webnovel

MY HACKER

"Saya kan sudah bilang beberapa kali, saya ngga suka sama orang yang lebih muda, lagian saya kan sudah memiliki tunangan" Dita masih setia menolak Haikal, padahal Haikal tidak pernah menyerah untuk mengejarnya. "Gue ngga bakal nyerah gitu aja kak, gue janji bakal bikin lu nerima gue, walau gue lebih muda dari lu" Haikal masih bersikukuh meski sudah tau bahwa dia bukan lah type Dita bahkan Dita sudah mempunyai tunangan. Yah meski tunangannya tidak mencintainya. "Dita, ayo pulang, mama menyuruh kita untuk segera pulang" Yudha Hariyanto, tunangan Dita yang tidak mencintainya tetapi Dita mendambakan nya karena menurut Dita dia sesuai dengan typenya. "Ngga!!!! kakak bakal disini aja sama gue!!! Lu ngga bisa ngambil kakak dari gue!!!!" Ucap Haikal Posesif sambil menghalangi Yudha untuk melihat Dita, alias berdiri di depan Dita. "Haikal, udah saya bilang kan saya udah punya tunangan, dan saya mau pergi sama tunangan saya dulu, saya cuma anggap kamu adik saya, ngga lebih, Ok" Ucap Dita sembari menyingkirkan Haikal yang berdiri di depannya ke samping. "Gue ngga bakal nyerah kak, gue bakal buktiin gue juga pria dewasa, bukan anak anak, meski usia gue 2 tahun lebih muda dari lu tapi gue bisa ngelindungin lu" Gumam Haikal sepeninggal Dita dan Yuda. Yaps, memang benar jika Haikal 2 tahun lebih muda dari Dita, dan itulah kenapa Dita terus menerus menolaknya, Winnie berusia 20 tahun dan Haikal 18 tahun. Jadi Dita selalu menganggap Haikal seorang anak laki laki, bukan pria dewasa

baby_jieexx127 · วัยรุ่น
เรตติ้งไม่พอ
2 Chs

chapter #01

"Dita~~ Kadita~~~ bangunlah~~~" Aku yang tadinya masih di alam mimpi segera terbangun karena suara keras dari arah pintu kamarku.

"Bang tolong lah, lima menit lagi" Aku kembali menutupkan selimut hingga menutupi seluruh kepalaku.

"Kau sudah telat, berangkatlah sekarang" Abang ku Kembali menarik selimutku membuat tidurku kembali terusik.

"Abang diamlah! Sekarang aku ada kelas siang, bukan kelas pagi!" Aku melempar bantal tepat mengenai wajah Abang ku, ku lihat Abang ku dari balik selimutku, terlihat sedikit marah.

"Awas saja kau nanti, ku aduin ke Yudha mampus kau dek" Jaka akhirnya keluar dari kamarku walau aku rasa dia marah besar, tapi biarlah, bentar lagi juga pasti balik.

"Bang~~~~ Handphone Dita dimana?!!!!" Aku berteriak dari kamarku, pasalnya aku tidak dapat menemukan Handphone ku berapa kalipun aku mencarinya.

"Handphone ini dek?" Bang Jaka tiba tiba datang ke kamarku dan membawa sebuah Handphone. Yaps, itu handphone ku.

"Kasihin sini Bang, ishhh dendaman amat sih" Aku melompat lompat kecil berusaha meraih Handphone ku dari tangan Abang ku yang jelas lebih tinggi dari aku.

"Kasih nomernya Yuni dulu dong dek" Bang Jaka malah menawar sambil menunjukkan senyum jahatnya.

"Alah iya nanti aku kasih, sekarang siniin dulu handphone aku" Aku masih berusaha menggapai handphone aku dari tangan Abang.

"Nah, janji ya ntar kasih" Akhirnya Bang Jaka memberikan Handphone ku kembali.

"Iya, Bang, aku minjem mobil nya juga ya, diluar kayaknya mendung" Tanpa menunggu persetujuan dari Abang, aku langsung saja mengambil kunci mobilnya dari meja ruang tamu.

"Hati hati lho dek" Teriak Bang Jaka dari lantai dua.

