hasil karyaku? Oh...sungguh aku merasa cemburu, wanitamu sungguh sangat-sangat cantik. Dia seperti bidadari yang turun dari langit. Sungguh anugerah yang tak bisa didapat walaupun dengan melakukan operasi plastik paling mahal dan bagus sekalipun," kagum Naomi.

Yafizan hanya tersenyum mendengar ocehan Naomi yang memuji kagum tentang Soully. Ditatapnya terus wajah cantik nan polos calon pengantinnya itu.

"Ayo kita abadikan dulu moment ini, aku akan memotret kalian dengan bagus. Kalian sungguh sangat serasi..." Naomi berseru mengajak pasangan itu untuk melakukan pemotretan romantic couple dengan pakaian yang di sponsorinya. Naomi terbiasa melakukan itu untuk mengarsipkan hasil karyanya di album galery wedding dress-nya.

Yafizan sudah berdiri di sebelah Soully, mereka berdua merasa canggung. Naomi memberikan instruksi apa yang harus mereka lakukan. Namun mereka malah berdebat saat tangan Yafizan mencoba merangkul pundak Soully. Soully segera menjauh, namun tangan Yafizan menarik lengan Soully mendekat kearah tubuhnya.

'Dasar mesum' lagi-lagi Soully bergumam dalam hatinya dan itu terdengar jelas oleh Yafizan. Yafizan hanya tersenyum senang.

Sekali lagi Naomi memberi pengarahan karena pasangan itu seperti anak-anak yang susah diatur. Yafizan tersenyum geli dan membuat dirinya semakin ingin menggoda Soully saat kata demi kata yang Soully utarakan dalam hati terus mengutukinya.

"Oh sungguh, apa kalian bisa serius? Kalian ini seperti anak kecil yang susah diatur!" Naomi mulai geram.

Tanpa basa basi lagi Yafizan mengangkat tubuh Soully, memangkunya berdiri sehingga wajah cantik Soully sejajar dengan wajahnya. Soully sontak kaget, pipinya yang merona membuat Yafizan semakin ingin menggodanya.

"Lepaskan," ucap Soully berbisik.

Bukannya segera dilepaskan, Yafizan malah mendekatkan wajahnya dan tanpa permisi dia mengecup bibir Soully. Mata Soully membulat tanpa berkedip ketika kecupan yang Yafizan lakukan lama-lama menjadi sebuah lumatan lembut pada bibir berlipstik merah itu tanpa jeda walaupun Soully sudah mencoba meronta.

Moment itu membuat Naomi yang memotret mereka tersipu malu, hasil jepretannya terlihat mereka seperti pasangan yang paling romantis. Begitu natural.

Soully menghentakkan kakinya agar Yafizan menurunkannya segera. Yafizan melonggarkan tangannya untuk melepas gendongannya sehingga tanpa sengaja membuat tubuh Soully oleng dan hampir terjatuh. Beruntung tangan kiri Yafizan segera menahan tubuh mungilnya, ada perasaan cemas ketika tersadar tindakannya hampir membuat Soully celaka. Jantungnya berdebar kencang karena takut. Tentu hal itu tak luput dari pandangan Naomi yang segera dipotretnya moment natural itu.

***

Langit sudah menggelap ketika sang surya sudah tak menampakkan lagi cahaya terangnya. Soully tertidur pulas di dalam mobil setelah seharian mengikuti ke manapun Yafizan pergi. Kini mereka telah SAH menjadi suami istri. Tanpa pesta, tanpa siapapun yang menyaksikan hari yang sakral itu. Hanya Rona dan wali hakim yang menjadi saksi pernikahan mereka. Semua proses dan dokumen pernikahan sudah lengkap. Soully tak bisa protes apapun lagi.

Mereka tiba di sebuah mansion mewah ketika malam sudah semakin larut. Rona segera berlari ke dalam untuk merebahkan tubuhnya yang sama letihnya karena harus mengurus semuanya.

