webnovel

My Bully's My Boyfriend (BL)

Nini03 · LGBT+
เรตติ้งไม่พอ
11 Chs

3. Membersihkan Mushola

Rani "Ooh yaudah mandi sana, nanti takutnya pelanggan bunda pada kabur gara-gara bau badan kamu" Canda Rani.

Rino "Ih mana ada Bun, Anak bunda ini kan ganteng, gak mungkin pelanggan pada kabur, iya gak bapak ibu sekalian?" Tanya Rino menatap para pelanggan bundanya sembari memaju mundurkan alisnya.

Semua yang disana tertawa lucu melihat tingkah Rino yang sok kegantengan padahal memang ganteng.

"Bu Rina, anaknya saya bawa pulang aja ya, mau saya nikahin sama anak saya yang cewek" Ucap Bu Erni

"Ya Allah anaknya ganteng banget, yang jadi istrinya pasti beruntung banget" celetuk Bu Hilma.

"Sayangnya Dina belum cukup umur buat nikah, atau siapa tahu Rino mau saya nikahin sama Riko" Kata Pak Darma.

Rino "Om bisa aja, Riko kan cowok, masa iya mau main pedang-pedangan hahaha..." Tawa Rino dan para pelanggan bundanya pecah hingga mengundang para tetangga untuk mengintip ke rumah mereka. Saat tahu siapa penyebabnya mereka juga ikut tersenyum.

Di Desa yang mereka namai dengan Dusun 4 ini, Rino di kenal sebagai anak yang ramah, ceria dan suka bercanda. Meninggalnya kepala keluarga tidak membuat senyuman berlesungnya hilang, ia sadar bahwa Allah SWT lebih sayang kepada ayahnya.

Bunda "Udah sana mandi, habis itu siap-siap buat sholat Maghrib" ucapnya.

Rino "Oke Bun, Om dan Tante sekalian Rino mau pamit kedalam dulu ya, silahkan dinikmati hidangannya kalau perlu nambah lagi gak papa hehehe" Cengirnya sembari masuk ke rumah.

Bu Hilma "Ceria banget anaknya, terus Sholeh lagi". Puji Bu Hilma

Bu Erni "Rino emang begitu anaknya, bawaannya pengen ketawa terus kalo sama dia". Celetuknya.

Rina hanya bisa tersenyum teduh menanggapi pujian para tetangganya.

Rino keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit di pinggang ramping, kotak-kotak di perutnya mulai terbentuk. Rino sama sekali tidak ikut di bidang olahraga manapun. Alasan perutnya yang mulai kotak-kotak karena ia rajin bekerja membantu bundanya di ladang kecil milik mereka, satu-satunya peninggalan almarhum ayahnya selain rumah.

Mendengar langkah kaki mendekat membuat Randa menoleh ke asal suara. Randa selalu iri dengan abangnya ini, bagaimana tidak? meskipun dia dan abangnya sering bekerja di ladang namun kulit Rino selalu saja berwarna putih dan halus seperti bayi, pipinya berwana sedikit pink, bahunya juga pink bahkan lutut juga sikunya berwarna merah muda, sangat sayang bahwa wajah Rino tidak ada manis-manisnya layaknya uke pada umumnya.

Berbeda dengan dirinya yang memiliki kulit sawo matang, tinggi Randa 177 cm, wajahnya tak kalah tampan dengan Rino namun tetap saja abangnya itu menang soal wajah. Dan juga hanya Abangnya yang memiliki lesung pipi di keluarga mereka.

Rino "Ngapain kamu natap abang kayak gitu? Naksir kamu?" Goda Rino dengan alisnya yang naik turun.

Randa "Ih gr! Cepetan bang habis ini kita kan mau bersihin musholla" Sembur Randa sambil memakan kripik pisang balado buatan bunda mereka.

Rino hanya bisa memasang senyum berlesungnya kepada Randa. Adiknya itu tengah duduk di sofa lusuh ruang tamu keluarga mereka yang kecil. Randa telah rapi dengan kemeja putih dan sarung yang melilit pinggangnya, jangan lupa peci yang bertengger di kepalanya.

Rino "Hehehe... Bentar ya Ran, beri abangmu waktu 10 menit buat siap-siap" Ucapnya lalu berlari ke kamarnya.

Randa "Yang cepat!" Desak Randa.

Tidak sampai 10 menit Rino sudah keluar dari kamarnya lengkap dengan setelan kemeja putih dan sarung serta peci.

Rino "Ayo dek, jangan makan cemilan mulu kamu nanti gendut cewek lari" Celetuknya sembari berjalan meninggalkan Randa.

Randa "Enak aja doain orang, kena azab tau rasa Lo, bang!" Ucapnya sembari menyusul Rino keluar rumah.

Rino "Bun, kita mau pamit ke mushola" sambil mencium tangan bundanya lalu disusul oleh Randa yang juga melakukan hal yang sama.

Bunda "Hati-hati ya, Kalian jangan banyak gaya di mushola" nasehatnya kepada 2 putranya.