Sekarang aku sedang dalam perjalanan ke kampus, dan benar saja, disini mendung.

"Lho kak Ria" Aku berseru saat melihat seseorang yang ku kenal. Yaps, dia adalah Ria dwinarta, kakak tingkat jurusan design grafis. Aku kenal dia waktu masih jadi maba dulu, aku sempat bingung sama ruangan ruangannya, tapi untungnya aku ketemu sama kak Ria.

"Kadita? Kok kamu ada disini? Disini kan tempatnya design grafis" kak Ria nampak sedikit terkejut dengan kehadiranku di jurusannya, aku memang kesana karena panggilan dari kepala fakultas desain, ntah kenapa tapi mereka bilang bahwa itu penting.

"Iya, aku mau ketemu sama kepala fakultas kak, mereka bilang kalau pak Sholeh memanggilku" Jelasku.

"Hm, aku mengerti, baiklah kamu bisa menemukannya di ruangannya, masih ingat kan ruangannya?" kak Ria menggodaku, mentang mentang aku tuh pelupa.

"Masih lah, kalau begitu aku pergi dulu ya, sampai nanti ka" Aku berlalu meninggalkan kak Ria dan para teman temannya itu, hingga sampailah aku di depan sebuah ruangan.

"Permisi~~" Ucapku saat memasuki ruangan, ku buka perlahan pintu itu dan menyembulkan kepalaku untuk melihat ke dalam, di dalam terlihat beberapa mahasiswa maupun mahasiswi lainnya.

"Oh, Kadita?, kemarilah" Aku segera memasuki ruangan itu setelah mendapat persetujuan dari pak Sholeh.

"Nah, karena kalian semua sudah ada di sini, jadi langsung saja ya" Ucap pak Sholeh mengawali pembicaraan.

"Jadi kalian adalah mahasiswa dan mahasiswi terbaik di Fakultas desain ini, jadi saya memutuskan untuk mengirim kalian melakukan sosialisasi di SMA xxx, bagaimana?" Kami semua saling bertatap pandang, biasanya juga para dosen sendiri yang melakukan sosialisasi, kenapa sekarang menyuruh kita?

"Para dosen inti minggu depan akan mengikuti pelatihan dari perkumpulan dosen pusat, jadi tidak bisa melakukan sosialisasi" Jelas pak Sholeh seakan mengerti isi pikiran kita, sedangkan aku dan 5 orang lainnya hanya mengangguk paham.

"Kadita Djayadiningrat dari jurusan Arsitektur, Andi wijaya dan Hana widjaja dari jurusan desain grafis, Dimas Darmawan dan Cinta Angela dari jurusan desain produk, dan terakhir Yunia angelita dari jurusan Fashion design" Ucap pak Sholeh mengabsen kita satu persatu.

"Jadi kapan kita berangkat pak?" Tanya Kak Nia.

"Kalian akan berangkat minggu depan, jadi persiapkan semuanya mulai dari sekarang, semangat, saya yakin kalian bisa" Ucap pak Sholeh menyemangati.

"Baik pak~~" Seru kita berenam bersama dan pada akhirnya kita berenam pergi kembali ke jurusan masing masing.

"Duar!!!!!" Aku sempat terkejut kerena suara tiba tiba dari belakang ku saat aku sedang menunggu fotocopy data data yang akan aku gunakan untuk sosialisasi.

"Astaga YUNI!!!!!!" Aku membentak Yunk karena tiba tiba datang dan mengejutkan ku dari belakang, membuat Kopi yang ku bawa hampir saja tumpah di atas kertas yang baru saja ku fotocopy tadi.

"Hehe, maaf deh, salah sendiri terlalu fokus, sampai sampai cecan di lupain" Yuni malah terkekeh membuatku serasa ingin menampolnya.

Oiya kenalin dulu nih, Yuni asmara sanjaya, temen aku sejak dari SMP sampai sekarang, anak jurusan kedokteran tapi suka nyasar ke jurusan Arsitektur, Pinter, tapi sayang tingkahnya usil banget kalau sama aku mah, tapi kalau sama orang yang baru pendiemnya kebangetan.

