"Bagaimana,menurut lo ?" tanya Dewa lagi sambil menatap Andrian, pemuda itu menghela nafasnya dan akhirnya mengangguk, setuju. Dewa pun tersenyum dan mengulurkan tangannya.
"Deal ?"
"Deal !" jawab Andrian membalas uluran tangannya dan keduanya pun bersalaman sebagai tanda setuju.
'Oke, sekarang gue pengen tahu kenapa dia disini ?" tanya Andrian.
"Siapa? maksud lo, Paramitha ?" jawab Dewa sambil bertanya. Andrian mengangguk.
"Ya, siapa lagi? gue kan dari tadi ngikutin dia !" Andrian melirik kearah bangku dimana, papanya dan istrinya berada duduk di sana.
"Oh... " Dewa malah tertawa kecil.
"Kan tadi, udah gue bilang bro !" jawab Dewa kemudian,
"Istri lo .... sudah lama, menjalin hubungan dengan bokap lo ...." Andrian menatap tajam, ke arah Dewa. Tapi pemuda itu malah mengeluarkan sesuatu dari tasnya dan menyimpannya di meja di hadapan lelaki itu yang kini ekpresi wajahnya berubah total. Yap,itu adalah tumpukan foto kemesraan bokapnya dan Paramitha.
"Kalau lo ingin tahu, dari mana foto itu? akan gue jelaskan, foto itu di dapat dari bokap gue. lo tahu sendiri kan? bokap lo dan keluarga gue sering berseteru dimana pun dan kapan pun juga! masing-masing pasti punya kartu trufnya bila suatu hari bertemu !' jelas Dewa. Andrian terdiam dan tahu latar belakang masa lalu kedua keluarga.
"Mereka bertemu di Toronto Kanada! waktu itu Paramitha masih kuliah di sana, sedang bokap lo... ya berbisnis, karena saling kenal dengan bokapnya, jadi tak heran saling akrab juga !" lanjut Dewa sambil santai mengambil minuman di meja.
"Singkat cerita, ya...terjalin lah sebuah hubungan terlarang !"
"Bukannya, dia suka bule ?" tanya Andrian polos, dia sudah tahu sepak terjang bokapnya. Bahan mamanya sudah mengultimatum papanya. Boleh saja, dia main perempuan di luar sana, asal apa pun permintaan mamanya di penuhi.
"Lo, ternyata engga tahu apa-apa tentang Paramitha rupanya bro !" ujar Dewa tersenyum. Andrian tertegun.
"Gue udah kenal lama sama Paramitha! bahkan ketika masih gemuk tidak selangsing dan secantik sekarang! dia banyak berubah, itu karena problem yang sama dengan semua anak orang kaya, seperti kita! dan lo pasti merasakannya juga !" jelas Dewa sambil menatap Andrian, dan dianggukinya.
"Dia butuh sesuatu kebebasan! dan hanya pria bule yang bisa di ajak fun! sedang cowok kita terlalu banyak tuntutannya !" ujar Dewa tertawa, Andrian hanya tersenyum saja.
"Sedang kenapa suka bokap lo...mungkin dia juga pecinta kebebasan... ya itu sekedar fun saja, tak lebih. karena keduanya sama-sama tahu! dan mungkin Paramitha juga suka pria dewasa !" lanjut Dewa, sambil mengendikan bahu, tanda dia juga kurang begitu tahu secara rinci hubungan khusus antara Paramitha dan Daniel.
"Sepertinya, gue memang harus cari tahu sendiri! karena ini sangat penting !" ujar Andrian tersenyum seringai sambil menatap sebuah foto, yang satu-satunya berpose di dalam kamar di sebuah hotel di kota Paris Perancis, ada background menara Eiffel di jendela yang sangat jelas, sedang keduanya tertawa mesra sambil berpelukan dengan hanya memakai selimut dan rambutnya sedikit acak-acakan.
"Boleh, ini buat gue ?" tanya Andrian.
"Ambil saja, semuanya !" jawab Dewa tersenyum senang.
"Oh iya, kapan bulan madunya? dan apa perjanjian pernikahannya ?" tanya Dewa tiba-tiba. Andrian tertegun.
"Kenapa? kan sekarang wajar ada perjanjian pranikah, terutama di kalangan kaum jetset! pasti lo tahu lah, kalian berdua dan sekeluarga engga ada yang mau rugi !" Andrian menghela nafas, dia mengeluarkan sesuatu dari sakunya dan memberikan kepada Dewa.
"Beruntungnya. belum gue sobek !" ujarnya santai, Dewa tersenyum dan membuka kertas yang di remas Andrian karena marah.