Rino, Randa "Iya bunda, Assalamualaikum bunda!"

Rani "Waalaikum salam" jawabnya.

Jarak mushola dari rumah Rino tidak terlalu jauh, jika berjalan kaki maka akan menghabiskan waktu 20 menit untuk tiba di Mushola Al-Qudus itu. Sepanjang perjalanan mereka selalu tersenyum manis kepada tetangga.

Mereka terus berjalan tanpa melewati lorong sebab letak mushola tepat di pinggir aspal. Setibanya di sana mereka langsung kebelakang mushola untuk mengambil air wudhu lalu masuk lewat pintu belakang. Rino mengambil kemoceng sedangkan Randa mengambil sapu lalu bergabung dengan para remaja-remaja dari desa untuk membersihkan mushola.

Di mushola desa mereka memang ada petugas kebersihan yang hanya datang di hari-hari tertentu, jadi kepala desa memberitahu warga agar menyuruh anak-anak remaja mereka untuk membersihkan mushola seminggu sekali.

Riko "Assalamualaikum Rino, Randa"

Rino, Randa "Waalaikum salam" jawab mereka serempak.

Riko yang sedang memukul-mukul sajadah panjang(Gak tau apa namanya) menghentikan kegiatannya lalu menghampiri Rino dan Randa lalu berbincang-bincang kecil.

Riko Ramana alyamsyah, merupakan teman Rino yang usianya setahun lebih tua darinya, Ya Riko seumuran dengan Arwin hanya saja ia beda sekolah dengan Rino. Tingginya 188 cm dengan kulit kuning Langsat, wajah tampan jangan lupa, hidungnya mancung, alisnya tipis bak terukir, bibirnya pink pucat sebab ia mulai merokok.

Randa "Bang Riko, tadi kata om Darma Lo mau dinikahin sama Abang gue" Celetuknya.

Rino "Astaghfirullah mulutmu! Abang sumpelin kemoceng baru tau rasa!" Kesalnya, Adiknya ini mulutnya sangat lebar jika menggosip.

Tawa Riko pecah, Pria itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal di sela-sela tawanya lalu menatap kakak beradik yang tengah kejar-kejaran itu dengan tatapan yang sulit dijelaskan.

Para remaja lainnya hanya bisa menggelengkan kepala mereka melihat tingkah random Rino dan Randa, Oh iya ngomong-ngomong hanya remaja lelaki saja yang di suruh membersihkan mushola. Saat ini terdapat 10 remaja yang membersihkan mushola termasuk Rino, Randa dan Riko.

Hendra "Rino, Randa! Berhenti gak! Nih mushola yang ada bukannya bersih malah tambah kotor!" Teriaknya namun tidak dipedulikan oleh keduanya.

Sandi "Hen, yang kulitnya kayak bayi itu siapa? Baru liat gue" Tunjuknya kepada Rino.

Hendra "Ooh itu namanya Rino kakaknya Randa, dia emang jarang bersihin musholla karena banyak tugas di sekolahnya, Lo tau gak Rino sekolah dimana?".

Sandi "Ya kagak lah! Gue aja baru tau nama" kesalnya sembari memukul kaki Hendra dengan sapu yang dibawanya.

Hendra pun cengengesan.

Hendra "Dia sekolah di SMA NEGERI SULTENG, Sekolahnya anak-anak orang kaya!" Hebohnya.

Sandi "Wah! Beneran? Berarti otaknya encer banget!" Pujinya.

"Assalamualaikum!" Ucap ustadz Yusuf.

"Waalaikum salam!!" Jawab 10 remaja itu bersamaan.

Akhirnya salam dari pak Ustad Yusuf bisa menghentikan kejar-kejaran Rino dan Randa. Lalu mereka bergegas membersihkan mushola sebelum azan Maghrib.

Setelahnya mereka sholat Maghrib berjamaah dengan Rino sebagai tukang adzan, Ia sering ber-adzan jadi itu sebabnya Rino selalu dipilih untuk mengumandangkan adzan.

Semua terdiam begitu mendengar suara merdunya, Bahkan pak Ustadz Yusuf tersenyum kecil mendengar suara Rino. Setelahnya mereka melanjutkan untuk sholat berjamaah di ikuti para orang tua, anak-anak, dan para remaja putri maupun putra.

Setelah selesai satu persatu mereka mulai berpamitan kepada ustadz Yusuf, Hingga tiba giliran Rino dan Randa. Ustadz Yusuf menyentil kening Rino hingga si empunya meringis dan memanyunkan bibirnya menatap Ustadz Yusuf.

Rino "kenapa kening Saya di sentil ustadz? Saya salah apa?" Bingungnya.

Ustadz "Siapa yang suruh kamu berdua kejar-kejaran di mushola?" Ucapnya dengan lembut.

Kemudian Rino dan Randa pun cengengesan tidak berdosa, jangan lupakan lesung pipi Rino yang menjadi perhatian para jamaah pria di mushola itu.

Rino "Itu salahnya Randa Ustadz" adunya kepada sang Ustadz.

Randa "Gak bener Ustadz" Elaknya.