"Oh, iya. Siapa nama kakak?"
"Hm? Kenapa tiba-tiba memanggilku kakak?"
"Tidak apa-apa? Hanya ingin panggil kakak saja. Apa tidak boleh?" Aku melontarkan pertanyaan itu.
Dan dia menjawabnya, "Tentu saja boleh. Kenapa tidak boleh...."
"Lalu, siapa nama kakak?" tanyaku kembali.
Memandangnya membuatku tenang. Melihatnya seperti melihat masa depan yang bahagia.
"Bagas Putra...."
"Namaku Bagas Putra. Kau bisa memanggilku Bagas saja," tuntasnya dengan menatap mataku.
Aku menganggutkan kepala, "Oh.... Kak, Bagas."
"Bagas saja, tidak usah pakai kakak." Dia membalasnya dengan cepat.
Responnya sungguh bagus. Bagas ini tidak suka dipanggil kakak, jadi aku memanggilnya Bagas.
"Baik, Bagas...." kataku cukup canggung.
Kami saling mengobrol santai. Membicarakan banyak hal selagi menelusuri kampus ini.
Benar yang dikatakannya. Ini seperti tur wisana. Aku wisatawannya dan dia pemandunya.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com