webnovel

bab 2

Kalau pengantin normal akan menjalankan yang namanya malam pertama. Hal itu tidak dirasakan oleh difannya Anatasya. Dimana malam yang seharusnya begitu indah bagai dunia milik berdua, diiringi dengan alunan lagu alam di malam hari. Akan tetapi malam ini bagaikan mimpi buruk buatnya.

Difannya membuka jendela kamarnya kemudian berjalan menuju balkon. Pandangan matanya nanar melihat langit malam yang indah penuh dengan bintang. Ralat baginya tidak terlihat indah. Matanya terpejam menikmati angin malam, helaan nafasnya terdengar. Tiba-tiba ketukan pintu terdengar membuyarkan lamunan nya.

Difannya melangkah menuju pintu membukanya. Terlihat pelayan dihadapannya dengan pandangan sedikit khawatir.

" Maaf nyonya tuan ingin Anda menemuinya dibalkon atas." Tuturnya

Tanpa banyak bicara difannya mengikuti pelayan itu. Disepanjang jalan menuju lantas atas, difannya sangat takjub dengan kemewahan rumah suaminya. Seharian dia diam didalam kamar wajar saja bila difannya terpesona melihat sekelilingnya.

" Nyonya kita sudah sampai" seru pelayan membuat difannya tersadar dari kekagumannya

" Ya terimakasih." Ucapnya.

Pelayan pergi meninggalkan difannya.

Difannya kembali terpana dengan pandangan disekelilingnya yang begitu menakjubkan. Pemandangan dihadapannya lebih indah dibandingkan dengan balkon dikamarnya.namun pandangannya terhenti saat ujung matanya melihat seseorang yang sedang santai dengan mata terpejam. Jujur difannya terkesima dengan ketampanan suaminya Daniel Mananta. Rahang tegas dipandu dengan bibir tipis nan menggoda, dilengkapi hidung yang mancung Dengan alis tebal. Dia seperti porselen sungguh ukiran yang sangat sempurna.

" Apakah aku terlihat seperti tontonan?." Sarkas Daniel menyadarkan difannya.

"Tidak." jawab difannya tegas.

" Kenapa kau memanggilku?" Lanjutnya

Daniel bangkit dari tempatnya, berjalan mendekati difannya.

Didekati oleh suaminya difannya sama sekali tidak gentar. Dia berusaha menyembunyikan rasa takutnya, entah apa yang akan suaminya perbuat.

Langkah daniel terhenti. Kini mereka hanya berjarak 5cm. Matanya menatap tajam istrinya.

"Siapa kau sebenarnya?" Tanyanya

" Bukankah kau sudah mencari tau tentangku?." Sergah difannya bertanya balik.

Hal itu benar-benar menyulut emosi Daniel. Dia tidak menyukai orang yang berani menantangnya.

" Dengar aku tidak suka ditentang dan sangat-sangat membenci orang yang berani menatapku!." Bentaknya dengan penuh penekanan.

Daniel menarik baju tidur yang dipakai difannya dan menghentakkan sekaligus sehingga sobek menampakkan tubuh bagian depan difannya. Dengan terburu-buru difannya membelakangi suaminya. Terpapanglah punggung mulus difannya. Saat difannya ingin lari, dengan singgap daniel menjambak jambutnya hingga difannya terpental ke dada suaminya.

" Dan dengarkan baik-baik. Aku sama sekali tidak mengakuimu sebagai istriku dan kau tidak akan pernah menjadi nyonya mahardika karena bagiku kau hanya BI**H!!!." Seru Daniel ditelinga difannya dengan penuh penekanan, lalu mendorong difannya dengan kasar.

Difannya lari sambil menahan air matanya. Sungguh sangat sakit hatinya, namun dia tidak bisa apa-apa.

Para pelayan menyaksikan difannya lari dengan baju yang sudah sobek. Mereka iba dan kasihan tetapi tidak bisa berbuat apa-apa selain diam.

Disisi lain daniel menggila. Jujur sebagai lelaki sejati dia tergoda dengan tubuh istrinya. Dari sekian banyak wanita yang ditidurinya, baru pertama kali dia melihat tubuh yang begitu indah dan wangi. Ya, jelas Daniel terpesona. Hal itu terus menghantui pikirannya.

"Oh shittt!!!!." Makinya.

Dikamar difannya terisak. Malam yang seharusnya indah begitu buruk baginya.

Daniel memasuki kamarnya kemudian membaringkan tubuhnya dan menutup matanya. Namun matanya kembali terbuka.

" Sial!!!kenapa punggung itu terus terngiang di pikiranku!!." Daniel mengacak rambutnya frustasi.

***

Pagi-pagi sekali tidak seperti rutinitas biasanya, daniel pergi ke kantor tanpa sarapan. Alasannya dia tidak mau bertemu dengan difannya istrinya.

Salah satu pelayan melihat tuannya yang sudah rapih dan siap memasuki Lamborgininya. Pelayan itu berlari kecil menghampirinya.

" Tu..tuan apakah Anda tidak sarapan terlebih dahulu?."

"Tidak!" Jawabnya singkat.

Gas mobil ditancap melaju meninggalkan rumah kebesarannya. Didalam mobil Daniel tak henti-hentinya berdecak, pikirannya kacau setelah kejadian kemarin malam. Kenapa dia harus terjebak dengan perlakuannya sendiri kepada difannya.

" Sial karena kejadian itu, aku harus melakukan hal konyol ini!." Decaknya.

Telponnya berdering....

" Iya?."

" Kau dimana aku sudah sampai dirumahmu?." Tanya seseorang ditelepon.

" Putar balik, aku ada di perjalanan menuju kantor." Jawab Daniel

" Oh tuhan. Setan apa yang merasukimu? Ini masih pagi sekali dengan rajinnya kau berangkat ke kantor tuan Daniel Mananta." Seru Gabriel sambil tertawa, dia sahabat sekaligus tangan kanan daniel.

" Diam kau!!." Sarkas Daniel

"Ha-ha-ha...kau jadi rajin sekali setelah menikah." Godanya.

" Ku bunuh kau." ancam Daniel bercanda.

" Okeoke aku segera menyusul tuan Daniel putra mananta mahardika."

Tut. Daniel memutuskan panggilan, ia kembali fokus menyetir. Namun pikirannya tetap sama tergiang dengan kejadian malam kemarin.

' terpaksa aku harus menggunakan cara lain untuk mendapatkan informasi tentangnya' gumamnya dalam hati.

" Halo. Antarkan aku ke tempat itu. Ya akan ku hubungi kembali nanti." Ucap Daniel dengan seseorang yang dihubunginya.

' difannya Anatasya kau sudah berani masuk kedalam kehidupanku. Maka aku akan menguak siapa kau'. Gumamnya.

Daniel putra mananta mahardika, tanpa disadarinya dia telah terperangkap dalam rasa penasaaran yang mungkin akan membawanya kedalam kehidupan yang berbeda.