"Napa sih kamu disini? Jurusan kamu ngga ada tugas apa?" Aku bertanya sambil membereskan beberapa lembar kertas yang baru saja selesai ku fotocopy.

"Sayangnya jurusanku udah pada pulang, kapan pulang sih Ta?"

"Bentar lagi juga pulang, napa ngga pulang dulu aja sih lagian?" Aku bertanya pasalnya Yuni biasanya akan pulang terlebih dahulu tanpa menungguku.

"Minta nomernya kak Jaka dong Ta" Aduh Yuni terus terang banget sih, sama kayak Bang Jaka, tapi kalau Yuni akhirnya jadi sama Bang Jaka berarti dia kakak ipar aku dong, aduh bisa gawat nih, ngga bisa dibiarkan.

"Buat apa dah?" Kali ini aku berucap sambil membereskan tas ku yang tadi ku tinggalkan di meja samping tempat fotocopy.

"Ya buat PDKT lah, emang mau buat apa lagi?" Ucap Yuni enteng.

"Alah yodah nih nomernya, +62************" Aku menunjukkan nomer Bang Jaka di layar ponselku.

"Aduh Ditaa~~~ makasih~~~" Yuni melompat girang dan memeluk aku kemudian berlari pergi. Dasar.

"Sadam Tadi katanya mau nitip kue di Blossom bakery kan, udah mau hujan gini masak harus mampir kesana dulu sih, tapi kalau ngga di beliin ngamuk dia pasti di rumah nanti" monolog aku saat udah di perjalanan pulang.

"Hm, kue coklat yang biasanya di beli si Sadam yang mana yak?" Aku bergumam pelan sambil mencari kue Coklat pesanan si Sadam, adek laknat aku.

"Gimana dek? Ada uangnya?" Terdengar suara sedikit memaksa dari arah kasir yang membuat aku beralih dari rak berisi kue Coklat menjadi ke kasir.

"Maaf kak, uang aku hilang" Terlihat seorang anak laki laki berseragam SMA sedang mencari sesuatu di tas nya.

"Misi, ada apa ya?" Aku berusaha menengahi antara kakak kasir dan anak laki laki itu.

"Ini dek, adek ini bilang uangnya hilang" Jelas kakak Kasir nya tadi.

"Uang kamu hilang?" Aku mencoba bertanya ke anak laki laki itu, hanya anggukan yang aku dapat.

"Aku bayarin sekalian aja ya kak, berapa semuanya?" Ucapku sambil mengeluarkan kartu dari dompetku.

"Terimakasih~~" ucap kakak kasir itu, anak laki laki itu juga mengucapkan hal serupa sebelum akhirnya keluar dari Blossom bakery ini.

"Eh? Hujan?" Aku keluar dari bakery itu dan mendapati hari sudah hujan, aku sempat melihat ke kanan dan ke kiri, dan mataku tertuju ke seorang anak laki laki di halte dekat bakery itu.

"Kamu belum pulang? Mau saya antar sekalian?" Aku mendatangi anak laki laki itu, dia anak laki laki di bakery tadi.

"Eh kakak yang tadi kan? Ngga usah deh kak, gue nunggu sini aja, bentar lagi juga reda kok, mungkin" Anak laki laki itu berucap lirih terdengar samar dibalik guyuran hujan.

"Ngga papa, ayo aku antar kamu pulang sekalian, ini juga kayaknya hujannya lama redanya" Ucapku meyakinkan.

"Makasih kak~~" lirihnya sambil menaiki mobilku.

"Kakak, siapa namamu?" Anak laki laki itu tiba tiba bertanya, membuatku sedikit terkejut.

"Saya Kadita, tapi panggil saja Dita, bagaimana denganmu? Siapa namamu?" Tanyaku balik.

"Gue Haikal Aksara, tapi panggil Haikal aja ntar juga noleh sendiri kok" jawabnya sambil sedikit terkekeh. Dia mirip kayak Sadam menurutku.

"Haikal, rumah kamu yang mana?" Setelah beberapa menit hening, akhirnya aku membuka suaraku, sambil masih menatap jalanan pastinya.

