webnovel

Tempat Ternyaman

Di kediaman Lee Yonghwa, kedamaian menyelimuti. Siapa yang tak merasa damai ketika telah lelah, kembali kerumah dan melihat wanitanya tertawa bersama dengan anaknya?

Suara tawa mereka berdua terdengar merdu bagi Yonghwa. Pria itu memasuki rumah dengan perlahan agar dia bisa mendengar gelak tawa mereka yang tengah asik bermain.

Saat Yonghwa tiba di ruang tamu, Haewon menyambutnya. Gadis itu mengambil jas milik Yonghwa dan tersenyum padanya. Senyuman Haewon selalu berhasil membuat Yonghwa gemas pada gadis itu dan ingin menciumnya, akhirnya Yonghwa mengecup kening gadis di hadapannya itu dan langsung berlalu menuju kamarnya dengan telinga yang memerah karena malu.

Sedangkan Haewon terpaku karena perlakuan Yonghwa yang tiba-tiba. Dan yang paling menggemaskan adalah reaksi Seunghan ketika melihat tingkah laku kedua orang tuanya itu. Bocah itu menepukkan tangannya pada dahinya lalu menggelengkan kepalanya.

"Haha, Seunghan-aa, ayahmu benar-benar aneh," kekeh Haewon.

"Bermainlah dulu sebentar di sini, mama akan menyiapkan makan malam," lanjut Haewon yang langsung bergegas menuju dapur, meninggalkan Seunghan di ruang tengah.

Di dapur gadis itu menyiapkan nasi putih dan menata bulgogi yang tadi telah ia masak sebelumnya. Setelah menata semua makanan dan side dish di meja makan, gadis itu memanggil Seunghan dan Yonghwa agar datang ke ruang makan.

Seunghan datang duluan setelah itu Yonghwa datang dengan rambut yang masih sedikit basah dan kaos putih polos yang entah kenapa membuat jantung Haewon berdebar ketika melihat pria itu.

Mereka duduk berhadapan di ruang makan. Haewon mulai sibuk mengambilkan lauk dan menaruhnya di atas mangkuk Yonghwa dan Seunghan. Mereka makan dengan tenang, menikmati masakan Haewon.

Setelah selesai makan, Yonghwa meminta Haewon untuk menemani Seunghan belajar. Dialah yang akan membereskan dapur dan mencuci piring. Awalnya Haewon menolak, tapi Yonghwa bersikeras.

Akhirnya Haewon menemani Seunghan ke kamarnya untuk belajar, Setelah menyelesaikan beberapa pekerjaan rumah, Seunghan bersiap untuk tidur. Ditemani oleh Haewon, bocah itu berbaring di balik selimutnya.

Haewon mengecup kening Seunghan sebelum mematikan lampu, lalu gadis itu mengucapkan selamat tidur pada Seunghan dan perlahan keluar dari kamarnya.

Saat Haewon memastikan pintu kamar Seunghan tertutup dengan perlahan, gadis itu membalikkan badannya dan mendapati Yonghwa tengah membawa dua gelas berisikan coklat panas.

Mereka pergi ke taman dibelakang rumah ditemani dengan masing-masing secangkir coklat panas. Sepertinya duduk di taman saat malam seperti saat ini akan menjadi kebiasaan untuk mereka.

"Bagaimana harimu?" tanya Haewon memulai pembicaraan.

Yonghwa tak langsung menjawab, dia menghela nafas panjang lalu menatap Haewon sebelum akhirnya dia menaruh kepalanya pada bahu Haewon.

"Apa ada masalah?" Haewon mulai khawatir.

"Sebenarnya ada sedikit masalah," jawab Yonghwa.

"Apakah masalah besar?"

"Tidak bisa dibilang kecil, tapi juga bukan masalah besar jika kita tak terlalu memperdulikannya," ucap Yonghwa yang masih bersandar pada bahu Haewon.

"Kita? Apa ada hubungannya dengan keluarga ini?" Haewon mengerutkan dahinya.

"Ya, begitulah." Yonghwa kembali menghela nafas.

"Aku belum menceritakan tentang keluargaku padamu kan," ucap Yonghwa.

"Eung,"

"Ayahku memiliki seorang kakak perempuan yang otomatis menjadi bibiku. Dia selalu ikut campur dengan kehidupanku dan Chanhee hyung, bahkan Jeongin," terang Yonghwa.

"Apa bibimu marah ketika tau kau melamarku?" tanya Haewon lugas.

"Ya, tepat sekali." Mendengar jawaban Yonghwa, Haewon menghela nafasnya.

"Sebenarnya bibi ingin menjodohkanku dengan anak koleganya. Aku sudah memilihmu, jadi aku tak perlu wanita lain," lanjutnya.

"Kenapa tak kau coba saja? Lagi pula pernikahan kita hanya sebatas kontrak," ujar Haewon.