Soully masih tertidur pulas ketika Yafizan hendak membangunkannya. Tangannya berhenti untuk mengguncangkan tubuh Soully yang dilihatnya begitu lelap. Yafizan keluar dari mobil lalu membuka pintu yang ada di sebelahnya. Di angkatnya tubuh Soully yang sedang tertidur lelap dengan gaya ala bridal style.

***

Erick terus menatap layar ponselnya. Dilihatnya terus menerus angka yang menunjukkan waktu. Dicobanya terus menerus menghubungi nomor yang sudah dia patenkan. Namun jawaban diseberang telepon itu tetap sama.

Nomor yang anda tuju sedang berada di luar jangkauan...

Dikepalnya kedua tangannya, lalu ia memukul meja kerjanya dengan keras. Kaca meja itu retak dan kepalan tangannya terluka. Namun tak dirasanya sakit pada luka itu. Dia hanya mencemaskan orang yang dicintainya. Dia takut Yafizan melakukan hal-hal di luar nalarnya.

***

Waktu menunjukkan pukul 01.00 dini hari saat Soully membuka matanya. Suasana asing dirasakan saat matanya yang masih samar melihat sekeliling ruangan itu. Dipejamkan kembali matanya mencoba menelan kenyataan bahwa ini semua hanyalah mimpi. Namun itu semua benar adanya, saat di sampingnya ada sesosok laki-laki yang sedang berbaring menyamping bertumpu tangan di kepala dan kini menatapnya.

"Nyenyak sekali tidurmu, jangan bilang kalau kau tidak merasakan aku membawa tubuh mungilmu yang berat sampai di sini?" ucap Yafizan tiba-tiba dan membuat Soully sadar seutuhnya.

"Kenapa kau ada di sini?" tanya Soully yang masih belum sadar sepenuhnya.

Dilihatnya sekeliling tubuhnya dan dia masih memakai gaun pernikahannya. Soully bernafas lega karena dia melihat lelaki yang ada di sampingnya itu hanya memakai piyama hitam yang terbayang dalam fikirannya tanpa memakai sepotong pakaian pun.

"Apa yang kau fikirkan? Ternyata kau mesum juga, tenang saja aku siap dan sukarela melakukannya," goda Yafizan saat melihat ekspresi muka Soully. "Dan kenapa kau masih terus bertanya apa yang sedang terjadi. Apa otakmu rusak sehingga kau sulit mengingat semuanya?" tanya Yafizan dengan nada ketus, jarinya menunjuk kepala Soully agar tersadar. Soully memejamkan matanya sedikit takut.

"Ya! Kalau otakku rusak memangnya kenapa? Apa ini merugikanmu? Yang rusak itu otakku lalu kenapa kau yang sewot? Aku hanya bertanya, kau...kau seharusnya menjawabnya dengan sopan!" ucap Soully kesal. "Oh ya satu hal lagi, aku sudah menyiapkan syarat yang harus kau setujui." Soully beranjak dari tempat tidur, membuka tasnya lalu memberikan secarik kertas kepada lelaki yang kini menjadi suaminya.

Yafizan mengerutkan dahinya. "Apa ini?"

"Bacalah maka kau akan tahu semuanya."

Dibukanya secarik kertas itu, dia membaca apa yang tertulis didalamnya..

Dilarang bersentuhan atau saling menyentuh pasangan.

Jangan ikut campur dalam masalah kehidupan pribadi masing-masing.

Yafizan tersenyum saat melihat isi dari kertas itu. Dia lalu beranjak berdiri menatap Soully. Soully berjalan mundur saat Yafizan terus berjalan kearahnya, dia lalu terhempas ke atas sofa yang ada di sebelah tempat tidurnya saat kakinya menginjak gaun panjang yang masih di kenakannya. Yafizan menundukkan setengah badannya dan menumpu pada tubuh Soully.

"Kau...kau mau apa?" pipi Soully memerah.