"Haikal?" Aku menoleh ke arah nya saat kurasa ngga ada jawaban dari pertanyaanku, dan terkejutnya aku saat Haikal ternyata dari tadi menatapku membuatku sedikit.... salah tingkah? Tapi dia sudah aku anggap adik sendiri.

"E-eh, iya kak, kenapa?" Tanya nya gelagapan saat aku memergokinya menatap ke arahku sambil sedikit tersenyum.

"E-engga cuma mau nanya rumah kamu yang sebelah mana?" Tanyaku sambil memelankan laju mobilku.

"Itu kak, disitu tuh" dia menunjuk sebuah gang di pinggir jalan dan aku menghentikan mobilku tepat di jalan yang dia tunjuk tadi.

"Terima kasih kak" Haikal keluar dari mobil dan berpamitan kepadaku, tapi anehnya kenapa juga dia harus melakukan wink ke arahku? Dasar anak aneh. Pikirku.

"Aku pulang~~~" Seru ku saat baru saja memasuki rumah, terlihat sepi, dan..... gelap.

"Bang Jaka? Sadam? Dimana kalian?" Aku melangkah masuk ke dalam rumah yang gelap sekali meski sekarang baru pukul 5 sore, tapi di karena kan di luar mendung dan hujan.

Aku melangkahkan kakiku mendekati tembok ruang tamu guna mencari tombol lampu, tapi tiba tiba......

"Selamat Ulang Tahun, Kadita Djajadingrat~~~~" Aku terkejut saat lampu ruang tamu tiba tiba menyala dan menampakkan Bang Jaka membawa sebungkus kotak berbalut kertas kado, begitu juga dengan Sadam yang juga membawa bungkusan ntah apa isinya. Dan seseorang yang ku harapkan, dia berdiri disana, membawa sebuket bunga campuran lily dan lavender kesukaanku.

"Selamat ulang tahun Dita" ucapnya singkat dengan senyum tipis, aku selalu berharap senyumnya akan tulus untukku suatu saat nanti, tapi pada dasarnya senyum itu bukan untukku. Yaps, pria yang berdiri di depanku ini dijodohkan denganku, aku menyukainya tapi dia tidak. Miriz bukan.

"Terimakasih kak" Aku mengambil buket bunga itu dari tangan kak Yudha dan beralih menatap kedua saudaraku di belakang sana.

"Mama, Papa, bagaimana kabar kalian?" Sapaku saat melihat Mama dan Papa ku dari balik layar tablet Bang Jaka.

"Kami baik, selamat ulang tahun putri kami" Ucap Mama dan Papa membuatku sedikit terharu.

"Mama, Papa, Dita rindu kalian" Aku berucap lesu berusaha menetralkan air mata rinduku ke Mama dan Papa yang nun jauh di Amerika sana.

"Kita juga merindukanmu Dita, baik baik ya disana~~" Ucap Mama dari balik layar.

"Jaka, Yudha, saya harap kalian berdua bisa menjaga Dita dan Sadam dengan baik ya, kita belum bisa pulang bulan ini atau mungkin belum bisa pulang tahun ini, jadi baik baik disana ya~~ Mama dan Papa akan segera pulang" Ucap Papa membuatku tak kuasa menahan air mata.

"Kami harus pergi sekarang, baik baik disana kalian semua, sampai jumpa Dita" Ucap Mama sebelum benar benar memutus panggilan.

"Jangan nangis lagi dong, ntar cantiknya hilang" Bang Jaka memelukku seakan menghiburku yang dilanda rindu.

"Nah gitu dong kak, masak nangis terus sih, ngga malu di liatin sama calon tuh" Ejek Sadam sambil menunjuk Yudha yang masih berdiri di tempatnya tadi dengan dagunya.

"Saya?" Yudha menunjuk dirinya sendiri dan di angguki oleh Sadam.

"Iya lah kak, kalau bukan kakak siapa lagi, emang kakak mau kak Dita sama yang lain?" Sadam mendatangi Yudha dan merangkul pundaknya, gila emang si Sadam padahal masih 17 tahun tapi tingginya udah setiang bahkan Bang Jaka dan kak Yudha pun kalah tingginya ma dia.