"Aku kan sudah bilang kalau aku sudah memilihmu dan tak butuh wanita lain," tegas Yonghwa.

"Saat acara ulang tahun kakek akhir pekan nanti," Yonghwa menggantung perkataannya.

"Aku rasa bibi akan membuat masalah… tapi kau tak perlu khawatir. Aku akan mengatasi masalah ini… aku harap kau dan Seongeun nuna bisa memahami kondisi kami," lanjutnya.

"Tentu kami akan berusaha memahami kalian," kata Haewon.

"Haewon-aa…" panggil Yonghwa.

"Eung,"

"Masih banyak hal yang ingin kuceritakan padamu." Yonghwa membenarkan duduknya dan menatap wajah Haewon.

"Kalau begitu ceritakanlah dengan perlahan. Aku akan menunggu setiap ceritamu." Haewon menyunggingkan senyum terbaik miliknya.

"Akan kuceritakan lain waktu, sekarang aku sudah mengantuk… aku tidur duluan, bye," ucap Yonghwa sambil bangkit dari duduknya dan masuk kedalam meninggalkan Haewon.

"Salahku terlalu banyak berharap pada Lee Yonghwa." Haewon mendengus kesal sambil membawa dua gelas bekas coklat panas ke dapur.

Setelah selesai mencuci dua gelas tadi, Haewon pergi ke kamarnya. Dia membuka pintu kamar Yonghwa dan mendapati pria itu telah tertidur di kasurnya. Perlahan gadis itu menutup pintu dan mematikan lampu kamar Yonghwa sebelum akhirnya dia masuk ke kamarnya.

Keesokan paginya, Yonghwa bangun lebih awal dan menyiapkan sarapan untuk Haewon dan Seunghan. Tak lama setelah dia selesai menata makanan di piring, Seunghan keluar dari kamarnya dalam keadaan sudah rapi.

"Mama?" Hal pertama yang ditanyakan Seunghan adalah Haewon.

"Tak bisakah kau menyapa papa terlebih dahulu?" ujar Yonghwa.

"Mama!" Seunghan tak mau mendengar perkataan Yonghwa.

"Aku rasa mamamu sedikit kesiangan hari ini. Makanlah duluan, aku akan membangunkan mamamu," ucap Yonghwa sambil melepas apronnya.

Pria itu berjalan menuju kamarnya, lalu mulai mengetuk pintu yang menghubungkan kamarnya dengan kamar Haewon. Setelah cukup lama mengetuk dan tak ada jawaban, akhirnya Yonghwa memutuskan untuk membuka pintu itu. Dan benar saja, gadis itu masih tertidur pulas di ranjangnya.

Yonghwa berjalan menuju tirai besar yang menutupi jendela dan membukanya, hal itu membuat cahaya matahari masuk ke dalam kamar Haewon, tapi gadis itu sama sekali tak berkutik.

Yonghwa lalu mendekati gadis itu dan menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah Haewon. Rupanya setelah didekati Yonghwa melihat gadis bermarga Kim itu tengah berpeluh. Buru-buru Yonghwa meletakkan punggung tangannya ke atas dahi gadis itu. Dan hasilnya, dia merasakan hawa panas dari tubuh gadis itu. Haewon terserang demam.

"Haewon-a, kau baik-baik saja?" tanya Yonghwa lembut.

"A-aku tak apa," jawab Haewon lemah.

"Akan ku panggilkan dokter," ucap Yonghwa.

"Tidak perlu," sanggah Haewon.

"Kau sakit, bagaimana bisa aku membiarkanmu?" ucap Yonghwa.

"Anu, s-sebenarnya…" Haewon menggantung perkataannya.

"Aku hanya sedang itu," lanjutnya.

"Hah? Itu? Itu apa? Bicaralah yang jelas," kata Yonghwa sambil menahan tawa.

"A-aku sedang datang bulan," ucap Haewon sambil menyembunyikan wajahnya ke dalam selimut.

"Baiklah, aku akan mengantar Seunghan ke sekolah dulu, lalu aku akan mengurusmu setelah itu, berbaringlah di tempat tidur saja." Yonghwa hendak beranjak pergi.

"Itu, Yonghwa-ya… eum, aku mau minta tolong…" Haewon menahan Yonghwa.

"Ya, katakanlah dengan jelas Kim Haewon," kata Yonghwa.

"T-tolong belikan aku pembalut," ucap Haewon.

"Baiklah akan ku bawakan setelah mengantar Seunghan ke sekolah." Yonghwa menyanggupi permintaan Haewon.

Setelah menutup pintu kamar Haewon, wajah Yonghwa memerah karena malu. Ini adalah kali pertama baginya membahas tentang datang bulan dengan wanita. Dan sekarang tantangan terbesar yang harus dia hadapi adalah membeli pembalut untuk Haewon.