"Aku? Aku mau apa? Bukankah kita sudah menjadi suami istri? Dan...kita SAH melalukan apapun yang seharusnya dilakukan sepasang suami istri bukan?" Yafizan menyipitkan kedua matanya, menatap Soully tajam.

"Dan persyaratan ini? Sudah ku bilang kita bukan dalam situasi untuk bernegosiasi. Jangan lupa kau sudah menandatangi semua dokumen-dokumennya, di situ ada poin tertulis bahwa kau harus melakukan apapun yang suami perintahkan kepadamu!" tegasnya lalu meremas hancur kertas yang ada di tangannya kemudian melenparnya ke sembarang arah.

Belum sempat melawan kata-katanya , Soully terdiam membeku saat Yafizan lagi-lagi tanpa permisi melumat habis bibir Soully yang hendak mengomel. Bagaikan candu, tanpa ampun hasratnya begitu naik saat dia terus-terusan menghisap seluruh permukaan pada bibir dan mulut Soully hingga nafasnya terasa sesak. Tangannya mulai bergerilya menjalar ke mana-mana, wajah Soully memerah saat bibir dan nafas hangat Yafizan menyusuri dan mencium daerah sensitive di lehernya, dia membuat tanda kepemilikan dan Soully mengerang, mendesah pelan dibuatnya sehingga Yafizan semakin bergairah. Dia lalu melumat lembut bibir Soully lagi, tangannya mendekap tubuh Soully erat, menjalar kebelakang punggungnya dan dengan perlahan dia menurunkan ziper gaun panjang yang dipakainya, punggung Soully kini terbuka, tangan Yafizan masuk ke sela-sela punggungnya. Soully sudah sekuat tenaga mencoba memberontak, namun tangan kekar Yafizan terlalu kuat menahan tubuh Soully yang mungil. Dengan dipegang erat kedua tangan Soully bibir Yafizan terus menerus menyusuri daerah-daerah sensitivnya, menurunkan setengah gaunnya, menciumi dada Soully sehingga nafasnya mulai menggebu-gebu. Yafizan sudah berada di atas tubuh Soully, meregangkan kedua pahanya. Ada sesuatu yang mengeras di bagian tengah panggulnya...

***

Pagi hari ketika Soully sudah membuka kedua matanya. Masih ada rasa yang memberatkan matanya ketika dia merasa harus membuang semua isi perutnya, tak tertahankan lagi. Dia berlari cepat ke kamar mandi yang ada di dalam kamar Yafizan yang luas itu. Setelah membuang semua isi perutnya dia keluar dari kamar mandi dan mengambil sebuah piyama handuk untuknya mandi sekalian. Soully melihat seisi kamar itu porak poranda dengan kejadian semalam, dilihatnya lelaki yang masih terlelap dalam tidurnya. Soully terkekeh pelan saat melihat bibir Yafizan yang bengkak dan terluka akibat gigitannya semalam. Dibagian antara leher dan pundak Yafizan pun ada bekas gigitan yang sengaja dia darati karena Yafizan tanpa ampun terus melakukan hal yang Soully pun belum siap melakukannya.

"Dasar mesum...maafkan aku karena membuatmu terluka..." benak Soully yang lagi - lagi terdengar jelas di telinga Yafizan sehingga menggelitiknya untuk bangun. Dengan mata yang masih tertutup rapat, bibirnya menyunggingkan senyuman geli.

Mungkin saat ini, kebahagian cukup dirasakan oleh lelaki yang berhati dingin itu sebelumnya. Sejenak ia melupakan wanita yang namanya masih terus diingatnya. Namun kehadiran Soully membangkitkan hatinya untuk merasakan hidupnya lebih berwarna lagi. Dengan kehadiran Soully dia lebih bisa mengontrol segala emosi dari kekuatan yang kini dimilikinya secara perlahan kembali padanya.

***

Bersambung...

Jangan lupa tekan Like, Comment dan  Vote yaa

Terima kasih 🙏🏻