Aku baru saja kembali ke Villa Rosa, Lambo mendengkur pelan hingga berhenti di dekat air mancur, ketika Frankie mendobrak dari pintu depan dengan ekspresi seperti guntur.
Seketika, jantungku jatuh ke perutku.
"Che cos'è?" tuntutku saat aku turun dari mobil dan bertemu Frankie di tengah jalan. Ada butiran keringat di dahinya yang tidak ada hubungannya dengan panasnya bulan Desember.
Mulutnya nyaris tidak bergerak saat dia berbicara, "Mereka sampai ke Marco."
Rasa dingin menerpaku langsung ke tulang. "Seberapa buruk?"
Aku tidak ingin tahu.
Tidak juga.
Marco.
Dia adalah bajingan tercerah yang pernah kukenal, penuh dengan energi dan kegembiraan meskipun dia menikah dengan seorang wanita dengan cuka di pembuluh darahnya, bukan darah.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com