"Sedang, bulan madunya mungkin besok lusa, dan kita .... akan keliling Eropa !" lanjutnya ada jeda sejenak, sebelum ahirnya kembali tersenyum. Dewa hanya melirik, Tiba-tiba Andrian pindah ke pojokan.
"Kenapa lo ?" tanya Dewa heran.
"Si Paramita udah pergi bro !" jawab Andrian sambil berbisik. Dewa pun mengintip ke arah meja lainnya, dan ternyata Daniel pun sama beranjak pergi.
"Lo, mau menyusul mereka ?" tanya Dewa, Andrian menggeleng.
"Ngapain ? gue mau bersantai disini !" Jawab Andrian santai.
"Wa, gue boleh bertanya engga ?" tanyanya tiba-tiba, Dewa hanya mengangguk.
"Silahkan ..."
"Lo...punya pacar? soalnya gue lihat lo masih suka jomblo !" ujar Andrian tersenyum.
"Cewek yang ngedeketin banyak! tapi ... lo tahu kan mereka seperti apa? jadi males pacaran ! lagian gue sibuk dengan kerjaan, mendingan hang out sama teman !" jawab Dewa santai. Andrian tertawa saja.
"And, harusnya lo berubah! jangan kaya bokap lo !" canda Dewa. Keduanya pun tertawa.
"Wa, anak gue gimana ?" tanya Andrian kemudian.
"Baik, banyak orang yang mengasuhnya!" jawab Dewa.
"Gue,boleh minta tolong engga ?" tanya Andrian kembali, sedang Dewa menatapnya.
"Minta tolong apa? mau ketemuan ?" Andrian menggeleng.
"Pengen ngasih sesuatu ..." jawabnya.
"Oh, boleh !' ujar Dewa. "Oh iya, And... gue sudah melihat dan membaca surat perjanjian itu, disini istri lo boleh melakukan apa pun yang dia mau! termasuk lo, akan tetapi lo tidak boleh bertemu Safira !" Andrian tertegun.
"Serius ? kok gue engga tahu ya ? atau itu terlewat ... ujarnya, Dewa menunjukan sebuah poin dalam perjanjian pranikah.
"Sialan, itu tambahan ... gue di tipu !" katanya. Dewa menatapnya.
"Lo ... engga tahu, point itu ? apa ini kaitannya dengan pertemuan Safira dan Paramitha di Singapura itu ya ?" ujar Dewa, kini Andrian menatap lelaki itu.
"Maksudnya ?"
"Iya, setelah pertemuan kalian di klub waktu lalu! Safira mabuk berat dan gue bawa ke hotel ... " Dewa pun menceritakan kronologi waktu insiden klub. Andrian terdiam, tangannya mengepal, lalu menunduk ada rasa bersalah dihatinya dan juga penyesalan yang dalam.
"Makanya Paramitha benci banget sama Safira, Niel !" ucap Dewa. Andrian menghela nafas.
"Oke, itu untuk sementara! tujuan gue saat ini bokap gue dan akhirnya bermuara ke wanita itu !" jawab Andrian dingin sambil menghabiskan minumannya.
"Tapi lo, beruntung ... ada perusahaan utama dari bokap lo yang akan dipegang, salah satunya pertambangan !" ujar Dewa. Menunjukan surat perjanjian Andrian dengan papanya Daniel.
"Memang ada apa dengan itu, sejak dulu kan keluarga gue di pertambangan ?" tanya Andrian heran.
"Lo, lupa ya? pernikahan bisnis ini ada sangkut pautnya dengan perusahaan bokapnya Paramitha ... dan lo tahu kan artinya ?" Dewa menatap Andrian, untuk sesaat keduanya bertatapan, akhirnya Andrian pun tersenyum lebar.
"Maksud lo. ladang minyak di Natuna itu kan ?" tebaknya, dan Dewa pun mengangguk.
"Lo dan keluarga semua akan mendapat untung besar! tapi. nanti lo akan berhadapan dengan perusahaan gue PALM OIL. Co karena kita juga dapet blok di sana !" jawab Dewa.
"Santai saja bro, itu kan gue yang pegang! perusahaan lo kan lebih banyak ke Gas sedang gue minyak bumi! kita akan mulai dari sana kerja sama yang menguntungkan ini, walau agak secara rahasia !" ujar Andrian tersenyum, diangguki Dewa tanda setuju.
"Ayo, kita minum bro! untuk merayakannya !" ajak Andrian, sambil mengangkat gelas minumannya, dan Dewa pun mengikutinya,
"CHEEEERRRR .... " seru keduanya dan kemudian tertawa.
Bersambung ...